13. Insting Istimewa Minhyuk dan Taemin

669 54 10
                                    

Hari ini aku mau double up!
Enjoy!

*****

"Apa sudah ada info lebih lanjut mengenai makhluk Jonjae?" Tanya Ian.

Minhyuk menggeleng dengan ragu, "belum tuan"

Brak!

Ian menendang batang pohon besar disampingnya, dia mengacak rambutnya frustasi. Waktu yang tersisa hanya tinggal beberapa minggu dan dia masih belum bisa menangkap makhluk itu.

"Sial!" Umpat Ian.

Taemin dan Minhyuk meneguk ludah bersamaan, mereka takut jika Ian lepas kendali.

Ian berusaha meredam gejolak amarah ditubuhnya, dia harus tetap berpikir dingin agar bisa menemukan cara untuk menangkap makhluk itu.

Setelah berfikir beberapa menit, Ian tersenyum kala mengetahui orang yang tepat untuk ditanyai mengenai keberadaan makhluk itu.

Ian menatap kearah anak buahnya, "cari Kanglim dan Leon" titahnya.

Minhyuk dan Taemin mengangguk dan segera menghilang dihadapan Ian.

*****

"Jadi menurutmu bagaimana?" Tanya Minhyuk.

"Entahlah,"

"Sangat membantu sekali Taemin" desis vampir berambut coklat itu.

Taemin menggidikkan bahunya, "itu urusan mu bukan urusan ku"

"Lebih baik kita segera menemui Kanglim dan Leon sebelum dimarahi oleh tuan Ian" sambung Taemin.

"Ya kau benar" balas Minhyuk.

"Lagipula, aku tidak tau jika vampir sepertimu bisa jatuh cinta juga" ledek Taemin.

Wajah Minhyuk memerah malu, "sudah jangan dibahas! Kau bilang kita harus segera menemui dua manusia itu!" Taemin terkekeh.

****

Sepanjang jam pelajaran dimulai, Leon tak pernah sekalipun menegur Hari atau menoleh kepadanya membuat gadis bersurai coklat itu semakin gelisah.

Dia ingin meminta maaf pada Leon, tapi pemuda itu seolah menghindarinya. Leon seperti menjaga jarak dari Hari.

Hari menelungkupkan wajahnya di meja, "sial sekali hari ini" gumamnya tidak jelas.

Gaeun yang sedang mencatat menoleh kearahnya, "kau berbicara apa tadi Hari?" Tanya nya. Hari menggelengkan kepalanya.

Hari melirik kearah jendela kelas, pikirannya tiba tiba melayang pada sosok Kanglim tadi pagi.

Tatapan dingin itu.

Hari tidak mengenal tatapan itu, seperti ada seseorang yang mengendalikannya. Gadis itu tersentak, apa ini ada hubungannya dengan makhluk Jonjae?

Hari berusaha mengingat perkataan Ian tempo hari mengenai makhluk Jonjae. Sial, dia lupa bertanya tentang kekuatan makhluk itu. Argh! Hari mengacak-ngacak rambutnya.

"Hoi Hari, kau tidak apa-apa?" Tanya HyunWoo.

"Aku baik" balasnya.

"Siapa kau sebenarnya?" Gumam Hari bertanya-tanya perihal sosok yang mengendalikan Kanglim.

*****

Kedua anak buah Ian telah sampai di kawasan SMA Yo Woon, mereka menunggu jam istirahat dari dalam bayangan pohon seraya mengamati Leon dan Kanglim.

Mata Minhyuk menajam, "oi, apa kau menciumnya Taemin?" Yang ditanya hanya mengangguk.

Taemin memiliki indra penciuman yang sangat tajam dibandingkan dengan vampir lainnya. Sementara Minhyuk memiliki penglihatan yang lebih luas dari kebanyakan vampir lainnya termaksud Ian. Mereka berdua adalah partner yang cocok.

"Sial, baunya sangat kuat!" Umpat Taemin. Mata vampir itu berkilat.

"Tahan sebentar jagoan," cegah Minhyuk membuat Taemin berdecih.

Tak lama setelahnya, bel jam istirahat berbunyi. Kedua vampir itu masih diam di tempat, menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi Kanglim dan Leon.

"Sebentar lagi Taemin" ujar Minhyuk saat melihat Taemin yang sudah gelisah.

Taemin itu tipe vampir yang terburu-buru dalam mengerjakan sesuatu, dia ingin urusannya cepat selesai. Berbeda dengan Minhyuk yang sangat teliti dan berhati-hati.

"Se--"

Wushh!

Belum sempat Minhyuk menyelesaikan kalimatnya, vampir berambut biru tua itu sudah menghilang begitu saja.

"Dasar vampir!" Maki Minhyuk, sedetik kemudian dia terdiam. "Lah kan aku juga vampir?"

*****

"Leon tunggu dulu!" Hari menahan tangan pemuda bermata biru muda itu yang ingin keluar kelas.

Yang dipanggil hanya menoleh, tak ada raut yang biasa Leon tampilkan jika berada di dekat Hari. Sedikit tersenyum, tapi yang Hari lihat adalah senyuman terpaksa.

"Ada apa?" Tanyanya.

Hari menatap Leon penuh penyesalan, "maafkan aku Leon, sungguh aku tidak bermaksud ingin menamparmu"

Leon memalingkan wajahnya kesamping, "lupakan saja Hari" gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Tidak bisa!" Hari memegang pipi Leon yang ia tampar, "pasti sakit ya? Maafkan aku Leon" lirihnya dengan khawatir.

Blush!

Sial, wajah Leon memerah saat Hari menyentuh pipinya dengan lembut. Oh bayangkan saja tangan halusnya itu bersentuhan langsung dengan pipi pemuda itu. Apalagi saat Hari mengusapnya dengan pelan, Leon merasa seperti dibuat mabuk dengan elusan tangan Hari.

Leon menyingkirkan tangan Hari dengan lembut, dia tersenyum manis. Hilang sudah rasa marahnya pada Hari. Sepertinya Leon benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.

"Hari, aku tidak apa-apa" nada suara Leon sudah seperti sebelumnya.

"Kau yakin?" tanya Hari yang dibalas anggukan kepala.

"Maaf" cicit Hari sekali lagi.

Leon merangkul bahu Hari, "ayo, ke kantin bareng!" Ajak Leon.

Saat Hari ingin tersenyum, tiba tiba Kanglim datang dengan wajah datarnya. Dia mendengus tak suka dengan lengan Leon yang merangkul Hari.

"Ada apa?" Leon bertanya dengan dingin.

Kanglim menatap Leon tajam, "anak buah Ian bernama Taemin memangil kau dan aku untuk datang ke halaman belakang sekolah. Sekarang juga"

"Taemin? Vampir yang berambut biru itu?" Kanglim mengangguk.

"Untuk apa dia memangil kita berdua?"

"Lebih baik tutup mulutmu dan segera ikut aku ke halaman belakang sekolah" balas Kanglim dengam pedas.

"Boleh aku ikut?" Celetuk Hari.

"Jangan!" Seru kedua pemuda itu. Mereka saling menatap satu sama lain setelah itu memalingkan wajah kesamping.

"Jika ada hubungannya dengan makhluk Jonjae, aku ikut! Ada yang ingin aku tanyakan" jelas Hari.

"Lebih baik jangan" tolak Leon.

"Yang dipanggil hanya aku dan Leon, kenapa kau mau ikut?" Sinis Kanglim membuat Hari terdiam.

Leon kembali naik pitam mendengar perkataan Kanglim, "oi! Dia kan hanya bertanya!"

Kanglim memutar bola mata keatas, "terserah, lebih baik sekarang kita pergi mendatangi Taemin" pemuda berambut hijau tua itu sudah pergi dari hadapan mereka. Tak lama setelahnya, Leon menyusul Kanglim.

"Aku tau itu bukan dirimu Kanglim" gumam Hari.

*****

Shinbi's House : This Is Not The End Of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang