Chapter 7

7.5K 421 16
                                    

Playlist : Ella Mai - Shot Clock

Vote cerita sebelumatau setelah membaca 😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote cerita sebelum
atau setelah membaca 😘

CALL ME DEDEW
~NO AUTHOR, PLEASE~

🔞 Warning 🔞


🌷🌷🌷


Richelle melepaskan diri kemudian ia merengsek dipangkuan Alaric. Hal tak terduga gadis itu menjambak kesal padanya.

"Ichel, hentikan. Astagaaa. Kau melakukan kekerasan padaku," di tengah rasa sakit pada bagian kepala, pria itu justru tertawa.

"Menyebalkan! Alaric menyebalkan!" Persis ketika ia masih seorang gadis tujuh tahun yang sedang marah pada Alaric.

"Ampun, sayang. Maafkan aku tolong lepaskan tangan mu."

Richelle pun menurut. Wajahnya menekuk dengan bibir mengerucut karena kesal. Bisa-bisanya pria ini bercumbu dengan wanita lain. Dadanya naik turun begitu juga Alaric. Keduanya saling menatap dengan arti yang berbeda Alaric tetap memasang wajah tampan dengan senyum manis terulas santai.

Jari panjangnya merapikan rambut Richelle penuh perhatian. "I'm sorry, hem?"

Wajah mereka berjarak sangat dekat bahkan hidung mereka pun bertemu. Setiap hembusan napas menggelitik kulit mereka. Alaric tenggelam dalam bola mata yang menyimpan kekecewaan yang begitu terlihat jelas.

Bagaimana jika Richelle tahu dirinya telah memiliki kekasih yang dia cintai? Kemungkinan hal buruk seperti tadi pun pasti Vanessa alami. Tidak. Richelle tidak boleh tahu, selain tidak ingin terjadi sesuatu pada kekasihnya dari amukan Richelle- Alaric pun tidak mau membuat Richelle semakin terluka dengan kebenaran yang sudah pasti tak mungkin bisa ia terima nantinya.

"Aku cemburu. Aku memang tidak berhak tapi melihat kau berciuman dengan wanita lain- itu menyakitkan. Rasa ingin mencakar wajah wanita tadi begitu besar." Adunya dengan napas tertahan.

Alaric menghela napas. Mau sampai kapan cinta itu terus bermuara di hati gadis ini? Selain perbedaan usia, Alaric sendiri memang tidak yakin apakah rasa sayang dan ingin menjaganya murni sebagai seorang kakak atau sebagai pria.

"Aku pria normal, Ichel. Tidur dengan wanita sudah seperti kebutuhan."

"Kau bisa melakukanya padaku! Bukan dengan para pelacur! Aku tidak terima."

Alaric berhasil dibuat terkejut oleh penuturan Richelle hingga sesuatu yang lembab dan kenyal menyerangnya tanpa ampun. Richelle mencium bibirnya. Ia mengerjapkan mata dan otaknya masih linglung untuk beberapa detik.

Richelle menakup kedua pipi Alaric dan terus melumat sesuatu yang selalu membuatnya penasaran. Ini adalah ciuman terpanas yang pernah ia lakukan karena bersama kekasihnya dulu hanya sekedar kecupan biasa.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Where stories live. Discover now