Prolog

9.5K 879 20
                                    

"...jadi aku mati ya?" Seorang remaja laki-laki bersurai ungu pucat membuka suara. Memecahkan suasana hening yang menyelimuti beberapa detik yang lalu.

"Begitulah, tapi ini semua salahku..." Suara khas perempuan tua menyahut, menjawab pertanyaan remeja dengan nada lembut.

"Hee...kenapa begitu, kalau mati ya mati...lalu kenapa nenek mengaku bersalah?" Dahi berkerut bingung, bibir mengeucut dengan mata menyipit. Bingung tapi juga curiga, apakah ini belum waktunya dia mati?

"Seharusnya kamu mati di umur 60 tahun, tapi karena kecerobohanku...kamu mati begitu muda...sayang sekali heih..." Duduk dengan santai di atas kursi goyang tua miliknya. Nenek itu memasang wajah netral sambil meminum teh.

'...ternyata memang benar...tapi kalau sudah mati mau bagaimana lagi?' mengangguk kecil dengan penuh keyakinan. (M/n) (L/n) seorang remaja 15 tahun menerima takdir yang menimpanya.

"Lalu nenek, apa yang menyebabkan aku mati...aku tidak mengalami kecelakaan apapun...kurasa..." (M/n) menunduk mencoba mengingat apa saja yang dia lakukan sebelum kematiannya. Dia tidak mengalami hal aneh ataupun kecelakaan. Yah, kecuali dia kehujanan saat pulang dari seko-tunggu.

"Apa aku mati karena hujan...tapi itu tidak masuk akal...kan?" Menggaruk kepalanya pelan dengan kebingungan. (M/n) menatap nenek yang sedari tadi menikmati teh hangat di depannya.

"Cucuku...aku tau kau pintar, coba ingat kembali apa yang kau lakukan saat hujan waktu itu..." Masih dengan santai dan wajah netral. Nenek itu menatap (M/n), memberi isyarat untuk menggali memorinya sebelum mati.

"...saat hujan...aku...u-uh...haha...'' (M/n) tertawa canggung, mengalihkan kepalanya malu mengingat kelakuannya yang cukup kekanakan menurutnya.

~Flasback~

" Ehhh...yang benar saja, bukankah tadi masih sangat panas...kenapa tiba-tiba hujan?" (M/n) yang meneduh di sebuah halte sendirian.

Sebenarnya dia terpaksa meneduh, karena hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. (M/n) hanya ingin segera pulang dan tidur tidak ada yang lain. Rencana yang dibuat sebelum pulang sekolah. Tapi sepertinya harus ditunda karena hujan yang begitu deras. Ditambah dia sering lupa membawa payung.

"Haaah...seharusnya aku meminjam payung sekolah saja tadi ya...walaupun membayar..." (M/n) terus mengoceh sambil menatap air hujan yang berjatuhan. Tapi kalau di ingat-ingat, perkiraan cuaca harian tidak menunjukkan hari ini akan hujan.

"Hmm...?" Membuat pose berpikir dengan kedua jari menjepit dagu.

(M/n) segera membuka tas dan mengambil ponsel yang dia bawa diam-diam. Karena menurutnya, melanggar peraturan sekolah itu wajib. Menyalakan ponsel, dahinya berkerut bingung melihat tulisan yang ada di layar.

Perkiraan hari ini panas dan berawan

"Yah walaupun kadang salah tapi tetap aneh juga tiba-tiba hujan tanpa mendung...hmm..." (M/n) mengangkat bahu acuh. Tidak peduli lagi dengan 'konspirasi' baru yang dia hadapi.

"Yah kalau begitu, ayo hubungi Zenia dan suruh dia untuk menjemputku!" Berseru dengan gembira. (M/n) segera mengutak-atik ponselnya. Mencari nomor milik teman seperjuangannya. Tapi ya gak manfaatin temen juga dong maz, by author.

Tuu

Tuu

Tuu-

Ting!

"Ya hallo dengan Zenia yang cantik dan menawan, ada apa wahai teman tiangku?" Suara manis tapi merusak pendengaran segera terdengar saat panggilan dijawab.

A God? ||Genshin x M.Reader||Where stories live. Discover now