14. Serangan

723 57 33
                                    

Enjoy!

*****

Wusshh!

"Bagaimana, apa mereka mau datang?" Tanya Minhyuk.

Taemin mengangguk. Minhyuk melirik ke kanan dan kiri memastikan tidak ada siapa pun.

Mata Taemin terpejam dengan hidungnya yang seperti mencium sesuatu. Minhyuk diam-diam menyeringai.

Bertepatan dengan mata Taemin terbuka, terdengar suara ketukan sepatu yang semakin mendekat.

"Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" Tanya Leon dengan menyilangkan kedua tanganya di depan dada.

Taemin menyeringai hingga memperlihatkan taring putihnya, "hee, kenapa kau begitu terburu-buru?"

"Sudahlah Taemin, jangan bermain-main" tegur Minhyuk.

"Cih, perusak suasana" gerutu Taemin dalam hati.

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu, tuan Kanglim" tunjuk Minhyuk pada Kanglim.

Atensi semuanya teralihkan pada Kanglim yang menatap Minhyuk tajam. Aura disekelilingnya berubah mencekam.

"Apa?" Tanya Kanglim dengan suara deep Voice.

Minhyuk ingin bersuara namun dipotong duluan oleh Taemin.

"Apa yang kau sembunyikan?" Taemin menjeda kalimatnya, "sesuatu seperti makhluk Jonjae?" Vampir itu sengaja memancing Kanglim.

"Makhluk Jonjae?" Gumam Leon. Sedetik kemudian matanya melebar, dia menatap tak percaya pada Kanglim.

Tiba-tiba sebuah tanda hitam muncul dibagian tangan kanan Kanglim, matanya berubah warna menjadi kuning terang dan kabut berwarna ungu pekat mengelilingi area disekitarnya.

Leon terkejut saat Kanglim tiba-tiba berusaha menyerang Taemin, untungnya serangan Kanglim dapat Taemin hindari.

Kanglim seperti kerasukan sesuatu, dia terus menyerang Taemin membuat vampir itu sedikit kewalahan.

"Bantu aku! Jangan hanya menonton saja dasar beban!" Maki Taemin pada Minhyuk dan Leon.

Pemuda berambut pirang itu segera mengeluarkan kartu savirnya, dia menatap ragu kearah kartunya dan Kanglim.

Taemin menendang rahang Kanglim menggunakan kaki kanannya hingga pemuda itu tersungkur ke tanah. Kanglim kembali bangkit, dia terus menyerang. Tak memperdulikan luka yang ia dapatkan.

"Bunuh ... bunuh ... " gumam Kanglim.

"Kekuatan kartu savir; cahaya bulan beku, yesod!"

Bilah es berbentuk bulan sabit terbang kearah Kanglim tapi dapat dihindari dengan mudah. Kanglim menyerang Leon dengan kabut ungu tadi. Pemuda berambut kuning itu terlempar hingga menghantam bangku taman sekolah.

Minhyuk segera mengambil tindakan cepat, dia berusaha mengikat Kanglim dibantu dengan Taemin. Walau sempat mengalami kesulitan karena pemuda itu terus menyerang, namun dapat dihentikan.

"Selesai, dengan begini dia tidak akan dapat menyerang lagi" ucap Minhyuk.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Leon.

"Kemungkinan besar, dia telah dikendalikan oleh makhluk Jonjae" balas Taemin seraya mengelap darah di hidungnya.

"M-makhluk Jonjae?!" Kedua vampir itu mengangguk.

"Jadi sekarang kita ngapain?"

"Oh tentu saja membunuhnya!" Seru Taemin penuh semangat.

"Jangan!" Tolak Minhyuk, "kita harus menemui tuan Ian dulu" lanjutnya.

"Apa aku harus ikut?" Tanya Leon seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, tuan Ian juga memanggilmu" pemuda berambut kuning itu mengangguk.

"Boleh tunggu sampai jam pulang sekolah?" Tawar Leon.

"Kenapa tidak membolos saja? Sekali bolos tidak akan membuatmu bodoh" sarkas Taemin.

Jangan ditiru ya adik-adik dan kakak-kakak.

"Vampir sesat" batin Leon.

"Tentu" jawab Minhyuk.

"Oh ya, satu lagi Minhyuk" sementara yang dipanggil mengangkat satu alisnya.

*****

"Hari apa yang kau lakukan?" Hari menoleh kebelakang dan mendapati Gaeun yang memegang buku pinjaman perpustakaan.

"Oh, aku hanya menunggu Leon dan Kanglim" balas Hari tersenyum.

Gaeun sedikit menaikkan alisnya, "eh, memangnya mereka kemana?" Tanyanya lagi.

Hari menatap Gaeun sebentar lalu kembali menatap luar jendela, "entahlah, aku juga kurang tau"

Hari tidak ingin memberitahu Gaeun yang sebenarnya mengenai datangnya kedua anak buah Ian. Gaeun hanya mengangguk mendengarnya.

Tiba-tiba Leon kembali ke kelas dengan keadaan yang sedikit berantakan namun tidak bersama Kanglim. Hal itu menimbulkan rasa penasaran yang sangat besar dalam tubuh Hari.

Kemana Kanglim? Apa yang terjadi disana? Apa yang mereka bicarakan? Kenapa Leon datang dengan berantakan?

Kira-kira begitulah isi pikiran Hari, selebihnya bisa kalian tambahkan di komentar.

"Mohon semua murid untuk tenang sebentar" ucap pak Min Joon.

"Sekarang buka buku paket kalian halaman 201 dan kerjakan soal essay sampai nomor 10. Waktu mengerjakan sampai bell pulang sekolah berbunyi" jelas pak Min Joon yang dibalas keluhan oleh semua murid.

"Iya si cuman sampe nomor 10, tapi tiap satu soal disuruh pengertiannya, contoh maksimal 3, terus jelaskan lagi!" Protes salah satu perempuan di kelas Hari.

Relate banget sama keadaanku:")💔

"Jangan protes atau bapak tambah tugasnya!" Tegas pak Min Joon.

"Untung guru😀" -batin seluruh murid.

Mereka pun tetap mengerjakan tugas yang diberikan sang guru walau tetap ada gerutuan kecil yang terdengar.

Hari sesekali melirik Leon yang terlihat santai mengerjakan tugas. Diam-diam dia mengamati luka ringan diwajah Leon.

"Hei Leon, darimana kau mendapatkan luka itu?" Tanya HyunWoo.

Hari dan Gaeun menoleh kearah Leon, membuat pemuda itu gelagapan.

"Kau habis berkelahi?" Tanya Gaeun.

"T-tidak! Ini karena a-aku terjatuh di tangga" alibi Leon.

"Kau yakin?" Leon mengangguk mantap.

"Tap--"

"Apa kalian sepulang sekolah ada waktu luang?"

Mereka bertiga mengangguk, Gaeun bertanya tapi Leon mengatakan jika nanti mereka akan mengetahuinya saat pulang sekolah.

****

Tbc!

Gak kuat lanjutinnya😭

Ideku mentok sampe situ aja:(

Yah, semoga tulisanku gak mengecewakan kalian.

Pikiranku agak buyar setelah di wawancara tadi. TANGAN KU MASIH TREMOR, Plis.

Oh satu lagi, yang mau tanya tanya tentang cerita shinbi yang mau dibukukan. Silahkan tanya aja. Mungkin ada yang belum kalian mengerti atau apa. Jangan malu untuk bertanya ya!

Yah sekian cuap-cuap dariku. Kalau ada kesalahan kata maupun ketikan ku yang mungkin menyinggung kalian, aku minta maaf.

See you next chapter~

Shinbi's House : This Is Not The End Of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang