3. Mabuk

14.4K 1.2K 140
                                    

Sesibuk sibuknya asem masih sempet update, kalian juga yuk sempetin voment hehe

.
.
.

Sebuah foto berbingkai emas, menarik perhatian Mikaya saat dirinya meletakkan kardus-kardus kosong di gudang. Mikaya mendekat, meraba foto yang dulu tergantung indah di ruang tamu karena ingin orang-orang yang datang ke rumahnya tahu bahwa dia mempunyai tempat bersandar, tempat berlindung, tempat berbagi suka cita, dan teman hidup yang setia, Jeffriyan. Namun kini foto itu tak berarti apa-apa, hanya sebuah barang tak berguna yang mulai berdebu. Mikaya menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan bahwa yang pernah terjadi di antaranya dan Jeffriyan adalah angin berlalu yang tidak meninggalkan jejak indah, sekedar menoreh luka.

Mikaya meraih kain putih di dekatnya, lantas menggunakannya untuk menutup foto sebelum melanjutkan agendanya membersihkan rumah di hari libur kerja. Dibantu oleh asisten rumah tangga, Mikaya menyapu setiap sudut rumahnya, memastikan tak ada kotoran. Mikaya suka kebersihan, setiap hari libur tiba dia turun tangan langsung untuk membersihkan rumahnya. Sempat berpikir apabila kegiatannya sibuk dan semakin padat bisa membantunya cepat melupakan Jeffriyan, nyatanya Mikaya malah diingatkan oleh lelaki itu lagi, setelah tadi melihat foto pernikahan mereka di gudang, sekarang Mikaya menemukan jam tangan Jeffriyan yang berada di laci kamarnya. Jam tangan yang Mikaya lepas dari tangan Jeffriyan ketika Jeffriyan tertidur di pangkuannya, tepat satu hari sebelum pernikahan mereka sebab Mikaya ingin mengusili suaminya. Mikaya tahu, jam ini merupakan jam tangan favorit Jeffriyan, ke manapun mantan suaminya pergi, Jeffriyan selalu menggunakannya.

“Eh Alya.” Mikaya memanggil asisten rumah tangganya saat tak sengaja Alya lewat di depan kamar sang majikan.

“Iya Mbak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Alya.

“Pak Bono ada di depan gak ya?” Mikaya menanyakan satpam rumahnya.

“Oh Pak Bono barusan keluar, katanya mau beli rokok.”

“Mang Ajis?” Maksudnya si tukang kebun.

“Ada Mbak, lagi nyapu di halaman belakang.”

“Kalau gitu tolong kamu kasihin jam tangan ini buat Mang Ajis.” Mikaya menyerahkan jam tangan Jeffriyan.

“Siap Mbak, saya kasih ya.”

Mikaya tahu jam tangan Jeffriyan dibeli dengan harga yang tak murah, tapi Mikaya tak mau mengembalikannya pada si pemilik meski dia yang mengambilnya. Mikaya ingin memberi Jeffriyan sedikit pelajaran.

Seperti malam-malam sebelumnya, Mikaya hanya makan sendiri di meja makan besar yang bisa diisi oleh enam sampai sepuluh orang. Terkadang ada Danela yang menemaninya, tapi akhir-akhir ini Danela sibuk pulang pergi ke luar kota, menggantikan Mikaya dalam memantau proyek perusahaan. “Mbak Mbak.” Mikaya menoleh, menemukan Alya berlari ke arahnya dengan raut wajah panik.

“Kenapa Alya? Panik banget,” tanya Mikaya, menyempatkan diri menyuap sesendok nasi lagi.

“Di depan Mbak, ada Mas Jeffriyan yang maksa masuk rumah. Pak Bono lagi coba nahan.”

Mikaya berdiri, menciptakan derit kursi. Mikaya berjalan cepat menuju pintu rumah, dilihatnya ada Jeffriyan yang memaksa masuk rumah dengan mendorong-dorong tubuh Pak Bono yang menahannya. Mikaya pernah berpesan pada orang-orang di rumahnya, jika suatu hari Jeffriyan datang, jangan perbolehkan lelaki itu masuk. “Jeffriyan cukup, lo ngapain sih?” tanya Mikaya begitu berdiri di hadapan Jeffriyan. Bau alkohol tercium dari tubuh Jeffriyan, Mikaya menatap mata mantan suaminya, menyadari jika Jeffriyan sedang mabuk.

TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang