22📱

30 12 0
                                    

22

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

22. Interaksi sesaat


"Kakek ada rapat sekarang sama departemen pendidikan." Direktur sekolah Bhintaraja itu mendongak, memandang sang cucu yang tengah terbaring disofa. "Kamu mau disini?"

Rajan yang terbaring dengan mata terbuka lantas menoleh pada sang kakek.

"Hm!" Pemuda itu lantas beranjak mengubah posisi menjadi duduk. "Rajan ke kelas aja kek."

Sang kekek berhenti dari kegiatan memberi sampel namanya diatas lembaran kertas, netranya terus mengawasi sang cucu yang hendak beranjak dari tempat duduknya.

"Kaki kamu masih sakit?" Bukan tanpa alasan sang kakek bertanya, seharusnya memang Rajan sudah beranjak pergi memasuki kelasnya sedaritadi, tidak seenaknya saja, dan dirinya memang tak terlalu untuk memperbesakan hal yang menurutnya wajar.

Memasuki ruangannya, menjadikan tempat peristirahatan sang cucu memang sudah biasa, apalagi Rajan seolah pintar memberinya alasan untuk masuk. Seperti tadi pagi, sang cucu mengeluh karna kakinya sakit, tapi Rajan tidak memberikan alasan yang jelas mengapa kakinya bisa sakit.

"Masih." Rajan menyahut selagi berdiri tegak, lalu melangkah dengan tenang, tampak tidak memperlihatkan gestur orang yang tengah menahan sakit.

Sang kakek hanya bisa melengos selagi kembali menunduk, dirinya tau apa yang tengah cucunya pikirkan sampai mengalami cedera dikaki karna kejadian semalam. Tapi, tak terlalu ikut memusingkan karna sekali lagi, dirinya mewajarkan.

Membuka pintu, sosok Pria berstelan rapi lebih dulu menyembulkan kepala.

"Rajan!"

Rajan memundurkan langkah, tersenyum sopan.

Pria yang berdiri didepannya mengernyit, menaikan kaca mata. "Kamu tidak masuk kelas?"

Lagi, Rajan memberinya sorot sopan. "Ini mau ke kelas pak." Sahutnya.

Orang yang berdiri didepannya pak wawan, kepala sekolah Bhintaraja, walaupun pangkat sang kakek lebih tinggi dari kepala sekolah didepannya, Rajan tidak pernah membedakan mana sosok yang patut untuk diberi hormat.

Kepala sekolah tersebut tersenyum, menepuk bahu muridnya itu. "Belajar yang rajin, Pak direktur butuh kamu sebagai penerusnya."

Rajan balas dengan senyuman samar, selepas diluar dan pintu ruangan sang kekek kembali tertutup, dia baru bisa mengeluarkan decakkan, rautnya merubah terlihat dengan aura tidak tertarik, menunduk memandang kakinya yang masih terasa berdenyut.

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora