EXTRA CHAPTER

13K 451 27
                                    

🌹Happy eid Mubarak 🌹
.
.
.

Gak ada tambahan part lagi yaaa. Cuma satu!

Selamat membaca! 4200 word nih, senggol dong! 🤪

Tandai typo jika kalian menemukannya 😘

🌷🌷🌷

Ketika Richelle mengalami koma selama seminggu pasca melahirkan, rasanya dunia Alaric runtuh saat itu juga. Alih-alih menemui tiga anaknya yang baru saja menyapa dunia, ia justru setia berada satu ruangan dengan sang istri tercinta.

Mengalami koma seakan sulit untuk percaya bahwa istrinya akan sadar padahal dokter selalu meyakinkan  bahwa pendarahan yang dialami Richelle tidak terlalu fatal sehingga menyebabkan kematian. Hanya menunggu waktu sampai Richelle terbangun dari komanya.

Tetapi selama satu Minggu tidak menemukan tanda-tanda istrinya akan sadar, Alaric terus saja dilanda ketakutan. Untungnya, kala itu di tengah hari yang terik. Semua anggota keluarga kecuali orang tua Alaric-- yang berada di ruang inap yang hampir disulap menjadi ruang kerja Alaric itu-- diselimuti rasa bahagia dan lega tat kala Richelle sadar dari komanya.

Dan itu sudah delapan bulan berlalu. Richelle baik-baik saja. Untuk dua tahun ke depan-- tersisa satu tahun empat bulan lagi-- Richelle memilih untuk cuti karena ingin menjalankan program ASI dan MPASI untuk ketiga bayi kecilnya.

"Pelan-pelan, sayang. Merasa haus, hum?" Richelle bertutur lembut pada putra pertamanya. Ayden.

Malam sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan ini bukan untuk pertama kalinya Richelle terbangun oleh rengekan bayinya. Malahan ketiganya pernah bangun bersamaan yang dengan sigap Alaric pun ikut menenangkan bayi mereka.

Menimang sang bayi dalam dekapannya yang masih menyusu, Richelle mengusap-usap lembut punggung sang putra kedua yang bergerak-gerak gelisah.

Kemudian, ia tersenyum gemas karena tidak lagi merasakan emutan di puting payudaranya. Ternyata Ayden sudah kembali terlelap.

Pun ia rebahkan di ranjang bayi berwarna biru navy, di sebelah kanan ranjang bayi berwarna merah muda.

Ya, anak mereka adalah kembar tiga-- dua laki-laki dan si bungsu perempuan.

"Good night, babes. Mommy sangat menyayangi mu." Richelle berbisik lembut

"Sayang?"

Richelle menoleh cepat ke arah sumber suara. Ia meninggalkan kamar sang buah hati sembari mengancingkan bajunya lagi.

Alaric terbangun namun tidak menemukan sosok istrinya. Mengucek mata bak anak kecil, ia ingin menyusul ke kamar bayi mereka melalui pintu yang terhubung langsung dengan kamarnya.

"Em, bayi besarku juga ikut terbangun, hum?"

Alaric baru saja menapaki lantai namun sosok yang dicari sudah berjalan menghampirinya.

"Siapa yang kali ini bangun, sayang?" Ia mendusel di perut rata sang istri sembari memeluk manja.

"Ayden, sayang." Richelle berbisik setelah menguap halus. "Ayo, tidur lagi. Aku masih mengantuk."

"Yes, Mom. Kemari lah. Giliran ku, aku juga kehausan Mommy."

Richelle tertawa pelan di tengah-tengah kesadarannya. Ia tidak peduli, biarkan saja suami manjanya ini membuka kancing pajamas nya sendiri. Richelle sudah berada di ambang kekantukan yang luar biasa.

Ya, meski sudah memiliki tiga anak, Alaric tidak mau mengalah. Ia harus tetap mendapatkan jatah.

Puluhan botol susu yang dibelinya jarang sekali Richelle gunakan untuk anak-anak mereka, karena istri cantiknya ini selalu berusaha ingin langsung menyusui mereka. Hanya di saat-saat tertentu saja baru lah botol susu itu digunakan.

𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓Where stories live. Discover now