- 23 -

2K 206 37
                                    

3 jam yang lalu.

Langit senja mulai nampak kala itu, ketika Adam berjalan dengan cepat menuju parkiran. Tujuannya saat ini adalah rumah si kembar, sembari merapal dalam hati semoga kedua saudara kembar identik itu tidak sedang bertengkar hebat. Atau kemungkinan yang lain, semoga Dika baik-baik saja.

Namun kedatangan seorang gadis yang tidak asing baginya menghentikan langkah Adam. Penuh kekhawatiran dan dengan bola mata yang meliar memperhatikan sekitar, gadis itu berjalan cepat mendekati Adam.

"K-kak.. tolong" ujar Citra. Dahi Adam berkerut tidak suka melihat gadis itu. Matanya merah hampir menangis, sedang kedua tangannya menggenggam lengan Adam kuat.

"Apasih lo?! Minggir. Gue buru-buru!" Adam melepaskan genggaman cewek itu dari lengannya.

"Kak Adam, please. Dengerin saya dulu. Ini tentang kak Aksa!"

Mendengar ucapan Citra menyebut nama itu Adam tertegun. Segera atensinya penuh pada cewek itu. Adam yakin Citra tahu semuanya. Mengingat cewek mungil didepannya ini pernah menjadi komplotan penjahat yang masih tidak ditahu oleh Adam.

"Kak Reza sama kak Malik. Mereka berdua yang ngelakuin itu semua tadi," dengan sesenggukan ia mulai mengungkapkan.

"Bercanda lo gak lucu! Reza itu sahabat gue sama Aksa! Dia juga dari tadi sama gue. Minggir lo, bacot!"

"Kak, please! Kak Adam harus percaya. Saya adeknya kak Reza! Yang nganterin makanan waktu itu, kak Reza yang nyuruh aku. Kak Reza tau kak Aksa alergi seafood!" jelas Citra, berharap semoga dengan ebegitu ucapannya akan dipercayai.

Adam terdiam. Keraguan mulai muncul di hatinya. Ia ingin percaya pada Reza sahabatnya, tapi cewek dihadapannya sekarang memberikan opini yang kuat.

"Saya enggak tau apa lagi yang mereka rencanakan, tapi please, percaya saya, kak. Kak Aksa sama sodaranya dalam bahaya."

Demi mendengar kalimat terakhir Citra, Adam kembali ke dalam sekolah. Berlari untuk mencari Reza. Ia belum lama berpisah dengan sosok itu. Diam-diam dalam hati berharap apa yang diucapkan Citra itu bohong.

Mendatangi kelas Reza, nihil. Kali ini Adam mencari di ruang klub footsal, tetap sama. Bahkan di toilet sekolah, Reza tidak ada dimana-mana. Sampai Adam menangkap suara dari arah belakang sekolah. Seingatnya, ada pagar belakang yang sudah terbengkalai disana, sangat mudah untuk orang keluar masuk membolos.

Manik legam Adam terbelalak melihat Reza sedang bertransaksi dengan seseorang yang tidak dikenalnya, tangan Reza memegang sesuatu yang tampak seperti fotocopy-an artikel tadi.

"Reza anjing!!" tanpa ba-bi-bu, Adam langsung meloncat ke arah Reza dan memberikan pukulan di wajahnya.

Reza terhuyung, menyeka bekas darah dari sudut bibirnya. Sedangkan orang yang bersamanya tadi sudah melarikan diri lebih dulu. Kertas dan foto dalam genggaman Reza terhambur diatas tanah, demi melihat itu, seolah menjadi bukti nyata bahwa apa yang dijelaskan Citra tadi benar.

Reza adalah pelakunya.

"Ups.. gue ketahuan, yah?" ucap Reza, matanya nyalang menatap Adam sinis. Membuat sosok itu bergidik ngeri, yang dihadapannya kini seolah bukan Reza yang dikenalnya.

"Lo keterlaluan, Za!"

Tanpa peduli, Reza bahkan hanya tertawa ketika Adam sudah menduduki perutnya, menarik kerah bajunya hingga membuatnya sesak.

"Gue gak peduli, bangsat. Pukul aja! Bunuh gue skalian! Semuanya sia-sia, Dam.. sahabat lo itu, bentar lagi mati! Hahahahaa"

Bugh!

SILHOUETTE ✅Where stories live. Discover now