13 | 𝐬𝐢𝐜𝐤

238 54 16
                                    

"Levi-san!"

"Jangan berteriak di rumahku"

"Ma-maaf..."

Petra mengecek suhu tubuh pria itu dengan menempelkan punggung tangannya di atas dahi Levi. Petra terkejut ketika merasakan suhu tubuh Levi sangat panas diatas normal.

"Tubuhmu panas sekali. Kau sakit"

Levi tidak mengindahkan ucapan Petra. Ia sibuk memeluk tubuhnya sendiri agar memberikan sensasi hangat kepada dirinya.

"Maafkan aku. Ini semua gara-garaku. Kalau aku tidak mengambil payungmu saat itu mungkin kau tidak akan seperti ini" ucapnya lemah.

Levi masih tidak berucap. Melihat itu, Petra mengerti. Mungkin Levi sedang tidak ingin berbicara dikarenakan kondisinya sedang lemah. Dan rasa bersalah makin menjalar di hati Petra. Akibatnya, Petra menjadi merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi kepada Levi saat ini.

"Apa Levi-san sudah makan?"

Levi menggeleng lemah.

Gadis itu mendengus pelan. "Kenapa? Levi-san harus makan. Rasanya memang tidak enak jika sedang sakit seperti ini, akan tetapi tubuh tetap perlu asupan nutrisi bagaimanapun kondisinya"

"Aku tidak berselera"

Dengan lembut dan penuh hati-hati, Petra meraih lengan kokoh pria kelam itu agar berdiri dan mengajaknya ke kamar.

"Kalau begitu istirahatlah di kamar. Jangan duduk diam disini. Tidak apa-apa, aku akan membantumu" ucap Petra sembari menarik perlahan lengan Levi untuk menuntun nya ke kamar.

"Apa yang kau lakukan?" Sergah Levi.

"Levi-san, tubuhmu perlu istirahat. Jangan terlalu memaksakan diri. Kondisimu sedang lemah"

"Tidak perlu"

Lagi-lagi Petra mendengus pelan. Akan susah untuk mengajak Levi ke kamar agar bisa beristirahat. Petra tidak akan menyerah, kondisi Levi saat ini akan menjadi tanggung jawabnya. Karena dirinya juga Levi menjadi seperti itu.

"Levi-san harus istirahat!"

Petra tidak peduli, ia terus menarik lengan kokoh pria itu untuk menuntunnya menuju kamar. Melihat keteguhan hati si gadis akhirnya Levi pun menyerah. Lagipula kondisinya sedang tidak sehat, Levi butuh perawatan dari seseorang dan ia juga tak ingin buang tenaga hanya untuk berdebat dengan Petra.

Petra menuntun Levi menuju kamar berpintu coklat dan ya.. Petra memang tidak tahu yang mana kamar Levi, karena jumlah kamar disana ada tiga. Tetapi Petra yakin kalau kamar yang ada di hadapannya adalah kamar Levi. Entahlah, karena firasat, mungkin? Atau karena insting dari seorang calon istri? Ahh.. Tidak ada waktu untuk memikirkan itu, Petra segera membaringkan tubuh tegap Levi di atas ranjang kemudian menyelimutinya dengan selimut tebal.

"Tunggu sebentar disini" ujar Petra tatkala ia berhasil menyuruh sang tuan rumah beristirahat di kamarnya.

"Kau mau kemana?"

Langkah Petra berhenti di ambang pintu. Ia menoleh menuju sumber suara, "tak perlu khawatir. Istirahat saja" Setelah itu Petra pergi entah kemana.

Lima menit setelahnya Petra kembali ke kamar sambil membawakan satu baskom berisi air dingin dan handuk kecil ditangannya.

Levi bingung, "kau mau apa?"

Petra mengambil kursi kecil di sudut ruangan kemudian memposisikan dirinya agar duduk tepat di samping pria itu.

"Aku akan mengompresmu. Demam-mu makin tinggi"

Levi menjauhkan sedikit dirinya dari Petra. "Ini hanya demam, tak perlu berlebihan seperti itu"

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang