4 | 𝐤𝐞𝐝𝐚𝐢 𝐤𝐨𝐩𝐢 (𝟐)

276 61 18
                                    

Empat hari berlalu. Sepulang sekolah Petra berniat untuk datang lagi ke kedai kopi milik Levi. Sepertinya akan menjadi rutinitas baru bagi Petra. Gadis caramel itu sudah terlanjur "jatuh cinta" kepada minuman pahit bernama espresso buatan si pria dingin bernama Levi.

"Mungkin aku akan memesan minuman lain"

-

-

-

"Selamat sore Levi-san"

Petra melambaikan tangan kemudian duduk di tempat favoritnya yang mengarah langsung ke hadapan Levi. Namun suasana kedai saat itu lumayan ramai tidak seperti biasanya.

"Espreso?" tanya Levi seakan-akan tahu apa yang akan dipesan Petra.

Petra termenung sebentar melihat deretan menu yang terpampang, "Ah tidak, mungkin sekarang aku akan memesan minuman lain, kalau begitu aku pesan cafucino."

Levi mengangguk pelan lalu membuatkan cafucino pesanan Petra.

Sedangkan dari tempat duduknya, lagi-lagi hati Petra mengatakan dan seakan menyuruhnya untuk memandang lelaki bersurai tersebut.

Dan Petra tak dapat menangkisnya.

Punggung Levi terlihat tegap dan sedikit lebar. Tinggi Levi juga tidak jauh berbeda dengannya. Selain itu, Petra ingin berkata jujur dan mengakui kalau Levi memanglah tampan. Meskipun berwajah datar dan cenderung menyeramkan.

Awalnya... Petra hanya ingin menikmati espresso ataupun minuman lain buatan Levi. Karena Petra juga belum terlalu mengenalnya.

Akan tetapi... Petra seperti merasakan suatu hasrat yang aneh. Apa itu? Petra sendiri tidak mengerti, namun berkat minuman ini, gadis itu jadi berpikir.. Bagaimana kalau ia mengenal lebih dekat lagi tentang Levi? Seperti apakah Levi jika Petra sudah lebih mengenalnya?

"Pesananmu"

"Terima kasih. Ahh... Levi-san?"

"Apa?" Levi menoleh begitu mendengar namanya dipanggil.

"Apa Levi-san orang baru disini? Setahuku.. Tempat ini dulunya adalah rumah kosong yang tidak ditempati. Sebelum akhirnya dijadikan kedai olehmu"

"Ya. Aku pendatang dari Perancis"

Berarti dugaanku benar, kalau orang yang dimaksud Charlotte adalah Levi-san- gumam Petra ketika ia teringat dengan ucapan Charlotte di sekolah kala itu.

"Lalu.. Kenapa Levi-san lebih memilih untuk pindah kesini dan membuka kedai?"

"Apakah aku harus memberitahumu?" Levi memberikan tatapan sedatar tembok kepada Petra, membuat lawan bicarannya bingung menebak.

Petra tersentak, "Maaf. Maaf jika aku tidak sopan dan terlalu berlebihan. Hmm.. Lupakan saja" Petra menunduk dan lebih memilih meminum cafucino.

Tiga menit telah berlalu, Levi berdeham pelan dan tanpa disangka-sangka ternyata ia benar-benar menjawabnya.

"Aku hanya ingin saja. Tak ada alasan khusus" jawaban berat serta pelan namun terdengar mantap.

"Baiklah, aku mengerti" Petra tersenyum. Lalu menyeruput kembali minumannya. Bulir-bulir cafucino yang menempel di sudut bibir Petra membuat gadis itu terlihat blepotan. Dan Levi melihat itu. Tapi tanpa Petra sadari.

Karena terlalu fokus melihat bibir blepotan Petra, secara tidak sengaja Levi menyenggol teko kecil berisi air panas yang tadi ia isi. Air dalam teko pun tumpah dan mengenai tangannya. Levi terdengar meringis menahan rasa perih.

"Levi-san! Tanganmu terkena air panas!" Petra panik, dengan cepat ia langsung menghampiri Levi.

"Tch"

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Where stories live. Discover now