Chapter 11

1.3K 163 33
                                    

Tidak lama Luhan memejamkan matanya. Ia dibuat tersenyum dengan kedatangan dua bayi yang berada di gendongan masing masing suster yang membawanya.

Tidak masalah jika waktu istirahatnya terganggu kalau itu ulah anak-anaknya. Memang seharusnya tidak masalah. Ia akan sangat memakluminya. Lain halnya jika itu Sehun atau yang lain. Akan Luhan tendang sekencang kencangnya.

"Inikah cucu-cucu Ibu?" Binar matanya kentara sekali mempertontonkan ketika dua makhluk menggemaskan kegemarannya sudah ada di depan mata "Boleh Ibu menggendongnya?"

Sehun ikut sibuk mendekati anak-anaknya "Enak saja, aku dan Luhan saja belum sebagai orangtuanya" dengan kurang ajarnya Sehun berbicara sambil menepis tangan Ibunya yang siap mengambil alih salah satu bayinya.

Luhan hanya tersenyum menyaksikan itu kemudian menatap Ibunya yang juga menatapnya. Nyonya Xi berjalan menghampiri Luhan yang berbaring di ranjang. Mengusap sayang kepala Luhan "Kau sudah menjadi seorang Ibu, sayang. Selamat ya" ucap Nyonya Xi mengecup dahi Luhan.

"Terimakasih, Ma"

"Eonni, boleh aku menggendongnya?"

"Tentu saja, kau Ibunya"

Luhan tersenyum mendengar kata Ibu yang di persembahkan kepadanya. Beginikah rasanya?

Wendy membantu Luhan merubah posisinya dari terbaring untuk duduk supaya lebih nyaman memangku anaknya. Dan Sehun sudah berdiri pongah di samping ranjang Luhan, tentu saja dengan satu anaknya.

Huweeee~

"Aah, kebetulan dia menangis. Kau gendonglah anak pertamamu, Hun" titah Wendy kepada Sehun. Ternyata yang digendongnya adalah anak keduanya.

Sehun mengangguk dan menyerahkan bayi dalam gendongannya kepada Wendy untuk Wendy serahkan kepada Luhan.

Terlalu ribet memang. Tapi Sehun masih kaku bahkan masih belum berani hanya sekedar menyerahkan sendiri kepada Luhan.

"Ternyata jagoan Bunda yang rewel, ya" ucap Luhan gemas dengan anaknya sendiri setelah anaknya sudah mendarat di pangkuannya.

"Jagoan? Apakah si sulung ini perempuan, sayang?" Tanya Nyonya Oh memastikan setelah mendengar ucapan Luhan. Sedari tadi memang Nyonya Oh lah yang paling berisik.

"Iya, bu" jawab Luhan singkat dengan senyuman.

"Ya Tuhan terimakasih telah mengabulkan permintaanku dengan cepat" dramatis sekali Nyonya Oh mengucapkan syukurnya.

Semua yang berada disitu tersenyum maklum dengan tabiat Ibu Sehun yang memang pembawaannya tidak bisa diam.

"Coba beri dia ASI, Lu. Sepertinya dia haus" titah Wendy kepada Luhan.

"Disini?" Tanya Luhan ragu. Ia sedikit malu kalau memang harus menyusui anaknya di depan banyak orang.

Wendy yang melihat ketidak-nyamanan Luhan segera angkat bicara "Kalau kau butuh bantuan, aku ada di ruanganku"

Luhan mengangguk kepada Wendy "Terimakasih Eonni sudah membantuku"

"Sekali lagi terimakasih, Wen" ucap Sehun mengulangi apa yang Luhan ucapkan.

"Sudah menjadi tugasku" Wendy menimpali ucapan Luhan dan Sehun disertai senyuman manisnya.

Sepeninggal Wendy dan para susternya. Luhan masih belum memberi ASI kepada bayi yang ada di gendongannya.

"Kasian sayang, cepat beri dia ASI mu" ucap ibunya -Nyonya Xi- mengingatkan Luhan kalau ada bayi yang tidak kunjung berhenti menangis karena haus.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ