Pamit.[]

1.9K 161 39
                                    

At least, don't forget to play!
***

Bugh

Bugh

Bugh

Tangan cowok itu sudah mulai lecet, jejak darah pada persendian jarinya mulai kentara, menandakan ada banyak perih disana.

Tapi seolah enggan berhenti, seolah belum cukup, perih disana tidak bisa mencegahnya untuk tidak menghajar sosok didepannya yang bahkan sudah babak belur hampir tidak kentara.

Ia abaikan bagaimana darah segar itu menodai punggung tangannya, menambah perih disana, tapi Adam masih tetap enggan berhenti. Kendati tanpa suara, air mata terus menetes, membasahi wajahnya yang tidak terbaca. Ekspresi disana terlalu kosong untuk bisa diterjemahkan.

Pergerakannya terhenti hanya untuk mengatur napasnya yang memburu, membiarkan peluh itu tetap berjatuhan mulai menyatu dengan derainya. Sedangkan tangannya masih mencengkeram kerah baju sosok dihadapannya.

"Lagi, Dam.. gue.. belum ngerasain.. apapun" ucap lemah sosok didepan Adam.

Dengan sisa tenaganya, Adam kembali menghajar sosok itu. Menjadikannya samsak untuk meluapkan emosinya. Adam lelah, bahkan tangannya mulai gemetar bercampur perih yang semakin membuat jari-jarinya seolah mati rasa. Tapi jeratan kuat di dadanya seolah tidak melonggar sedikitpun, masih terus menghimpit. Semakin banyak ia melayangkan tinjunya pada cowok didepannya, semakin sesak jeratan itu menyiksanya.

Adam terjatuh karena kelelahan. Bersimpuh pada tanah basah bekas hujan, membiarkan pakaiannya kini dilumuri lumpur.

"Kenapa berhenti? Gue bahkan belum ada ngerasain sakit, Dam,"

Kendati kesakitan akhirnya membuat Reza tersungkur, menjadikan pohon yang menjulang tinggi di tanah basah pemakaman itu sebagai sandaran. Napasnya sesak, darah segar tampak jelas dari pelipis, hidung dan sudut bibir cowok itu.

"Masih belum, Dam. Disini.. lebih sakit" lirih cowok itu sambil memukul dadanya. Meremat kuat bagian itu yang seolah menyiksanya.

"Sakit banget, Dam.. gue enggak sanggup.. bunuh gue aja, please"

Adam bangkit, kembali menarik kerah Reza. Kilatan amarah amat kentara dari netra kelam miliknya.

"Bangsat! Lo gak boleh mati! Lo harus tetap hidup dengan semua penyesalan itu! Lo harus tetap hidup untuk gue benci, bangsat!!!"

Adam berdiri meskipun langkahnya gontai, melepas kasar cengkeraman tangannya, membuat tubuh Reza yang dipenuhi luka itu terhuyung.

Adam sempat berbalik sebelum benar-benar beranjak, "Kalo sampe lo bunuh diri, gue yang bakal cabik-cabik mayat lo." ucapnya dingin. Lantas benar-benar beranjak dari sana.

Meninggalkan Reza yang masih enggan beranjak, atau bisa jadi, tubuhnya terlalu lemah untuk dibawa beranjak dari tempat itu.

Reza baru saja kembali. Setelah mendekam di penjara selama 3 bulan. Bahkan ia telah memantapkan hatinya untuk mendatangi Aksa dan meminta maaf.

Dia ingin berkata hal yang sama, bahwa perasaannya tidak pernah berubah. Aksa masih tetap menjadi sosok sahabat yang ia butuhkan. Ia menyesal menjadikan Aksa sebagai pelampiasan atas semua yang telah semesta renggut darinya.

Tapi bahkan sebelum ia menuntaskan semuanya, Aksa telah lebih dulu berpulang. Dan sialnya lagi kebodohannya adalah penyebabnya.

Mega kelabu diangkasa semakin pekat, seolah sisa hujan sebelumnya masih belum cukup, rintik yang perlahan berubah rinai yang semakin deras itu kembali jatuh membasahi bumi. Perlahan, tetes-tetes itu membasahi luka di wajah Reza, mulai bercampur dengan derai air matanya.

SILHOUETTE ✅Where stories live. Discover now