MDB - 33🏁

31K 2.5K 802
                                    

Hello🦋

𝖍𝖆𝖕𝖕𝖞 𝖗𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌🏁

•••

Manik tajam itu terus memandang Kiara yang masih menangis, dengan rasa geram ia menahan dirinya agar tidak berjalan menuju meja itu dan menarik Kiara untuk pulang bersamanya. Axel membuang nafasnya kemudian mendongakkan kepalanya berusaha membuang bebannya lewat sana, sungguh Axel berani bersumpah ia tidak berniat mengatakan iya.

Ia hanya emosi melihat Kiara yang tidak sabaran, dan mulutnya dengan reflek malah mengucapkan kata itu yang jelas akan membuat Kiara sakit hati. Harusnya tidak seperti itu alurnya, andai saja Axel mengatakan tidak mungkin tidak akan serumit ini akhirnya.

Bahkan Kiara sampai membawa kata cerai.

"Istri lo wajar sampai ngomong mau cerai, lo udah keterlaluan, Xel.." celetuk Jordan seraya menghela nafas menatap Axel dengan pandangan yang sulit dimengerti.

Mereka semua tau Axel benar-benar harus menanggung semuanya sendiri, dan mereka juga tau Axel masih sangat merasa bersalah pada Kiara karena menerima taruhan itu. Karena mereka pikir, taruhan itu hanya sebatas menjadi kekasih dan tidak serumit ini akhirnya, tapi tidak disangka Leon malah menjebak Axel.

Mungkin kalian bertanya kenapa Axel tidak menolak taruhan itu, Axel tidak mau motornya diambil apalagi sampai dihancurkan didepan matanya. Motornya sangat berkesan untuk Axel, itu adalah hadiah dari kedua orang tuanya saat Axel berhasil masuk kedalam 10 besar saat ulangan kelas 10.

Melihat dulu Axel yang belajar mati-matian untuk mendapatkan motor itu, itu alasan Axel tidak bisa menolak taruhan musuhnya itu.

"Gue tau, gue cuma reflek karena gue emosi" jawab Axel dengan wajah yang benar-benar datar, dan nada yang dingin serta tajam. Padahal Axel berharap dirinya dan Kiara akan membucin disini, di acara milik Clara, ia ingin memberitahu pada satu sekolah atau lebih tepatnya satu angkatan kelas 12 ini, kalau Kiara benar-benar miliknya.

Ketiga temannya itu menghela nafas kembali, "Jawab jujur, lo beneran cinta sama Kiara?" Tanya Raihan berhasil membuat mereka diam.

Axel tanpa ragu mengangguk, "Lo bertiga harusnya sadar perbedaan sikap gue ke Kiara gimana, ke Clara gimana" ujar Axel, ketiga temannya itu mengangguk setuju.

Axel menjadi sedikit terbuka jika bersama Kiara, bahkan Axel bersikap layaknya anak umur 5 tahun jika sudah bersama Kiara.

"Terus kenapa lo jawab, iya?" Tanya Kenzo menatap Axel.

Axel menggeleng pelan, "Gue reflek" jawab Axel singkat, padat, dan tidak jelas.

"Lo ngga tegas, masa lo diem aja waktu mamanya Clara ngomobg gitu? Yang jelas-jelas itu bikin Kiara sakit hati, kenapa lo ngga langsung pergi ajak Kiara? Atau ngga setidaknya lo alihin pembicaraan itu" ujar Kenzo panjang.

"Mamanya Clara orang tua, umurnya sebaya sama orang tua gue, gue ngga mungkin ngelakuin hal kaya gitu" ujar Axel lagi.

"Tapi seenggaknya lo ada usaha biar tuh omongan Mama Clara ngga tambah kurang ajar" celetuk Adrian.

"Setuju gue, gedeg gue liat tuh emak-emak, ngga jelas anjing, kuker amat ngungkit tentang lo sama Clara dulu" ujar Kenzo dengan wajah yang julid.

MY DANGEROUS BOY [COMPLETED]Where stories live. Discover now