14: Putus

100K 8.9K 1.5K
                                    

14: Putus

HAPPY READING

...oOo...

Zara pergi sekolah lebih dulu, demi apapun saat ini dia benar-benar malu pada Reon karna kejadian semalam.

Zara berjalan dikoridor dengan tergesa-gesa. Sesampainya didalam kelas dia langsung mendaratkan bokongnya dikursi, ia melipat tangannya dimeja lalu menelungkupkan wajahnya.

Nisa yang mengejar Zara dari tadi langsung menghadiahi pukulan pelan kebahu Zara.

Zara mendongak menatap orang yang memukulnya.

"Dipanggilin dari tadi!" Ucap Nisa ngos-ngosan. "Malah lari." Lanjutnya.

"Nyenyenyee.."

"Arghh, gue timpuk juga lo nanti!!" Geram Nisa saat melihat reaksi Zara barusan.

Dilain tempat, Reon baru saja memarkirkan motornya diparkiran sekolah namun ia kembali pergi lagi saat mendapat kabar dari anak-anak Frontres bahwa Meta masuk rumah sakit.

Reon langsung masuk keruang rawat inap Meta.

"Ay!"

Meta menepis tangan Reon yang mencoba menggenggam tangannya.
"Kenapa Ay?" Tanya Reon bingung.

Meta menatap anak-anak Frontres yang ada diruangan itu, tatapan Meta mengisyaratkan mereka untuk keluar dan memberi Meta dan Reon waktu untuk bicara.

Ketujuh anak Frontres termasuk Akbar keluar, sekarang hanya tersisa Meta dan Reon diruangan itu.

"Kamu kemana semalem?" Tanya Meta bergetar.

"Astaga!" Reon mengusap wajahnya, ia benar-benar lupa. "Maaf Ay," Ucap Reon bersalah.

Meta tertawa sumbang, "Aku tanya kamu kemana?" Air mata mengaliri pipi gadis itu.

"Aku lupa Ay, aku ketiduran." Bohong Reon.

Meta menangis kuat, "Bohong."

"Aku hancur Reon."

"GARA-GARA KAMU AKU HANCUR! AKU HANCUR! HAncur." Histeris Meta memukul-mukul dada Reon.

Membuat anak-anak Frontres yang ada diluar langsung masuk kedalam ruangan itu. Akbar memberi bogeman mentah kepada Reon.

Hanya Akbar yang mengetahui kejadian sebenarnya, anak-anak Frontres yang lain hanya tahu bahwa penyakit Meta kambuh, itu saja.

"PERGI LO!" Ucap Akbar sambil memeluk Meta mencoba menenangkan.

Dahi Reon mengernyit. "Apa sih Bar?"

"Kalian kesekolah sana, bentar lagi bell." Ucap Akbar berusaha setenang mungkin.

Farhan, Pangeran, Satya, Satria, Alka dan Pluto sudah keluar dari ruang rawat inap. Sekarang hanya ada Reon, Akbar dan Meta.

"Lo juga!" Perintah Akbar kepada Reon.

"Gue disini aja." Ucap Reon mencoba mendekati Meta.

"PERGIII!" Meta kembali histeris.

"Ay, kenapa hey?"

"Pergi Eon, sebelum kesabaran gue habis." Tangan Akbar mengepal.

Meta menangis tersedu-sedu dipelukan Akbar.

"Gue gak bakal pergi, sebelum tau apa yang terjadi sama paca-"

"META DIPERKOSA! PUAS LO?!" Kesabaran Akbar sudah habis.

"DAN SEMUA INI GARA-GARA LO, TOLOL! KEMANA LO SEMALAM, HAH?! LO BIARIN ADEK GUE SENDIRIAN TENGAH MALEM-" Akbar tak bisa berkata-kata lagi. "ARGHHHH..." Ingin sekali Akbar memukuli Reon sekarang, tapi pelukan Meta kepada nya sangat erat.

Reon terpaku ditempatnya, ia menatap sendu Meta yang menangis tiada henti, lalu tatapan nya beralih pada Akbar yang menatapnya penuh amarah

"M-maaf." Lirih Reon.

"PERCUMA! KATA MAAF LO GAK BAKAL BIKIN TRAUMA ADEK GUE HILANG DAN BUAT ADEK GUE PERAWAN LAGI, BANGS-"

"Bang udah." Meta memotong ucapan abangnya.

Meta memeluk erat Akbar, "Abang jangan marah-marah begini, Meta takut."

Akbar mengecup pelan puncak kepala Meta.

Akbar menarik nafas panjang, "Tinggalin adek gue." Ucapnya membuat Reon dan Meta melotot.

"Abang!"

Kembali Akbar menghela nafas, "Kenapa?" Tanya Akbar tak santai kepada sang adik.

"Meta mau bicara berdua sama Reon, Abang bisakan?" Cicit Meta meremas jemari nya sendiri.

Akbar menatap protes Meta, namun dia tidak dapat menolak keinginan adiknya itu, dengan berat hati Akbar keluar dari ruangan itu, sebelum keluar ia menyempatkan untuk memberi bogeman terlebih dahulu pada Reon.

"Abang!"

Akbar langsung keluar dengan menghentakkan kakinya.

"Sini!" Meta menyuruh Reon mendekat kearahnya.

Reon duduk dikursi sebelah brankar.
"Kamu jijik ya sama aku?" Tanya Meta saat Reon tak menatap nya sama sekali.

Reon langsung menggeleng cepat, "Enggak Ay, ak-" Reon tak kuasa melanjutkan kata-katanya ia memeluk erat gadisnya itu, semua salahnya. Bukannya membuat beban Meta berkurang Reon malah menambah beban itu. Dia tidak bisa menepati janjinya untuk melindungi Meta, dia laki-laki bodoh, tidak berguna.

"Aku udah hancur Eon! Gak ada yang bisa aku pertahanin. Semua hancur."

Reon menggeleng ia mengelus punggung Meta mencoba menenangkan gadis itu.

"Aku gak pantes buat kamu." Ucap Meta bergetar.

"AY!" Bentak Reon.

"Enggak Eon! Udah enggak, aku mau kita putus!"

Reon terdiam ditempat, dekapan mereka terlepas.

"Lanjutin hidup kamu, cari wanita yang lebih baik dari aku."

Reon menggeleng tak percaya, "Kamu yang terbaik!"

"Aku gak baik buat kamu, Reon!"

"Siapa bilang?"

"Aku udah gak suci, Aku udah kotor, aku gak pantes buat kamu."

"Gak ada yang bisa jamin, menurutku kamu yang terbaik. Kamu wanita satu-satunya, gak akan ada yang lain."

Meta terkekeh, "Udah lah Eon!"

"Mau kamu ini atau itu pun, aku gak peduli Ay, kamu harus inget itu. Kita berjuang." Reon menangkup pipi Meta. "Aku bakal selalu ada buat kamu." Reon memeluk Meta dengan penuh cinta. Dengan ragu Meta membalas pelukan Reon, memang tidak salah Meta jatuh hati kepada Reon, lelaki ini sangat baik. Tapi apakah bisa, Meta bersanding dengannya?

...oOo...
THANKS FOR READING

VOTE
KOMEN
SHARE

Jejaknya fren👣
#typobertebaran

Enjoy and See u

Bersambung...

ZAREON [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang