14 | 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧

228 50 26
                                    

Levi mengerjapkan matanya sedikit demi sedikit untuk 'mengumpulkan nyawa' agar bisa terbangun dari istirahat nya. Setelah dirasa nyawanya sudah terkumpul, ia seperti merasa kehilangan sesuatu. Dan benar saja, Petra sudah tidak ada di pelukannya. Gadis itu telah pergi. Iris kelabu Levi menelusuri ke sekeliling kamar, lampu didalam rumahnya juga sudah menyala, sepertinya hari sudah mulai malam. Levi pun bertanya-tanya, sudah berapa lama ia tertidur?

Dengan super malas Levi menyingkirkan selimut yang menyelimuti tubuhnya dan beranjak dari tempat tidur. Namun perhatiannya segera teralihkan kepada secarik kertas yang tergeletak di atas nakas, Levi pun mengambilnya.

'Aku sengaja tidak membangunkanmu agar kau bisa beristirahat secara maksimal. Aku tidak punya nomor ponselmu jadi kutulis saja di kertas ini. Oh Iya, di dapur aku sudah membuatkanmu makanan. Jika sudah bangun, jangan lupa makan ya. Semoga cepat sembuh Levi-san :)'

Petra Ral


Levi meletakkan kembali kertas tersebut ke tempat semula, kakinya mulai melangkah keluar menuju dapur. Sesampai nya di dapur, Levi tercengang karena melihat berbagai macam jenis makanan sudah tersaji di atas meja makannya. Petra tidak main-main, gadis itu benar-benar menyediakannya makanan. Masakan Jepang seperti yakisoba, tontkatsu, makanan penutup, dan juga sup labu. Tidak lupa teh hitam hangat tanpa gula.

Levi duduk di salah satu kursi meja makan sembari menatap makanan-makanan tersebut. Anehnya, Levi sama sekali tidak tergiur oleh hidangan enak tersebut. Bukan karena ia sedang sakit, tapi karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang Levi ingin tuk tetap berada disana menemaninya makan. Begitu, mungkin? Levi selalu sendirian tatkala ia makan. Punya teman tuk diajak makan bersama mungkin akan menyenangkan.

Dengan santai Levi mengambil sendok yang sudah disediakan kemudian memasukan satu suap sup labu ke dalam mulutnya. Merasakan bagaimana makanan lembek itu turun ke kerongkongannya, untuk selanjutnya dibawa menuju lambung. Siap untuk melalui proses pencernaan.

"Enak"

Sepatah kata yang keluar dari mulut ketika ia tahu bagaimana rasa makanan tersebut. Kata yang singkat namun sangat bermakna.

***

"Petra, kau kemana saja kenapa baru pulang sekarang?" tanya ayahnya khawatir.

"Maaf ayah, temanku sakit, aku tidak tega membiarkannya sendirian"

"Maksudmu Levi?"

"I-iya, dia sakit gara-gara aku, aku merasa bersalah, maka dari itu aku merawatnya"

Ayah Petra mengernyitkan dahi, sebagai seorang anak yang sudah tinggal lama berdua dengan sang Ayah, Petra mengerti bahwa Ayahnya sedang memintanya untuk menjelaskan lebih rinci lagi.

Dengan nada tenang sambil tersenyum, Petra menjawab "Ayah tak usah berpikir macam-macam. Aku hanya merawatnya. Tidak ada maksud apapun, sungguh. Aku melakukan itu karena aku tidak tega membiarkan dia sendirian dalam kondisi sakit. Ayah pasti mengerti"

Beberapa detik setelah mendengar jawaban dari putrinya, Tuan Ral ikut tersenyum "Iya, ayah mengerti. Baguslah. Memang seharusnya begitu kan?"

Petra menatap ayahnya intens, "Ayah tidak marah?"

"Ayah percaya padamu. Kau tidak akan macam-macam" jawabnya menepuk pundak kecil Petra. "Sekarang cepat mandi"

Petra tersenyum lagi, "baik, Ayah"

-

-

-

Pukul 22:15 waktu setempat. Petra belum ada niatan sama sekali untuk merebahkan dirinya di atas ranjang. Gadis itu masih berkutat dengan bolpoint dan buku kotak kecil di atas meja belajarnya.

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Where stories live. Discover now