- 1 -

7.7K 488 18
                                    

Jangan lupa tambahkan ke reading list kalian yah!!🖤🖤🖤

---

Mobil hitam itu baru saja memasuki pelataran rumah mewah dihadapannya. Baru saja sepersekian detik mobil berhenti tepat didepan rumah, seorang anak kecil yang masih mengenakan celana pendek warna merah serta kaos putih yang tampak basah oleh keringat langsung meloncat turun dari dalam mobil. Saking buru-burunya, ia hampir saja terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Juga penampilannya yang tidak kalah dekil, rambut lepek serta kaos putihnya yang terdapat beberapa noda kecoklatan.

"Adek, jangan lari-lari!"

Seorang pria berperawakan paruh baya ikut mempercepat langkahnya menyusul si bungsu. Anak kecil berumur 10 tahun yang tadi berlari kedalam rumah dengan terburu-buru.

Hari sudah sore. Tampak dari bagaimana sang Surya perlahan mulai menggapai tempatnya untuk kembali ke peraduan. Anak kecil tersebut baru saja pulang dari sekolah dijemput papanya setelah melakukan seleksi untuk ikut bergabung bersama tim sepak bola di sekolahnya.

Mengabaikan sang Mama yang hendak menyambutnya pulang, ia masih saja membawa kedua tungkainya berlari, mempercepat langkahnya menapaki setiap anak tangga untuk mencapai lantai dua. Tujuannya hanya satu, menghampiri sang Kakak yang pasti sedang berkutat dengan buku-buku pelajarannya.

"Abaaang!" Pekik anak itu nyaring, kakinya yang kecil masih sibuk menapaki anak tangga.

"Abaang abaaang!" Pekiknya lagi. Tepat didepan pintu kamar, ia langsung membuka pintu tersebut, tanpa mengetuk ataupun mengucap salam. Seperti kebiasaannya. Tanpa peduli reaksi kakaknya.

"Abang!"

Seorang anak yang memiliki garis wajah persis dengannya, namun dengan iris mata teduh sontak menoleh. Sedikit terlonjak dari kursi belajarnya, kaget karena pintu dibuka dengan kasar.

"Dika kenapa?" Tanya anak itu. Dahinya menukik tajam melihat keadaan sang adik yang tampak dekil, berdiri dihadapannya masih dengan napas yang memburu karena berlari.

"Bang, aku punya kabar gembira!" Tukasnya penuh semangat. Anak kecil dengan paras yang mirip dengannya mengangkat kedua alis.

"Apa? Awas ya kalo gak seru!" Ujarnya sambil menutup buku dalam genggamannya lantas meletakkan diatas meja belajar.

Dika nyengir, menampilkan deretan gigi putih dan rapih miliknya. Masih belum menjawab, ia langsung merebahkan dirinya diatas kasur, mengabaikan sang Kakak yang menatapnya kesal karena berbaring diatas kasur dalam keadaan masih kotor.

"Kabar apa, dek?" Tanyanya lagi.

"Bang Aksa pasti gak akan percaya. Hehehe."

Semakin penasaran, Aksa akhirnya bangkit, duduk disamping sang Adik menatap penuh tuntutan agar segera memberitahu kabar gembira tersebut. Sedang tangannya terjulur melepas sepatu sang adik perlahan.

"Bang, Dika masuk tim inti untuk perlombaan sepak bola minggu depan, aku jadi kaptennya." Ujar Dika pelan dan tanpa ekspresi. Sengaja sekali untuk melihat reaksi sang Kakak bagaimana.

Sesuai dugaan Dika. Tangan Aksa yang kini sedang melepas kaos kaki Dika terhenti, manik matanya membulat, menatap Dika lamat-lamat. Juga sudut bibir yang perlahan terangkat membentuk kurva.

"Serius?" Tanya Aksa. Dika tertawa tanpa suara, lantas mengangguk.

Kemudian Aksa tersenyum lebar, ia bangkit lantas bersorak senang. Berteriak sambil melompat diatas kasur, sedang kedua tangannya terangkat, menunjukan euforianya dari kabar bahagia si bungsu. Dika yang mengambil posisi duduk hanya menatap sang kakak sambil tertawa.

SILHOUETTE ✅Where stories live. Discover now