Chapter 29

7.2K 483 130
                                    

Playlist : 88 Letters - Why Don't We

Beri Dedew pertanyaan random! Dan aku bakal jawab tapi boleh juga dijawab sama pembaca yg lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beri Dedew pertanyaan random! Dan aku bakal jawab tapi boleh juga dijawab sama pembaca yg lain

..

Jam berapa kalian baca part ini?

Tulis juga emot cuaca di daerah kalian saat ini gaes!

Me : 🌧️

|HAPPY READING|

BANTU TEMUKAN TYPO 🔎

🌷🌷🌷

Acara terus berlangsung meski sempat terjadi kekacauan kecil yang diakibatkan Richelle namun tidak menjadi perhatian banyak orang. Beberapa media yang hadir pun berlomba-lomba memotret sekaligus menyebarkan kabar pewaris William yang telah mengenalkan wanita sebagai tunangannya.

Skyla dan Fernando tidak begitu hangat menyambut Vanessa. Hanya sekedar sapaan juga senyum tipis sebagai formalitas di depan banyak orang yang mengucapkan kata selamat atas pertunangan anaknya.

Untuk itu, Vanessa tidak berbaur lebih lama lagi. Wanita itu kembali ke apartemennya seorang diri. Tanpa ada kekhawatiran sedikit pun Jay membiarkannya begitu saja dan tidak menyuruh satu orang pun untuk mengawalnya. Ia rasa itu tidak penting.

Di lain ruangan, terlihat tiga pria tampan dan berkuasa berada di ruangan yang sama. Satu pria, pemilik tempat itu tengah berdiri menatap pantulan dirinya dari kaca jendela yang menghadap langsung ke pekarangan mansion yang masih terdapat banyak mobil terparkir rapih.

Menegak habis wiski di gelas kaca tanpa sedikit saja mengalihkan bola matanya dari satu objek yang ditatapnya kosong. Rahangnya mengetat menandakan bahwa dirinya sedang marah.

Marah atas dirinya yang telah berhasil membuat gadis yang selama ini ia jaga baik fisik maupun batinnya, tapi justru ia lah sumber kekecewaan sekaligus alasan tumpahnya tangis yang begitu menyedihkan.

Jahat memang. Tapi ia perlu melakukan ini. Terpaksa. Dan tidak ada cara lain yang lebih baik lagi.

Selepas mengumumkan kabar baik tapi buruk bagi orang terdekat, mata elangnya tidak berpindah pada sosok yang melangkah rapuh menghindari acara yang belum selesai.

Ada sesak yang samar menghinggapi perasaannya, agak terganggu memang saat ia menangkap wajah sendu juga tatapan luka yang begitu kentara. Percikan api seolah membakar ulu hati yang menimbulkan perih menyakitkan.

Jay segera menelpon beberapa pengawal untuk mengikuti ke mana pun Richelle pergi. Tentu ia khawatir jika terjadi sesuatu padanya. Bahkan belum ada beberapa detik saja dalam telepon- orang suruhannya mengatakan jika Richelle hampir saja menabrak pembatas kolam yang berada di pekarangan mansionnya.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Where stories live. Discover now