Part 12

4.5K 724 122
                                    

A God? ||Genshin x M.Reader||
||Part 12||
||Bertemu lagi||

"Yah, jangan mengobrol di jalan seperti ini. Ayo ke tempat yang lebih enak untuk mengobrol~" Dengan senyum khas diwajahnya, Kaeya menggandeng tangan (M/n).

"Ap-tidak perlu-" Belum selesai dia berbicara. Perkataannya terpotong dengan jari ramping dengan kulit eksotis menggoda....

Menyentuh bibirnya dengan sensual...

"Aa~, jangan menolak, kamu orang baru bukan. Kalau begitu, aku akan menemanimu berkeliling." Dengan mata biru bercampur ungu dengan corak krital itu, Kaeya bisa membuat (M/n) terdiam kaku.

'...sial, Kaeya memang sangat berbahaya...' (M/n) yang menangis secara internal.

"Baik, sebelum itu. Kenapa kita tidak berkenalan terlebih dulu?" Jari ramping dengan kulit dingin menyadarkan (M/n) dari lamunannya.

"Eh-ya....?" (M/n) bertanya dengan gugup bercampur bingung. Dia lengah...dia lengah begitu saja. Bahkan berhadapan dengan Diluc dia bisa lebih tenang!

"Haha, bocah cantik siapa namamu?" Kaeya bertanya diiringi tawa geli melihat reaksi (M/n). Terlihat lucu melihat bocah cantik itu bingung di depannya.

"Namaku (M/n) Lacostra...Tuan?" (M/n) memundurkan tubuhnya agar tidak mencium bau Calla Lily dan Musk yang memabukkan dari Kaeya.

"Fufu, namaku Kaeya Alberich. Kapten Kavaleri dari Knight of Favonius" Kaeya memperkenalkan dirinya dengan senyum menawan. (M/n)?

Dia berusaha mati-matian untuk melihat ke dada Kaeya yang kencang dan terlihat lembut saat di sentuh. Ehem, maksudnya ke bagian baju Kaeya yang lumayan terbuka. Apalagi pinggang ramping di balut korset yang mempercantik. Yah, secara keseluruhan...

Kaeya itu memang cantik.

"Sudah saling kenal bukan, kalau begitu. Ayo ikut aku ke tempat favoritku" Kaeya dengan nada genitnya. Menggandeng (M/n) dan menuntun pemuda yang sedang mengalami Gay Panic itu.

"Eh-Tunggu dulu...aku masih harus mengantar barang Diona!" (M/n) menarik tangannya.

Tapi mungkin karena pegangan Kaeya kuat. Bukannya lepas, sebagai gantinya. Tubuh Kaeya yang tertarik ke arahnya. (M/n) diam, Kaeya juga diam. Tapi diamnya mereka berdua sangat berbeda.

Blush~

"Aa...." (M/n) terdiam kaku dengan wajah merah. Saat salah satu tangannya melingkar dengan nyaman di pinggang Kaeya yang menempel dengan tubuhnya.

"Hmm~" Kaeya yang awalnya terkejut dan terdiam. Langsung tersadar saat melihat wajah (M/n) yang memerah.

"Heey, bocah nakal. Jika ingin pelukan bilang saja. Jangan menarikku tiba-tiba seperti itu~" Kaeya dengan sengaja melingkarkan tangannya di bahu leber (M/n). Siapa yang menyuruh (M/n) lebih tinggi darinya.

"Ti-ttidak aku tidak bermaksud seperti itu sungguh!" (M/n) membalas dengan gelagapan. Bingung, malu dan kaget menjadi satu. Hilang sudah ketenangannya tadi...

"Benarkah~" Kaeya semakin mengeratkan pelukannya dan mendekatkan wajahnya dengan wajah (M/n) yang semakin memerah.

"Ehem, jika ingin bermesraan carilah kamar...dan Tuan Kaeya, tidak baik kesatria sepertimu menggoda anak di bawah umur" Suara yang familiar membuat kedua orang yang 'berpelukan' itu terdiam kaku.

"Betapa jahatnya Tuan Diluc~" Kaeya segera melepas pelukannya dan menatap Diluc dengan senyum main-main. (M/n)?

Tubuhnya semakin kaku saat mendapatkan tatapan tajam dari mata merah yang menyala di malam gelap ini. Oke, seharusnya dia hanya mengantar Diona sampai gerbang masuk dan dia tidak ikut ke dalam. Situasi macam apa ini, dia seperti di pergoki sedang melakukan hal yang memalukan dan tidak beradap.

"Cih, seharusnya kamu tau hal itu. Para kesatria memang tidak efisien" Diluc membalas dengan wajah kesalnya. Sekali lagi matanya bertatapan dengan netra ungu pudar.

"Juga, (M/n) apa yang kamu lakukan malam-malam seperti ini?" Diluc secara tidak sadar melembutkan nada bicaranya. Mungkin karena dia masih memikirkan (M/n) yang bernasip sama sepertinya.

"Eh...aku mengantar Diona. Kami baru saja pulang dari Liyue" (M/n) membalas sambil menunduk. Entah kenapa, dia merasa tengah di merah sekarang karena pulang larut.

"Kenapa tidak menginap saja, kamu tau bukan kalau berjalan di malam hari lebih berbahaya karena banyak monster yang berkeliaran. Bagaimana jika sesuatu yang tidak kalian inginkan terjadi?" Omel Diluc dengan muka cemberut marah khas dirinya. Menatap (M/n) sambil bersedekap.

"Eh...itu...tapi kami baik-baik saja..." (M/n) masih menunduk. Diluc yang marah itu seram oke. Walaupun (M/n) sedikit kaget karena Diluc terlihat peduli padanya.

"Tunggu dulu...kalian saling kenal?" Kaeya yang awalnya senang menggoda. Sekarang menunjukkan wajah dengan kening mengerut. Kapan mereka bertemu?

"Ya, lalu kenapa. Ada masalah denganmu?" Diluc menjawab dengan nada ketus.

"Itu tidak adil, aku duluan yang melihatnya di Windrise kemarin" Kaeya menjawab dengan keluhan menatap Diluc. Dia yang melihat duluan, kenapa Diluc yang dekat lebih awal?

"Kemarin...?" Diluc dan (M/n) bertanya bersamaan. Yang satu takut dan was-was. Sedangkan yang satunya mengerutkan kening merasa terganggu.

"Ya, aku melihat (M/n) melawan Hilichurl dan jujur saja teknikmu cukup kuat. Bahkan aku yakin bisa memotong batu" Dengan senyum kemenangan melihat wajah Diluc mengerut. Kaeya terkekeh melihat (M/n) yang terlihat lega?

'Hmm, menarik~' Kaeya

"Tch, lanjutkan saja kalian. Aku pergi" Diluc mendengus kesal. Membuat (M/n) bingung sendiri dengan tingkah kedua bersaudara ini.

"Hey, Tuan Diluc, kami ikut~" Kaeya mengikuti Diluc yang melangkah ke Tavernnya.

"Apa, tidak boleh. (M/n) masih di bawah umur dan kamu mengajaknya minum, benar-benar tidak kompeten" Diluc berbicara dengan nada sinis sambil melirik Kaeya dari balik bahunya.

"Jahatnya, tapi...kau masih di bawah umur dengan tinggi badanmu ini?" Kaeya mengedipkan matanya memegang lengan (M/n) yang berjengit kaget saat di sentuh.

"Ya, usiaku tahun ini 17 tahun" (M/n) mengangguk mengiyakan sambil menatap ke arah lain.

"Hentikan itu, tch" Diluc tiba-tiba mendekat dan menarik (M/n) menjauh dari Kaeya.

"Kau jangan dekat-dekat dengan orang ini, dia tidak kompeten dan pemabuk. Jangan sampai kamu tertular kenegatifannya" Lanjut Diluc sambil menyeret (M/n) meninggalkan Kaeya di belakang mereka.

Bilang aja cemburu wahai Diluc

"Betawa jahatnya Tuan Diluc, aku ini bukan orang jahat...mungkin~" Kaeya masih membalas. Dengan senyum genit yang kembali merekah. Kaeya mengikuti Diluc dan (M/n) di depannya.

"Huh, terserah" Membalas dengan geraman kecil. Diluc semakin mengeratkan pegangannya di tangan (M/n).

(M/n) sendiri?

Do'akan saja nyawanya yang tinggal setengah itu akan kembali lagi. Dia bingung dan mengalami gay panic yang berlebihan. Walaupun wajahnya terlihat netral dan biasa saja di luar. Dia dengan patuh mengikuti Diluc yang terus menyeretnya ke Angel Share.

"Em, Tuan Diluc...kenapa anda membawa saya ke sini?" (M/n) yang kembali sadar setelah beberapa menit. Bertanya saat ketiganya sampai di depan pintu Tavern...

"..." Diluc

"Pfft" Kaeya yang menahan tawanya. Ya, dia menyadari sikap berbeda Diluc sejak tadi. Sungguh keajaiban jika dilihat....mungkin~

"Apa yang kau tertawakan?" Diluc bertanya dengan kerutan dalam di wajahnya.

'...kenapa...kenapa aku disini...siapapun...tolong' Suara hati (M/n) yang menjerit penuh tekanan.

A God? ||Genshin x M.Reader||
||Part 12||
||Bertemu lagi||
||End||

Hehe boy~

A God? ||Genshin x M.Reader||Where stories live. Discover now