37: Mati aja sana

104K 9.2K 885
                                    

Salam 6 agama

37: Mati Aja Sana

HAPPY READING

...oOo...

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Reon baru saja memberhentikan motornya disalah satu perumahan elit.

"Mau ngapain?" Tanya Satpam rumah.

"Ketemu Zara."

Satpam tersebut membuka kan gerbang, karna tadi Nona nya memberi pesan jika ada pemuda yang ingin masuk maka izinkan saja.

Padahal yang dimaksud Zara bukan lah pemuda ini, dasar satpam baru.

Reon memarkirkan motor nya, ia berjalan menuju pintu utama.
Pemuda itu menekan bell berkali-kali hingga keluarlah seseorang yang menjadi tujuan Reon.

Zara membulatkan mata saat melihat orang yang bertamu, bagaimana bisa Reon tau rumah baru nya? dengan secepat kilat ia kembali menutup pintu rumah nya namun dengan tak kalah cepat Reon langsung menerobos masuk.

"Lo mau ngapain?!" Bentak Zara seraya mendorong keras pintu rumah
"Gak punya malu lo ya! Apa emang urat malu lo udah putus, hah?!"

Reon tak menghiraukan ocehan wanita didepannya, Reon malah dengan lancang nya menyentuh perut Zara yang tertutup baju.

"BANGSAT! KURANG AJAR LO." Zara menghempas kuat tangan Reon.

"Anak gue kan?" Tanya Reon dengan tidak bersalah nya. Zara hanya bisa diam menatap sengit Reon dengan nafas terengah-engah.

"Kita gak bisa benar-benar pisah, karna lo lagi hami-"

"Ini bukan anak lo!"

Reon menunjukan tatapan menjengkelkan. "Gue yakin ini anak gue, karna lo cuma suka sama gue. Jadi apa salah nya kita kaya dul-"

"Kalaupun gue suka sama lo, gue gak bakal ngejar atau kembali setelah disakiti berkali-kali, "

"Gue hanya mau kita kayak dulu, gue nyesel Zar. Gue baru sadar kalo gue udah cinta sama lo."

Zara merotasikan matanya.
Reon kembali ingin menyentuh perut Zara namun dengan emosi Zara kembali menepis tangan pemuda itu.

"Telat! Lo urusin aja anak yang dikandung Meta, dan lo harus ingat bahwa anak ini bukan anak lo!"

"Tapi gue yakin seratus persen bahwa itu anak gue! Karna gue yang buat."

Zara melototkan mata nya, kenapa Reon jadi sefrontal dan sekurang ajar ini, bukan lah sifat asli Reon.

Reon menarik pinggang Zara, membuat tubuh Zara menabrak ketubuhnya lalu wajah laki-laki itu mendekat hingga...

Drrttt... Drttt...

Bola mata gadis itu terbuka, ternyata yang tadi hanya lah mimpi. Huh, Zara ini kenapa sih?

Zara menepuk berulang kali jidat nya.
"Astaga, gue kira nyata." Monolog nya.

Kini gadis itu beralih pada ponsel nya yang berdering.

"Halo."

"Hallo, gue didepan."

"Oke, bentar."

Zara merapikan rambut nya yang lumayan acak-acakan akibat tidur siangnya yang nakal tadi.

Gadis itu membukakan pintu untuk Givan.

"Baru bangun tidur?" Tanya Givan.

Zara mengangguk, "Masuk dulu."

Kedua orang itu duduk disofa ruang tamu.

"Nih, pesenan lo."

Zara menerima susu ibu hamil yang diberikan Givan.

"Tadi disekolah gimana?"

"Gak gimana-gimana." Acuh Zara.

"Lo gak mau berhenti aja apa, Zar?"

"Pengen nya gitu, tapi gue masih pengen lihat suasana sekolah."

"Tapi lo gak bisa kesekolah terus, perut lo bakal membesar Zar. Kan aneh tiba-tiba orang liat perut lo buncit."

Zara terkekeh, benar apa kata Givan. Sekarang saja perut Zara sudah lumayan membesar. Maka nya setiap kesekolah Zara selalu memakai Hoodie/Jaket dan seragam yang kebesaraan.

"Bulan keempat gue home schooling deh."

Setelah mempertimbangkan banyak hal, Zara memutuskan dikehamilan nya ke empat bulan baru lah Zara akan berhenti sekolah tatap muka dan lebih memilih home schooling.

"Nah gitu dong." Givan mengacak gemas rambut Zara. "Zar, nanti kalo gue tamat sekolah, gue nikahin lo ya."

Mata Zara terbelalak sempurna, "Apa sih? Gak jelas banget."

Givan terkekeh, "Lo tau kan Zar, gue suka sama lo. Bahkan dari dulu-"

Zara menepis halus tangan Givan yang mengelus rambut nya.
"Gue masih trauma, Van." Lirih Zara.

Givan tersenyum memaklumi, walau dalam hati ia sangat marah, tapi tidak mungkin ia meluapkan nya kepada Zara. "Malam ini gue bakal balapan sama anak Frontres, doain ya."

"Iya, gue doain lo cepet mati!"

Givan terkekeh mendengar ucapan Zara barusan. "Btw, lawan gue Reon."

Bola mata Zara membesar,
"Lo udah tau kan Van, balapan itu gak baik apalagi lo balap liar kalo legal sih gue gak masalah, lah ini? Gue takut lo ditabrak truk pas lagi aksi, gue takut tiba-tiba rem lo blong, gue takut kalo ternyata lawan lo itu main curang, gue takut lo ditangkep polisi, Van. Gue takut."

"Kekhawatiran lo itu buat gue apa buat Reon?"

Givan merasa aneh saja saat Zara melarang nya seperti ini, padahal satu minggu yang lalu ia juga melakukan balap liar melawan geng Cendrawasih dan Zara biasa-biasa saja.

"Ya buat lo lah!" Tidak sepenuh nya bohong, Zara juga mengkhawatirkan Givan tapi lebih dominan kepada Reon. Zara tau Givan ini sangat licik jika menyangkut Geng nya, dia takut terjadi apa-apa kepada Reon.

"Lo bohong. Gue gak liat tatapan khawatir dimata lo." Ucap Givan beranjak dari duduk nya. "Gue balik dulu, semoga doa lo terkabul."

Sakit sekali rasa nya menjadi Givan, 1 bulan ia berusaha menjadi apa yang Zara mau, berusaha membuka kembali hati gadis yang mungkin telah mati rasa itu gara-gara si brengsek Reon.

Dan semua ini salah Reon, camkan, Givan sangat membenci pemuda itu.

...oOo...
Mimpi nya lancar ya bund, hahaha.

VOTE
KOMEN
SHARE

Enjoy and see u
Bersambung...

845 kata

ZAREON [Lengkap]Where stories live. Discover now