31. Great Mother

6.4K 606 73
                                    

Pagi menuju siang semua!!!!

Jangan lupa komentarnya ya!!! Dukung asem terus hehe
.
.
.

Esok hari Mikaya akan ke panti asuhan yang dibangun oleh orang tuanya dan orang tua Jeffriyan untuk mengunjungi tempat itu. Terakhir kali Mikaya pergi ke sana saat panti asuhan tersebut baru dibuka. Tidak ingin pergi dengan tangan kosong, malam ini sepulang kerja, Mikaya menyiapkan bingkisan dibantu oleh Alya untuk orang-orang panti. Mikaya memasukkan snack, alat tulis, mainan, sampai pakaian baru di setiap bingkisannya. “Anak-anak bakal seneng gak ya Al kalau hadiahnya gini?” tanya Mikaya.

“Pasti seneng Mbak, aku aja liatnya seneng.”

Mikaya terkekeh pelan. “Kamu mau juga? Nanti ya, kalau ada waktu luang, kita hangout berdua. Belanja, nonton, makan, nanti biar saya yang traktir.”

“Wah makasih Mbak.” Alya antusias.

“Sama-sama.”

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. Alya bergegas membukanya. “Oh Mas Jeffriyan.”

“Mikaya mana?” tanya Jeffriyan.

“Ada di dalam Mas.”

Tanpa menunggu dipersilahkan, Jeffriyan melengos masuk. Menghampiri Mikaya di ruang tengah yang masih merapihkan bingkisan. “Lagi apa?” tanya Jeffriyan. Dia duduk di samping Mikaya.

“Buat bingkisan,” sahut Mikaya tanpa menatap Jeffriyan. Mikaya agak jengkel dengan lelaki itu sejak kemarin malam. Bahkan pagi tadipun ketika Jeffriyan menawarkan diri untuk mengantar Mikaya ke kantor, Mikaya menolaknya dan berdalih jika dia sedang ingin naik taksi. Padahal ada alasan mengapa wanita hamil itu bersikap demikian.

“Buat siapa?” tanya Jeffriyan lagi.

“Anak-anak aku.”

Alis Jeffriyan bertautan. “Si kembar mau lahir sekarang?”

Mikaya menatap sinis Jeffriyan. “Sembarangan! Ya enggaklah. Aku nyiapin ini buat anak-anak panti, besok aku mau ke sana.”

Jeffriyan membulatkan mulutnya sambil mengangguk-anggukan kepala. “Mas ikut dong.”

“Terserah,” balas Mikaya malas.

Jeffriyan menarik napasnya, lalu membuangnya. Dia rasakan sikap Mikaya yang berubah padanya. “Mood kamu lagi jelek ya?”

“Enggak.”

“Bohong.” Jeffriyan menangkup wajah Mikaya, mengarahkan sang mantan istri agar mau menatapnya. “Kenapa? Ada yang kamu sembunyiin dari Mas?”

“Kenapa akhir-akhir ini kamu sering ke night club?” tanya Mikaya akhirnya. Dia diberitahu Jendra jika semalam kakak beradik itu pergi ke night club dan Jeffriyan menenggak banyak minuman beralkohol.

“Itu 'kan udah jadi kebiasaan Mas.”

“Iya aku tau. Kamu gak apa-apa pergi ke sana, tapi berhenti minum-minum dong Mas. Gak kapok sama kejadian kemarin? Kamu mau kecelakaan lagi?”

“Kapok, makanya Mas gak nyetir mobil dalam kondisi mabuk.”

“Tapi alkohol gak sehat Mas.” Jeffriyan menghela napasnya. Menyadari jika alasan Mikaya sempat mengacuhkannya adalah karena ini. Jeffriyan tiba-tiba saja memeluk Mikaya dari samping. “Lepas gak? Aku lagi ngomong serius.” Mikaya mencoba mendorong Jeffriyan menjauh, tetapi kekuatan lelaki itu tak sebanding dengannya.

TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang