21 | 𝐡𝐮𝐫𝐭

238 55 29
                                    

Petra super khawatir ketika melihat kondisi Ayahnya yang secara tiba-tiba drop begitu saja sejak tadi pagi. Dokter di Rumah Sakit mengatakan bahwa Tuan Ral mengalami infeksi saluran pernafasan bawah. Penyakit tersebut muncul akibat TBC yang di deritanya sekitar empat tahun lalu.

Petra menarik perlahan rambut caramelnya ke atas. Bingung, itulah yang ia rasakan. Pasalnya, darimana ia bisa mendapatkan uang untuk membiayai pengobatannya? Sedangkan dirinya saja belum bisa bekerja dan masih mengenyam pendidikan sekolah.

"Petra.."

"Ayah!" Tuan Ral yang sudah dibawa pulang kerumah kini membukakan mata dan langsung melihat sosok putrinya di sebelah.

"Petra.. Kau tidak sekolah?"

"Ini sudah sore, yah.."

"Hmm..?" Tuan Ral menggunakan atensi nya untuk menyusuri sekeliling rumah. Kamar tempat ia berada sangat familiar di matanya.

"Ini dimana?"

"Ini kamar Ayah.. Ayah baru saja pulang dari Rumah Sakit"

"Memangnya ada apa denganku?"

"Tadi pagi Ayah tiba-tiba pingsan dan drop begitu saja"

"Ayah tidak ingat.."

"Ayah tidak perlu mengingatnya. Ayah hanya perlu istirahat" Petra memegang sebelah tangan Tuan Ral yang sudah berkeriput.

Tuan Ral menghembuskan nafas pelan "Ayah sudah merepotkanmu lagi ya.. Maaf"

Gadis Ral itu menyelipkan beberapa helai anak rambutnya ke belakang telinga sembari tersenyum manis, "Ayah tak pernah merepotkanku sama sekali. Jangan khawatir"

Tiba-tiba setitik air bening jatuh dari sudut mata Tuan Ral. Melihat itu, Petra terperanjat.

"Ayah, Ayah tidak apa-apa?!"

Tuan Ral mengusapnya menggunakan punggung tangan. "Ahahaha.. Tidak. Ayah hanya terharu karena mempunyai anak sebaik dan secantik dirimu"

"Ayah.. Jangan membuatku takut" Petra menyilangkan tangan di dada.

"Hahaha.. Maaf"

Petra mengelap keringat yang membasahi pelipisnya. Disaat yang bersamaan, Tuan Ral langsung teringat kepada sesuatu. Tangannya memanjang untuk meraih laci dan mengambilkan kantong kertas kecil dari dalamnya.

"Sebaiknya kau cepat berikan itu kepada Levi" Tuan Ral memberikan putrinya kantong kertas tersebut.

"Eh, ini apa, Ayah?"

"Itu teh hitam kualitas terbaik. Ayah membelinya kemarin kalau tidak salah. Ayah sengaja ingin memberikan itu karena kita berdua memiliki selera yang sama"

"Lagi? Ayah sudah memberinya beberapa hari lalu"

"Ayah tahu. Tapi.. Ayolah. Kau tidak mau menuruti permintaan ayah?"

Petra menghela nafas, setelah itu ia tersenyum tipis, "sebegitunya kah ayah kepada Levi-san?"

"Itu bukan apa-apa. Ayah hanya ingin memberinya saja. Bisa kau tolong antarkan itu kepada Levi?"

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt