𝐎𝐛𝐬𝐞𝐬𝐬𝐞𝐝 | 𝐑𝐮𝐢𝐧𝐞𝐝

26.9K 2.6K 203
                                    

Berikan dukungan kalian dalam bentuk vote & komentar, ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berikan dukungan kalian dalam bentuk vote & komentar, ya. Aku sangat menghargainya, terima kasih♡

****

Kekosongan merayap dalam jiwa Jasmine seperti angin yang menusuk melalui celah-celah jendela. Sedih dan luka yang dalam bersembunyi di balik mata yang keruh. Ancaman mengerikan itu bukanlah semata candaan belaka seperti yang pernah ia bayangkan. Sekarang ia terduduk sendirian di tengah kesunyian rumah, berharap waktu bisa kembali dan memutar ulang masa lalu yang kini hanyut dalam arus kegelapan.

Bayangan mobil Akmal yang jatuh ke jurang menghantui pikiran Jasmine seperti hantu penyesalan. Namun, beruntunglah, tubuh mereka ditemukan dalam kondisi hidup. Namun, lima hari berlalu tanpa jejak kesadaran dari orang tuanya. Jasmine menghabiskan waktu menunggu di rumah sakit, menaruh harapan pada tiap detak waktu, berharap orang tuanya akan kembali padanya. Tapi akhirnya, akhir Tuhan memilih untuk mengakhiri harapannya. Kini Akmal dan Melinda telah meninggalkannya, pergi tanpa jejak, meninggalkan dirinya dalam kekosongan yang lebih besar dari sebelumnya.

Seruan keras kakeknya, Damar, memecah sunyi yang menguasai ruang. Jasmine menoleh, pandangannya menemukan Damar yang mendekatinya dengan tergesa-gesa.

"Buang minuman haram itu, Jasmine!" seru Damar dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Pandangan mata Jasmine terpaku pada gelas yang berisi minuman beralkohol di tangannya. Setelah sesaat tertegun, ia memiringkan gelas, membiarkan isinya tumpah ke lantai. Gelap cairan itu menyerupai darah yang tumpah di medan pertempuran.

Jasmine berdiri dengan tenang, seolah-olah tak ada yang terjadi. Tatapannya justru menatap kakeknya dengan kedamaian aneh. Dalam tatapannya yang datar, terasa kesunyian pahit yang mendalam.

"Ada apa, Kakek?" bisiknya.

Damar mengangguk dengan tatapan yang penuh pertanyaan. "Kenapa kau seperti ini?"

Jasmine hanya mengangkat bahu, bibirnya membentuk senyum tanpa makna. "Aku tidak tahu."


Tidak, ini bukan lagi Jasmine yang dulu. Damar bisa merasakan, di balik pandangan kosong dan senyum tipis itu, ada sesuatu yang telah berubah. Ada kegelapan yang menutupi secercah cahaya yang dulu ada.

"Hidup Jasmine sudah mati, Kakek," kata Jasmine dengan suara serak, seolah tengah berbicara kepada bayangan.

Damar terdiam, merenungi kata-kata cucunya. Merasakan betapa jauhnya perubahan dalam diri Jasmine.

"Hanya kau yang tahu apa yang terjadi, Jasmine," gumam Damar dengan nada sedih.

Tangannya memijit pelipis, mencoba meredakan pusing yang tiba-tiba datang. Keheningan terisi dengan suara gelas yang diambil dari meja makan, isinya diisi dengan minuman yang tak pernah ia bayangkan Jasmine akan meminumnya.

Obsessed Where stories live. Discover now