27: 5

89.6K 9K 228
                                    

27: 5

HAPPY READING

...oOo...

"Non istirahat aja dulu, biar mbak yang ambil raportnya."

Zara menggeleng, "Gak perlu mbak. Adek bosen kalo dirumah sakit terus, enakkan juga kesekolah."

Setelah perdebatan singkat itu Zara dan Mbak Isti keluar dari rumah sakit menggunakan taksi. Mereka akan menuju kesekolah Zara untuk mengambil raport.

Zara dan mbak Isti masuk keperkarangan sekolah.
"Pak," sapa Zara kepada pak satpam.

"Pagi Zara." Sapa balik pak satpam

Mereka berdua berjalan dikoridor sekolah, banyak yang menatap kasihan pada Zara, demi Tuhan Zara sangat membenci tatapan itu.

Didalam kelas 12 IPA 5 sudah banyak para wali murid, Zara menyuruh mbak Isti untuk bergabung.

Sedangkan para siswa-siswi yang lain menunggu diluar.

Ribuan detik Zara dan yang lain menunggu sampai akhirnya satu persatu Wali siswa mulai keluar.

Zara menghampiri mbak Isti.
"Peringkat berapa?" Tanya Zara.

"Lima Non."

Waw, suatu kemajuan yang sangat pesat, bukan? Dari 12 ke 5 adalah hal yang tak pernah terpikirkan oleh Zara.

Nisa datang menghampiri Zara.
"Anjay, lo berapa?" Tanya Nisa.

Zara mengangkat kelima jari nya sombong.

"Seriosly? Liat-liat!" Nisa merebut raport Zara, ia kaget melihat angka yang tertera.

"Gilaa, lima beneran? Wah, hebat bener lo Zar."

Zara tersenyum simpul.

"Gue kagak ada perubahan, berenti di 20 terus." Sedih Nisa.

"Maka nya belajar atuh non!" Celetuk mbak Isti.

"Yah, mbak Isti gak tau aja seberapa giat nya Nisa belajar. Ibarat nya nih ya dari jam 1 sampai jam 1 lewat 2 menit, lama kan?"

Maklumin, Nisa ini.

"Eh, gue balik dulu yak. Bokap udah nunggu diparkiran, hihihi, tadi gue ghosting dia."

Definisi anak gak ada akhlak, bapak nya pun dighosting.

Zara dan Mbak Isti berjalan menyusuri koridor, tanpa sengaja Zara bertemu dengan Ares --Papa Reon.

Zara mencium punggung tangan Ares.
"Juara berapa Zar?"

"Lima Pa." Canggung Zara.

"Syukur, Papa titip ini boleh?"

Ares menyodorkan raport dan piala kepada Zara, "Punya Reon ya Pa?"

"Iya, kamu anterin ke Apartemen nya ya."

Zara menunjuk diri nya

"Iya, bisa kan?"

"Em, bisa kok Pa."

******

Sebelum keapartemen Reon, Zara pulang dulu kerumah untuk berganti pakaian, ia mengendarai mobil sport nya lalu berhenti di TPU tempat Ayah dan Ibu nya di makam kan.

Zara membeli bunga yang ada didepan TPU.

"Selamat siang Yah, Bu." Ucap Zara tiba disana.

"Adek mau cerita boleh?" Gadis itu menatap makam kedua orangtuanya bergantian.

"Boleh ya, adek dapet juara lima loh dikelas." Zara tersenyum.

"Ayah..., ayah inget gak janji ayah?" Kini Zara mengusap nisan Danil, Zara menengadahkan wajahnya, rasanya berat sekali.

"Kata Ayah, kalo adek berhasil masuk sepuluh besar, Ayah bakal beliin adek monas, iyakan? hahaha. Bodoh banget adek dulu ya, Yah. Tapi Ayah tetep harus tepatin janji ya. Pokoknya nanti bakal adek tagih disurga."

Air mata Zara perlahan jatuh,
"Ibu... maafin adek, adek selalu bikin ibu kesel, adek sering gak nurut apa kata ibu, adek suka bikin ibu marah-marah, suka nangkepin ikan-ikan ibu yang tenggelem, haha.., maafin adek ya bu. Disana pasti enak ya bu? Gak ada yang ganggu, gak ada yang harus ibu marahin, tapi adek rindu tau dimarahin sama ibu—"

Pedih sekali saat harus mengingat saat-saat kebersamaan bersama orang yang telah pergi, apalagi jika orang itu sangat berarti dalam hidup kita.

Zara tak mampu berkata, air mata nya mengalir deras, ia selalu teringat saat Dania memarahi nya karna menangkap ikan hias dikolam karna ikan itu tenggelam, saat Zara menggoreng ikan menggunakan piring kesayangan Dania, saat Zara merengek meminta adik, Zara tidak sanggup, ini terlalu berat untuk ia jalani sendiri.

"Adek kangen, ibu yang bahagia ya disana sama Ayah sama dede bayi juga."

Zara meninggalkan 3 buket bunga dimakam sang Ibu, Ayah dan Gali supir pribadi Dania yang ikut tewas dalam kecelakaan maut tersebut.

Dan sialnya, disaat ia ingin menemui Reon mata nya malah sembab seperti ini.

...oOo...
THANKS FOR READING

VOTE
KOMEN
SHARE

Enjoy and see u
Bersambung...

ZAREON [Lengkap]Where stories live. Discover now