36📱

30 7 2
                                    

36. terkuak

“Serapat apapun orang menyembunyikan sesuatu, akan ada saat dimana orang tersebut merasa menjadi seorang pendosa. Disaat itulah, aja jalan lain yang mengungkapkan.”

****


“Yara sama Mora, Kalian dipanggil sama bu Rasmi di kantor guru!”

Semua penghuni kelas MIPA 1 sama-sama memusatkan atensi pada sosok Rasti didepan kelas. Sekedar mencuri lirik pada kedua orang yang dipaparkan Rasti tadi.

Termasuk Yara yang tengah tersenyum mendengarkan perdebatan verbal Loly dan Yoga seketika senyumnya memudar dengan perlahan. Suasana kelas sesaat dilanda keheningan, ntah untuk sekedar menunggu salah satu bertanya menuntaskan rasa penasaran ditengah rasa gengsi melambung tinggi.

Tetapi memang pada dasarnya cowok yang tak ingin tau urusan orang lain, keheningan yang terjadi sesaat memang tak bertahan lama saat riuhan suara beradu dengan umpatan. Anak cowok kembali melanjutkan bermain game, serta anak cewek yang mulai mengeluarkan aura dominan, beradu dengan teguran.

Pada keadaan kelas yang kembali riuh, Yara memaksakan diri untuk beranjak. Dihati ada rasa tersentil tak nyaman saat mendengar bisikan mengenai dirinya, berusaha kuat saat melihat respon angkatan bahu Rasti dengan raut cuek saat ada yang bertanya mengenainya yang dipanggil.

“Mau gue temenin?” Tawar Loly ditempat duduknya. Ini bukan jam istirahat atau freeclass karna mereka bebas berbuat riuh. Tetapi, beginilah suasana menyambut guru yang telat datang di pembelajaran kedua.

Maka dari itu, Respon gelengan kecil Yara cukup membuat Loly mengernyitkan dahi. “Kalo lo mau nemenin karna takut gue kesasar, kayaknya nggak usah deh.”

Loly berdecak kecil. “Bukan itu...” Lalu mencuri lirik pada Mora ditempat yang mulai beranjak.

Mengikuti pandangan sahabatnya, Yara tersenyum tenang. “Dah ya, kalo ntar guru masuk jan lupa gue izinin bentar.”

“Ish Yara, lo ngerti gak sih maksud gue?” Tahan Loly dengan nada kesal.

Yara mengangguki. “I know. Gue sama dia gak ada masalah.”

“Siapa yang jamin tau itu?”

Berpikir sebentar, Yara melempar pandang pada cowok yang tengah melipat tangan dimeja memperhatikan interaksi kedua cewek didepannya. “Yoga!”

“Huh?!” Yoga mengerjap menunjuk diri dengan raut lugu. Terkekeh kecil, setelahnya Yara melangkah meninggalkan kelas.

💑💑💑

Didepan ruang guru, Yara banyak membuang nafas. Menatap punggung Mora yang tampak melangkah tenang menuju salah satu meja guru yang dihuni. Dia berjalan jauh beberapa meter dibelakang cewek beramut curly dengan wajah polesan make-up itu.

Suasana ruangan guru tampak tak berpenghuni selain hanya Bu Rasmi yang masih bersemayam dengan raut serius menatap beberapa lembar kertas didepannya. Cukup mengapresias melihat jiwa santai Mora menghadapi situasi panggilan seperti ini, sangat berbeda dengannya yang kini dilanda keresahan. Ketakutan akan sebuah masalah yang menimpannya lagi menjadi alarm pengingat Yara untuk memutar otak mencari sebuah kesalahan yang mungkin tak disadarinya. Lagi?

“Kalian berdua, duduk!” Cukup dengan mengeluarkan suara ditengah raut serius yang terpatri diwajah wali kelas yang sering disanjung karna tak pernah berucap tegas dan menyakiti, membuat Yara dan Mora sesaat saling berpandangan.

Putaran mata Mora melirik sekilas Yara tak luput dari perhatian sosok guru didepannya. Bu Rasmi membuang nafas sesaat, menatap bergantian Yara dan Mora didepannya. Kedua gadis itu masing-masing duduk dikursi yang telah disediakan. Dengan jarak yang sudah ditetapkan.

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Where stories live. Discover now