𝐎𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐞𝐝 | 𝐈𝐧𝐦𝐚𝐭𝐞

44.2K 4.2K 264
                                    

Berikan dukungan kalian dalam bentuk vote & komentar, ya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Berikan dukungan kalian dalam bentuk vote & komentar, ya. Aku sangat menghargainya, terima kasih♡

***

Jasmine mendengus kesal dan memberi sedikit jarak antara tempat duduknya dengan Garlen. Ia merasa frustrasi karena harus berurusan dengan pria seperti Garlen berulang kali.

Bayangkan saja, pagi-pagi sekali, Garlen sudah berada di teras rumah Jasmine. Ia menunggu gadis itu keluar, dan saat Melinda bertanya, Garlen mengatakan bahwa ia ingin mengantarkan Jasmine ke sekolah. Jasmine sudah menolak tegas, namun Garlen tetap bersikeras.

"Besok tidak perlu antar atau jemput aku sekolah!" teriak Jasmine dari belakang karena suara motor sport milik Garlen yang bising, ditambah dengan suara kendaraan lainnya.

Garlen tidak merespons. Mungkin ia tidak mendengar suara Jasmine karena ia memakai helm full face. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di depan gerbang utama sekolah Lentera Bangsa.

Jasmine turun dengan cepat. Garlen melepaskan helmnya dan merapikan rambutnya yang agak berantakan.

"Besok tidak perlu antar aku lagi," ujar Jasmine.

Sekali lagi, Garlen tidak memberikan jawaban. Dia turun dari motornya dan berdiri di depan Jasmine.

"Katakan apa?" tanya Garlen.

Jasmine kesal, "apa kau tuli?! Aku bilang tidak perlu antar aku lagi!"

"Maaf, sepertinya telingaku bermasalah."

"Tidak perlu pura-pura tuli. Nanti kau bisa tuli sungguhan dan merasakan sendiri bagaimana rasanya!"

Jasmine mengedikkan bahu dengan sinis. Ia berjalan menuju gerbang sekolah. Namun, Garlen menahan langkahnya dengan mencengkram lengan gadis itu.

Jasmine berhenti dan menatap Garlen dengan pandangan kesal, "ada apa lagi?!"

Garlen melangkah lebih dekat ke arah Jasmine. Ia memajukan wajahnya dan mencium kening Jasmine dengan perlahan. Jasmine terdiam, dan denyut jantungnya semakin cepat.

Garlen menjauhkan wajahnya dan mengelus puncak kepala Jasmine dengan lembut sebelum kembali naik ke motornya dan pergi meninggalkan Jasmine yang masih terpaku di depan gerbang sekolah.

Saat sebuah tepukan di bahu mengagetkannya, Jasmine kembali sadar. Ia menoleh ke belakang dan menemukan wajah Danica yang memandangnya dengan kebingungan.

"Apa yang kau lihat?" tanya Danica.

"Tidak ada yang kulihat, ayo masuk ke kelas saja."

Jasmine menggandeng tangan Danica dan membawanya masuk ke dalam kawasan sekolah.

***

Bel pulang sekolah berbunyi, dan sementara para siswa-siswi lain merasa sangat menanti-nantikan suara itu, berbeda dengan Jasmine yang sebaliknya ingin berlama-lama di sekolah.

Obsessed Donde viven las historias. Descúbrelo ahora