35📱

46 10 1
                                    

35. Effort


"Istilah kata 'Usaha tak akan mengkhianati hasil' memang benar adanya. Because now i'm feeling it." Deyara Lussi


****


Pagi...

Yoga meletakan ransel hitamnya diatas meja, bersamaan dengan paper bag berwarna coklat berisikan bekal milik Loly yang ditaruh dengan sangat hati-hati. Dibelakangnya, suara tawa ringan nan santai terdengar dari kedua gadis yang berjalan pelan memasuki kelasnya.

"Hadehh," Yoga berbalik menyorot malas Loly dan Yara yang berjalan santai didepan kelas. "Itu bisa gak sih jalan gak pake neken kuat banget kakinya?"

Maksudnya tuh, mereka lambat. Kan Yoga jadi jengah lihatnya.

Yara dan Loly yang tengah mengobrol melempar tatap pada cowok itu. Berbeda dengan Yara yang meresponnya dengan ringisan kecil, Loly justru tersulut beranjak cepat merangkul tangan Yara untuk sampai didepan cowok rewel itu.

"Heh! Lo tuh kalo ngomong di cerna dulu napa!!" Sungut Loly berapi.

Yoga mengerjap, melirih. "Makanan kali di cerna."

"Gak mutu banget lo bacot gitu, asal lo tau kalo bisa kayang gue gak perlu repot jalan. Coba nunduk!" Titah Loly dengan nada lengkingan kesalnya.

Gadis berseragam rapih dengan rambut gerai ditambah kacamata yang membingkai mata bulatnya mulai mendudukan bokongnya perlahan di kursi. duduk nyaman sambil mendongak menyaksikan perdebatan verbal didepannya.

Yoga dengan ekspresi lugu menurut untuk menunduk.

"Itu lo ngrasa gak sih kaki lo kaya neken sesuatu?"

Yoga tertawa ditengah tunduknya. Mulai mencemooh. "Yaiyalah buset, kalo gak neken mana bisa gue jalan berdiri tegak gini."

Tanpa sadar tangan Loly terangkat sendiri menampol dahi Yoga karna gemas bercampur sebal. "Si sueb punya otak bege, otak ager kebiasaan ditamperin mulu jadinya gini nih."

"OYY!" Seru Yoga tak terima.

Kaki berbalut sneakers putih itu mulai mengayun dibawah meja. Yara terdiam ditempatnya merenung sesaat sebelum mengedar pandang pada seisi kelas yang mulai ramai berdatangan. Tangan diatas pahanya ia kepal, menarik cardigan yang dilipat dibagian lengannya Yara tersentak saat ada yang menepuk pelan bahunya.

"Lo masuk, beneran udah fine Ra?" Loly disamping duduk rusuh menyorotnya khawatir.

Yara mengerjap bingung.

"Apaan banget lo baru nanya sekarang." Cemooh Yoga menyentil pelan dahi cewek bando putih itu.

"Ish!" Desis Loly, tangan yang terjulur siap membalas harus urung kala Yoga sudah ngacir ketempat duduknya. "Tangan lo anget Ra." Katanya, menangkup tangan terkepal Yara di atas paha.

Yara mengangguk. Melempar senyum. "Gue kan masih idup."

Dibelakang mereka, Yoga menertawakan dan Loly masih bisa mengabaikan.

"Muka lo juga masih pucet-pucet gitu." Ucap Loly lagi. Bertemu diparkiran sesuai janjinya Loly malah membrondongi Yara beberapa cerita yang dikumpulkannya dari kemarin-kemarin, tanpa ingat untuk sekedar menanyai keadaan sahabatnya yang terlihat biasa-biasa saja. Menganggap, bahwa kabar Yara kembali masuk sekolah dikarnakan cewek itu sudah benar-benar pulih.

Yara mengulum bibir, menghadap Loly saat itu juga. "Emang masih kurang?"

Mengerti maksudnya, Loly menuntun mata menatap maksud tadi Yara berucap. "Tambahin dikit sih kata gue. Lo bawa? Lipstick Liftint lipgolss lipbalm?"

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Where stories live. Discover now