26 | 𝐜𝐨𝐦𝐢𝐜 𝐛𝐨𝐨𝐤

206 54 4
                                    

"Mau sampai kapan kau seperti itu terus?" Perempuan rambut maroon menyilangkan tangannya di dada. Menatap datar teman lelaki di sebelahnya sekaligus yang menjadi tetangganya.

"Memangnya kenapa?"

Isabel mendengus kasar. Menurut pandangan Isabel, Farlan terlalu fanatik kepada perempuan bernama Petra yang selalu Farlan gambar di atas kertas putih.

"Kau adalah penggemar rahasia, enthusiast, atau fanatik? Atau jangan-jangan stalker?"

Farlan memasukkan gambar yang telah dibuatnya kedalam tas kemudian berangkat menuju sekolah. Buru-buru Isabel menyusul dan mengekorinya dari belakang.

"Hei, kau tidak menjawab pertanyaanku!"

"Haruskah?" jawab Farlan ketus.

"Tch, kenapa sih kau selalu saja bersikap begitu padaku? Padahal kita sudah kenal lumayan lama. Kita juga bertetangga"

Farlan menghentikan sejemang langkah kakinya lalu melihat kearah Isabel.

"Karena kau selalu saja protes mengenai hobiku menggambar Petra. Kenapa memangnya? Apa itu mengganggumu?"

Bukan jawaban yang Farlan dapat, Isabel malah bertanya balik "Apa Petra tahu tentang gambar itu?"

Seketika mata biru Farlan membulat, "kau..tidak perlu tahu"

Mata Isabel berbinar, ia yakin kalau perempuan bernama Petra itu tidak tahu mengenai gambar dirinya yang selalu Farlan buat. Isabel juga yakin kalau Farlan adalah penggemar rahasia Petra yang fanatik.

"Sial, Farlan! Kau adalah penggemar rahasia fanatik!" celetuk Isabel.

Farlan berdecih kesal sambil melanjutkan langkahnya. "Jangan seenaknya menyebutku fanatik!"

"Hahahaha... Jangan sok suci, Farlan. Aku tahu semuanya. Aku juga tahu tentang puisi bertajuk 'bunga matahari'. Puisi itu ditunjukkan kepada Petra. Benar, kan?" Isabel menyilangkan dada penuh kemenangan.

Mendengar hal itu, Farlan membulatkan kedua bola matanya terkejut. Ia memegang kedua pundak Isabel sembari memasang raut wajah penuh kekesalan.

"Hei, kau masuk ke kamarku ya?! Apa yang sudah kau lakukan? Tch, kenapa perempuan sepertimu tidak punya sopan santun masuk ke kamar orang lain begitu saja?!"

Pernafasan Isabel seperti tercekat. Baru pertama kalinya bagi Isabel mendapat perlakuan seperti itu dari Farlan. Dibentak dengan nada yang cukup tinggi. Apakah perempuan bernama Petra itu sangatlah berarti bagi kehidupan Farlan? Pun Farlan sering sensitif jika membahas sesuatu yang berhubungan dengan Petra.

"Maaf" jawab Isabel lirih. "Aku hanya penasaran kenapa kau sebegitunya kepada Petra" Isabel menjauhkan tangan Farlan dari bahunya.

"Kuberitahu pun tidak akan penting bagimu" Farlan menambahkan.

Isabel menunduk sedih. Hatinya sakit. Iya, sakit, dibentak oleh lelaki yang diam-diam selalu Isabel pikirkan setiap harinya.

Setelah mendengar ucapan tambahan dari Farlan, Isabel langsung berlari menjauh meninggalkannya. Belok ke arah kiri menuju sekolahnya. Melihat hal tersebut Farlan mengernyit bingung akan tingkah laku Isabel yang menurutnya aneh.

"Hei, kau marah padaku?!" Farlan menempelkan tangannya di dekat mulut untuk berteriak kepada Isabel. "Isabel, hei, aku bicara padamu! Kau marah, hah?!" namun gadis berambut maroon itu telah lebih dulu pergi. Tak menghiraukan teriakan Farlan.

Lelaki pirang itu hanya menghela nafas pelan, "aneh.." ucapnya. Lalu pergi melanjutkan perjalanannya.

-

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang