42📱

50 3 4
                                    

42. Luka dan Harapan





Manusia itu tempatnya mempertanyakan sesuatu. Apa yang terjadi, apa yang di alami dan apa yang dirasa menjadi suatu pertanyaan untuk dirinya sendiri.

Seperti saat Yara bertanya mengapa kedua orang tuanya tidak pernah menuntut dirinya untuk menjadi yang sempurna di sekolah. Atau pertanyaan random yang hendak diutarakan, soal mengapa sang Papa bisa memilih sosok Lussiana untuk menjadi pendamping hidupnya.

Kadang kala, Yara menemukan pertanyaan yang tidak memiliki jawaban. Tapi dari pertanyaan yang pernah diutarakan pada kedua orang tuanya, mereka selalu memiliki berbagai jawaban. Dan Yara sebagai anak selalu puas mendengarnya.

Tapi khusus untuk saat ini. Yara benar-benar tidak memiliki jawaban atas sesuatu yang telah terjadi. Dimana saat ini Yara berdiri menatap lurus Rajan dalam radius 100 meter.

Berdiri mematung dengan raut tanpa riak selain menyisakan keseriusan dari kedua sorotnya. Menyaksikan kerusuhan Rajan dan teman-temannya di parkiran jujur tampak menjadi suatu kesenangan, melihat dengan jelas saat sosok yang di cari dan alasannya keluar kelas cepat-cepat tanpa sungkan menarik bibir-membentuk senyuman-sebagai bentuk apresiasi atas candaan yang terlontar.

Sebentar.

Jika disini Yara benar-benar terlihat tengah menemukan orang yang dicari, seharusnya memang sudah termasuk tindakan yang patut di pertanyai. Jadi, besar kemungkinan dia memiliki alasan sebagai jawabannya.

Biar Yara perlihatkan alasannya.

Dari pintu masuknya gedung Bhintaraja, kaki jenjang berbalut sneaker dan kaos kaki putih 12 cm diatas mata kaki itu mulai melangkah maju, siap menuruni lima anak tangga didepannya. Netra yang berpokus pada satu titik seolah memantapkan diri pada apa yang akan ditujunya.

Iya, tujuan Yara...

Rajan.

Ada beberapa pertanyaan yang harus dia utarakan pada cowok itu. Dan saat ini Yara benar-benar tengah berani untuk menghadap Rajan yang tengah berkumpul dengan teman-temannya.

Karna ketika datang waktu yang tepat untuk mengatakan yang sejujurnya,
Bahwa perkataan Rajan itu sangat menganggunya. Ada banyak sekali pertanyaan untuk cowok itu, sebelum Yara hilang keberanian,

dan akhirnya merasa ragu sebelum mencoba.

Yara spontan berbalik arah saat Rajan menoleh mendapatinya di kejauhan dengan ekspresi datar. Kelopak mata Yara mulai berkedut, upaya menahan sesuatu yang akan terjadi. Membuahkan hasil, saat gadis itu memaksakan mendongak untuk sesaat.

Ada satu yang Yara takuti di posisi seperti ini, bukan takut karna keberanian mencobanya gagal oleh rasa ragu. Tapi takut rasa ragunya terjadi berkepanjangan.

Karna keraguan yang berkepanjangan bisa membawa pergi sebuah kesempatan.

👩‍❤️‍👨👩‍❤️‍👨👩‍❤️‍👨



1 hari yang lalu.

"Lo pernah di gigit lebah?" Dengan bibir terkantup setelahnya, Rajan melirik Yara penuh atensi. Ketakutan cewek itu melihat hewan kecil berterbangan, jelas bukan tanpa alasan dia bertanya.

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon