16 | 𝐩𝐡𝐨𝐧𝐞 𝐧𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫

234 50 2
                                    

"Eh? Apa maksud ayah?"

"Apanya yang apa? Levi sudah mengantarmu sampai sini, kita harus mempersilahkannya masuk. Dia mungkin kelelahan"

"Tidak perlu, saya tidak apa-apa. Terima kasih atas ajakannya, tapi saya harus kembali." jawab pria itu menolak.

Tuan Ral menggeleng pelan, "Masuklah dulu sebentar, tidak apa-apa, kan? Kau bisa beristirahat sejenak di dalam"

Levi memandang mata sayu pria paruh baya di depannya. Niat awalnya tuk menolak ajakan tersebut langsung ia urungkan dan dengan terpaksa menerimanya. Hati Levi menjadi sedikit tergerak melihat tatapan berharap dari wajah yang tak lagi muda itu.

"Baiklah.."

Tuan Ral tersenyum senang. Segera mempersilahkan si pria masuk ke dalam rumahnya. Mengajaknya duduk di sofa panjang yang empuk.

"Petra, kau sedang apa? Cepat masuk"

"I-iya Ayah.."

Kemudian Levi masuk kedalam dan duduk di sofa ruang tamu sesuai ajakan dari sang tuan Rumah. Rumah yang tidak terlalu besar namun terasa nyaman. Gaya tradisional menjadi ciri khas utama rumah ini. Perabotan-perabotan unik disimpan dalam lemari kaca. Foto-foto yang berjejer menjadi entitas selanjutnya yang iris kelabu Levi amati. Mulai dari yang diletakkan di atas meja maupun yang digantung di dinding.

Apakah itu Petra....

Gadis kecil lucu tersenyum manis dalam pangkuan seorang pria berumur sekitar 30-an sembari melihat kearah kamera. Disamping pria tersebut berdiri seorang wanita muda cantik. Berambut caramel yang persis seperti si gadis kecil. Foto selanjutnya menampilkan Petra mengenakan seragam SMP sedangkan di masing-masing tangannya memegang buket bunga dan ijazah.

"Kopi?" tanya ayah Petra.

"Tidak, terima kasih"

"Ayolah, sekedar membuatkan kopi tidak akan membuatku repot"

"Maaf, saya tidak suka kopi"

"Oh ya? Lalu kau suka apa? Hmm.. bagaimana dengan cookies?"

"Levi-san tidak suka makanan manis" Petra yang baru saja duduk langsung menyela tiba-tiba.

"Oh ya, kau tahu darimana?"

"Levi-san pernah bilang padaku waktu itu, benar kan?"

"Hn" Levi bergumam pelan.

"Kalau begitu kau suka apa?" tanyanya lagi.

"Saya biasa minum teh hitam tanpa gula"

"Teh hitam tanpa gula? Kau suka minuman tak berasa seperti itu?"

"Hn. Menurut saya, teh hitam tanpa gula bisa membuat tubuh menjadi rileks"

Tuan Ral mengangguk, "selera yang bagus. Aku belum pernah minum teh hitam tanpa gula. Mendengar perkataanmu aku jadi ingin mencobanya"

Tuan Ral menolehkan kepalanya ke arah Petra yang duduk tak jauh darinya. Tanpa disebutkan pun Petra sudah mengerti apa yang dimaksud Ayahnya.

"Baik Ayah, tiga cangkir?"

"Ya. Kita bertiga akan menikmati teh hitam tanpa gula"

Tatkala Petra pergi ke dapur untuk membuatkan teh hitam, Tuan Ral duduk di hadapan Levi bermaksud untuk mengakrabkan diri dengan pria yang telah mengantarkan putrinya pulang kerumah.

"Jadi.. Namamu Levi?" tanyanya membuka pembicaraan.

"Iya"

"Aku Peter Ral, ayahnya Petra." tangan keriput mengulur tepat di hadapan Levi. Dibalas balik oleh uluran tangan kekar dan kokoh yang menjadi objeknya.

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang