Chapter 32

7.9K 430 46
                                    

Playlist : Dawin - Dessert

Playlist : Dawin - Dessert

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


|Happy Reading|

🌷🌷🌷

Richelle membanting pintu mobil dengan pelan lalu menekan kunci yang ada di remote control. Merasa pegal dibagian tungkai kaki, ia pun melepaskan kedua high heels tujuh centimeter itu yang kebetulan ada seorang maid, pun ia menyerahkan benda mahal berwarna hitam tersebut untuk disimpannya.

"Mama ada di rumah?"

"Nyonya berada di dapur bersama Nona Sherin sejak pagi tadi, Nona."

"Sedang apa mereka?" Ada sengatan kecil yang tidak disukainya ketika mendengar hal itu. Oh, Richelle seolah iri melihat kedekatan Stephanie dan Sherin.

"Membuat kue, Nona Sherin ingin belajar seperti Anda." Pelayan itu tersenyum sopan dan berlalu ketika Richelle mengangguk pelan seraya melangkah ke ruangan dimana Stephanie dan Sherin berada.

"Lawrence Academy juga bagus. Kau ingin melanjutkan JHS di sana?"

"Apa boleh? Mengingat keluarga kita memiliki sekolah sendiri."

"Pemilik sekolah tidak harus sekolah di situ juga. Jika kau berkeinginan melanjutkan pendidikan di tempat lain, tentu saja boleh."

"Kalau begitu, aku harus bicara dengan Papa. Siapa tahu Papa tidak mengizinkan."

Terdengar suara tawa dari Stephanie setelahnya. Richelle tetap bergeming di balik dinding sebagai pembatas antara lorong dengan ruang makan. Oh, sepertinya menguping pembicaraan di keluarga ini sudah menjadi hal yang ia sukai.

"Kenapa kau beranggapan seperti itu, sayang? Memangnya apa yang kau inginkan tapi kami larang? Papa pasti akan semakin bangga jika kau semakin pintar saja sekolah di sana. Ingat, bisnis perhiasan milik keluarga kita harus kau pegang nanti."

"A-apa? Tidak. Tidak. Itu tidak mungkin."

"Apanya yang tidak mungkin? Sebagian bisnis Papa akan jatuh pada pewaris utama. Kakakmu, tentu kau pun memiliki bagian lain. Kami mempercayai Pearl'e untuk kau kelola nanti. Untuk itu, Mama mohon kamu sudah mau sedikit-sedikit belajar soal bisnis, ya?"

"Ma, apa tidak masih dini? Aku bahkan belum menginjak dunia perkuliahan, bagaimana bisa memahami soal bisnis."

"Kau itu putri Mama paling cerdas dan pintar! Hal semacam itu Mama yakin kau mudah menguasainya. Yang penting kau berniat, kan, menjalani bisnis keluarga? Setidaknya mengurangi beban Mama. Tidak mungkin di masa tua nanti aku tetap disibukkan oleh pekerjaan."

Sherin tersenyum lucu melihat wajah sang ibu yang merajuk seperti bukan wanita seusianya. "Baik lah. Mama tahu aku tidak sanggup menolak keinginan mu."

Richelle menelan ludahnya dengan kasar. Ia mulai menghirup napas dalam-dalam untuk meminimalisir sesak yang tak nyaman dalam rongga dada. Pembicaraan mereka mengapa begitu mengganggu?

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Onde histórias criam vida. Descubra agora