Chapter 49

8K 442 24
                                    

Playlist : Justin Bieber - Ghost

Playlist : Justin Bieber - Ghost

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Ekhem, absen dulu . . .
Sebutkan tempat dimana kamu sedang baca part ini 😚

⚠️🔞⚠️


Kurang lebih sepuluh jam lamanya mereka semua sampai di Bandara Charles de Gaulle dalam waktu yang berbeda, tentu Edmond beserta keluarganya sudah lebih dulu sampai dan beristirahat di penthouse milik mereka.

Sedangkan Richelle kembali tertidur dalam perjalanan darat menuju mansion William di kota Paris-- dua kilometer jaraknya dengan menara Eiffel itu berada.

Alaric sudah mengabari Kenrich maupun David dan meminta izin pada mereka untuk membawa Richelle ke tempat tinggalnya.

Keesokan harinya, Richelle terbangun dalam pelukan Alaric yang bertelanjang dada. Tirai jendela diterpa angin pagi sebab pintu balkon terbuka begitu saja entah sejak kapan.

Tidurnya sangat pulas sehingga masih di jam enam pagi ini ia tidak lagi mengantuk. Tubuhnya yang hanya mengenakkan gaun tidur setengah paha itu-- beranjak dan duduk dari terbaringnya.

Dia tidak perlu bingung siapa yang menggantikan bajunya dengan gaun ini.

Sudah pasti Alaric memang siapa lagi? Pikirnya.

Untuk beberapa saat mata bulatnya memandangi sosok manusia yang baginya terlalu sempurna Tuhan ciptakan. Semakin bertambahnya usia, Alaric justru semakin tampan, dewasa dan errr, sexy.

Wajah berbentuk setengah oval itu memiliki rahang yang tegas disertai jambang tipis yang selalu tumbuh dan tidak pernah dibiarkan semakin lebat. Tatapannya beralih pada bibir merah dengan warna hitam yang tidak begitu kentara mungkin akibat keseringannya merokok. Hidungnya mancung sempurna, juga bulu mata tak lentik namun lebat memayungi kelopaknya yang terpejam. Ia begitu menyukai bentuk dan warna bola mata Alaric yang nyaris selalu menatapnya teduh.

Meninggalkan kecupan singkat di kening pria itu, lantas kedua kakinya menapak lantai berkarpet lembut. Richelle juga membetulkan letak selimut untuk Alaric namun pria itu malah telungkup dari posisi baringnya.

Pintu balkon ia geser semakin lebar, angin kota Paris pun menyambutnya dengan sukacita.

Merentangkan kedua tangannya ke atas seraya menguap pelan. Ah, betapa sejuknya udara di sini. Ia bisa melihat menara Eiffel dari kejauhan juga gedung-gedung yang berjejer abstrak. Morning view yang sayang untuk dilewatkan.

Ia menoleh ke bawah sana dan terdapat beberapa orang yang sepertinya para pelayan yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka di hari yang masih pagi ini.

Dari sini saja ia yakin bahwa tempatnya menginap adalah sebuah hunian mewah dan besar.

Bibirnya memancarkan senyum tipis tat kala melihat deretan pot bunga minimalis yang begitu indah dengan berbagai macam bunga tentunya.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Där berättelser lever. Upptäck nu