22. Selesai?

846 52 24
                                    

Enjoy!

****

"AHAHAHA, DASAR PARA MANUSIA BODOH!"

"Sial, kenapa dia masih berulah sih?" kesal HyunWoo.

"Awan keputusasaan, Gebura!"

Saat kabut biru dari sihir Leon meledak yang menyebabkan pandangan Jonjae terganggu, Kanglim menggunakan pedangnya dan ditancapkannya ke tanah. Tak lama muncul lah tanaman merambat yang mulai melilit tubuh Jonjae. Ian pun menggunakan kekuatannya untuk berpindah tempat, dia menghajar Jonjae di udara dengan pukulan cepat berkali-kali.

Tapi sepertinya itu tak mempan. Buktinya Jonjae masih berdiri, bahkan kini terdengar kekehan menyebalkan dari makhluk itu.

"Astaga, kalian sangat menghiburku," dia berucap dengan santai. Tapi sedetik kemudian tatapannya berubah tajam. "MANA MUNGKIN SERANGAN LEMAH SEPERTI ITU DAPAT MEMBUATKU TERLUKA!!" sambungnya.

Mereka semua terdiam. Hari langsung mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu untuk melawan Jonjae, walau dia sempat ketakutan mendengar teriakan Jonjae. Namun, gadis itu ingin membantu. Dia tak mungkin membiarkan para lelaki saja yang melawan sementara para gadis hanya menonton.

HyunWoo meneguk ludahnya, sepertinya dia akan menjalankan  rencananya. Pemuda itu diam-diam mendekati Gaeun dan Hari.

"Hari! Gaeun!" Panggil HyunWoo setengah berbisik.

Kedua gadis itu menoleh. Saat jarak mereka sudah dekat, HyunWoo membisikkan sesuatu kepada mereka. Hari awalnya menolak dengan keras tapi HyunWoo menjawab bahwa ini adalah kesempatan mereka untuk  melenyapkan Jonjae.

"Kau yakin ini akan berhasil?" Tanya Hari.

HyunWoo mengangguk walau masih ada sedikit keraguan di hatinya, "ya, hanya ini kesempatan kita."

"Kalau begitu jangan menyia-nyiakannya!" ujar Gaeun.

****

"hah... hah... ekspresi macam apa itu? Apa kau sudah kelelahan wahai pendekar pedang?" ledek Leon di tengah-tengah pertarungan.

"Ha? Apa kau bercanda? Aku baru saja mulai, loh," balas Kanglim.

Leon menyeringai, "benar 'kah begitu, buktikan lah!" 

"Tantangan diterima, tuan Aegis!" ucap Kanglim dengan menyeringai juga.

"Lingkar penghancur, Hokma!/Amarah dewa bumi!"

Kedua pemuda berbeda surai itu mengucapkan mantra kekuatan secara bersamaan. Tatapan mereka sudah seperti predator yang kelaparan, terutama luka-luka di wajah dan badan mereka seakan menambah kesan kejam.

 Tatapan mereka sudah seperti predator yang kelaparan, terutama luka-luka di wajah dan badan mereka seakan menambah kesan kejam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Kurang lebih kek gini ekspresinya. Ekspresinya loh ya, bukan tampilannya.)

Ian mendengus kecil, "kalian memang kompak jika bekerja sama," gumamnya. Lalu dia kembali ke dalam mode agresif. "Jangan bersenang-senang sendiri, biarkan aku ikut bergabung!" sambung Ian yang langsung melesat di udara dan menyerang Jonjae.

Shinbi's House : This Is Not The End Of StoryWhere stories live. Discover now