Berikan dukungan kalian dalam bentuk vote & komentar, ya. Aku sangat menghargainya, terima kasih♡
****
Jasmine meraih Garlen dalam pelukannya, menarik tubuh pria itu ke sampingnya. Detak jantung Jasmine berpacu tak teratur, dan keringat dingin mengucur dari dahinya. Matanya terfokus pada pintu tempat pria asing tadi tiba-tiba menghilang.
Garlen merasa geram. Dengan cepat, ia me ngeluarkan ponselnya dan menelepon Morrigan.
"Gan, tangkap bajingan itu!"
Garlen berbalik untuk menatap Jasmine yang masih terdiam. Terlihat jelas bahwa gadis itu berada dalam keadaan syok. Dengan penuh perhatian, Garlen menyentuh pipi Jasmine, "Hei, aku di sini. Jangan khawatir, baik-baik saja."
Mendekatkan dirinya, bibir Garlen menyentuh dahi Jasmine dengan lembut. Mata Jasmine terpejam, merasakan sentuhan hangat di kulitnya. Mata hitam milik Garlen penuh perhatian saat ia menatap Jasmine.
"Kita pulang, ya?"
Jasmine memberikan setuju dengan anggukan. Garlen mengaitkan jari mereka dan membimbing Jasmine keluar dari ruangan tersebut. Mereka berjalan menuju mobil Garlen yang terparkir tak jauh dari tempat Jasmine disekap.
Selama perjalanan di dalam mobil, suasana menjadi sunyi. Meskipun begitu, Garlen sesekali mencuri pandang ke arah Jasmine yang tampak terdiam, memberikan waktu bagi dirinya untuk merenung.
Tak lama kemudian, ponsel Garlen berdering. Ia menghentikan mobilnya di tepi jalan untuk mengangkat panggilan dari Morrigan.
"Um?"
"Aku berhasil menangkap orang yang menculik Jasmine tadi. Tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh, Gar."
"Apa yang aneh?"
"Dia sepertinya tidak tahu banyak. Sepertinya dia hanya sebagai tukang suruh."
Garlen mengakhiri panggilan tersebut. Pandangannya beralih ke Jasmine yang masih terdiam. Tanpa sepatah kata pun, ia merasa bahwa Jasmine masih dalam keadaan syok. Garlen menghela nafas panjang sebelum melanjutkan perjalanannya.
Ketika mereka tiba di rumah Jasmine, gadis itu segera membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Namun, Garlen menahan lengan Jasmine sebelum ia bisa pergi. Jasmine membalikkan tubuhnya, menunjukkan ekspresi bingung dengan alis yang terangkat.
"Aku tidak akan pergi dari sisimu," ucap Garlen.
Namun, ekspresi Jasmine tetap datar. Ia menepis lengan Garlen yang masih menahannya, lalu pergi tanpa berkata apa pun. Begitu sampai di kamar, ponsel Jasmine yang ada di saku roknya bergetar.
YOU ARE READING
Obsessed
Teen FictionDark romance Jasmine Gloria, seperti bunga mawar di kebun yang rimbun, hidup dalam keluarga yang selalu menyirami kebahagiaan.Namun, takdir mengajarkan Jasmine dengan perumpamaan getaran yang berbeda saat Garlen tiba seperti badai di pantai pasir pu...