Chapter 21

1.1K 144 23
                                    

Jan lupa Vote dan Coment 💞

°
°
°

Drrt~ Drrt~

Mengerutkan kening apa yang Luhan lakukan. Sebab ada Nomor tak di kenal yang Luhan lihat dari panggilan masuk ke ponselnya.

Ia ragu-ragu mengangkatnya. Tentu ia tidak pernah melupakan kata-kata suaminya untuk selalu menghindari yang terasa asing menurutnya. Termasuk panggilan masuk dengan nomor tak di kenal.

Tok Tok Tok

Cklek

Tanpa menunggu jawaban dari ruangan yang ia ketuk pintunya. Bibi Han langsung membuka pintu ruangan tersebut "Nyonya, maaf mengganggu. Ada panggilan masuk lewat telepon rumah dari Sekretaris Tuan"

"Ten?"

"Iya Nyonya. Saya rasa ada hal penting yang ingin di sampaikan"

Setelah menyampaikan maksud kedatangannya ke kamar majikannya. Bibi Han pamit dan kembali menutup pintu perlahan. Karena ia sempat melihat si kembar kesayangan majikannya sedang terlelap.

Ponsel Luhan kembali bergetar. Masih belum ada niatan untuk mengangkat. Luhan terus menimang.

Apakah nomor asing ini, Ten?

Kalau memang benar Ten, Luhan memperkirakan sesuatu penting apa yang akan Ten sampaikan kepadanya.

Luhan menghela napas. Tidak bisa di pungkiri hatinya di deru rasa khawatir jika sesuatu hal penting itu sesuatu yang buruk yang menimpa suaminya.

Ten tidak akan menghubunginya kalau tidak atas perintah Sehun dan kalau bukan sesuatu terjadi pada Sehun.

Ia menggeser tombol hijau perlahan. Menempelkan benda pipih itu ke telinganya ragu-ragu.

"Noona"

Lirih Ten memanggil. Nada suara dan bagaimana cara Ten memanggilnya sudah menjawab semua kekhawatirannya. Ada yang tidak beres dengan suaminya. Nafasnya lelah suaranya sedikit berat. Ia seperti bingung menyampaikannya.

Luhan tidak menjawab. Hatinya sudah harap-harap cemas menunggu apa yang akan di katakan Ten selanjutnya.

"Noona! Noona mendengarku?" Kali ini deru nafas Ten terdengar tidak teratur yang mampu membuat Luhan menjawab pertanyaan Ten dengan deheman yang nafas sama tidak teraturnya.

Menarik nafas panjang sebelum berbicara "Sehun hyung ada di rumah sakit. Tidak--"

"Rumah sakit mana?" Luhan memotong cepat perkataan Ten, tidak mau mendengarkan penjelasan Ten.

Ten menghela nafas setelahnya menjawab pertanyaan istri dari Bosnya dengan tergagap "Aku masih belum tahu keadaannya. Sehun hyung tidak sadarkan diri ketika di bawa ke rumah sakit. Semua--"

"CUKUP KASIH TAU NOONA, RUMAH SAKIT MANA TEN?!" Emosi yang sudah tidak bisa terkendali ketika Sekretaris suaminya tidak langsung memberi tahu nama rumah sakit dimana Sehun mendapatkan perawatan.

Mengambil nafas panjang setelah sadar kalau ia lepas kendali "Sehun di bawa ke rumah sakit mana, Ten?" Kini suaranya melemah setelah mengatur nafas karena emosi yang tidak bisa ia kontrol tadi.

Mendengar Sehun tidak sadarkan diri sudah sangat membuat hatinya tidak tenang. Melirik sebentar ke tempat dimana si kembar tidur. Satu tetes air matanya jatuh. Melihat si kembar membuatnya mengingat Sehun yang sekarang mungkin sedang terbaring di rumah sakit.

Cklek!

Di buka kasar pintu yang sempat di buka bibi Han tadi. Luhan menolehkan kepalanya ke arah pintu. Dan kali ini air matanya tidak bisa di bendung lagi.

Luhan diam. Tangan yang memegang benda pipih yang menempel di telinganya jatuh tak bertenaga setelah melihat siapa gerangan yang datang tiba-tiba membuka kasar pintu kamarnya.

seketika air matanya mengalir deras tidak tahu malu dengan suara tangisan yang keluar terdengar menyakitkan.

"Ibu~"

Panggil Luhan lirih dengan bibir bergetar dan tubuh yang tiba-tiba merosot ke lantai.

Nyonya Oh berjalan tergesa menghampiri Luhan dengan mata yang sama basahnya dengan Luhan dan memeluk Luhan erat guna menenangkan Luhan yang sedang terguncang mendapat kabar mengejutkan tentang Sehun.

"Sehun baik-baik saja sayang" mengusap punggung bergetar menantu kesayangannya dengan lembut.

"Ibu hiks-- sudah kesana?" tanya Luhan terisak di pelukan Ibu mertuanya.

"Belum. Tapi Ibu yakin Sehun akan baik-baik saja. Percaya sama Ibu. Tidak usah khawatir" Nyonya Oh terus saja berusaha menenangkan Luhan yang masih mempertahankan tangisannya.

Luhan mengangguk membenarkan semua perkataan Ibu mertuanya. Meski hatinya berdegup kencang khawatir tapi ia harus tenang. Sejak tadi ia ingin sesegera mungkin lari dan menemui Sehun, tapi hatinya menyuruhnya untuk tetap tinggal.

Alasannya karena Luhan masih belum terbiasa dengan menitipkan si kembar yang selalu dalam dekapannya kepada para maid. Sekalipun itu bibi Han.

Dan kedatangan Nyonya Oh membuat Luhan kini bisa bernafas lega untuk ia titipkan si kembar.

Katakan Luhan kurang ajar. Tidak apa, ia akan menerimanya.

Atau mungkin Nyonya Oh yang sangat pengertian dan sangat tahu sifat Luhan?

※ ※ ※

Sret!

Menggeser paksa pintu yang Luhan kutuk keberadaannya karena sudah membuatnya sedikit kewalahan membuka akibat rasa khawatir yang menderanya.

"Lu"

Tidak langsung berlari untuk menghampiri suaminya seperti apa yang tergambar dalam pikirannya.

Ia berpikir Sehun yang sedang terbaring dengan kedua mata tertutup juga banyak selang yang menacap di tubuhnya.

Tapi nyatanya yang ia lihat justru kebalikannya.

Sehun yang duduk santai bersender sembari berbincang dengan Ten dan juga tidak ada selang apapun yang terhubung dengan tubuhnya.

Luhan berdecak dengan kedua tangan yang ia simpan di pinggangnya "Wah. Oh Sehun"

Berjalan dengan penuh kekesalan Luhan menghampiri suaminya. Seperti yang ia lihat tadi kalau suaminya sedang duduk santai di ranjang pasien dan Luhan rasa sedang terlibat obrolan serius bersama Ten.

Dan di saat itu juga Sehun memberi isyarat kepada Ten untuk meninggalkan mereka berdua.

Menyentil dahi yang tidak lagi mulus tapi tetap menawan milik suaminya "Bagaimana cara kau mengendarai nya sampai kau mendapatkan luka sobek di kepalamu?" giginya Luhan rapatkan ketika berbicara kepada suaminya, ia sedang menahan kekesalannya.

Sehun meringis dan mengusap dahinya yang terpangpang menawan meski dengan luka jahit yang kini ia miliki "Ini akan segera sembuh Lu. Hanya beberapa jahitan saja" jawab Sehun kelewat santai dengan cengiran bodohnya jika menilik bagaimana paniknya Luhan mendapat kabar kalau suaminya dibawa ke rumah sakit.

"Kau sudah membuatku hampir gila karena memikirkan kemungkinan buruk yang terjadi setelah mendengar kata tidak sadarkan diri dan rumah sakit" memukul dada suaminya bertubi-tubi di sertai lelehan airmata yang menunjukan bahwa ia lega karena tidak ada yang serius.

Sehun memegang tangan Luhan yang Luhan gunakan untuk memukul dadanya. Lalu menarik tubuh kecil itu untuk ia peluk, mencoba menenangkan Luhan yang terlihat masih sangat khawatir dengan keadaannya.

Tidak lama, Luhan keluar dari pelukan Sehun. Luhan sepertinya sudah cukup tenang setelah mendapat pelukan dan usapan lembut dari Sehun "Sebenarnya apa yang terjadi sampai kau mendapatkan luka itu?" Tunjuknya pada luka jahit di kepala Sehun.

°
°
°

Maap atas segala ketyopoanku 😅

Happy and Enjoy reading ❤

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora