15. Daddy

8.8K 833 166
                                    

DOUBLE UPDATE! ASEM TUH BAKAL CEPET UPDATE KALAU KALIANNYA JUGA RAJIN KOMEN
.
.
.


Kabar jika calon anaknya kembar, membawa Jeffriyan pulang keesokan harinya. Aneh, tapi dia merasa bersemangat setelah mendapat berita tersebut. Setibanya di rumah, dia menaruh kopernya asal dan bergegas ke rumah di sebelahnya. Jeffriyan yakin Mikaya sudah pulang dari kantornya sebab sekarang sudah pukul delapan malam. Tanpa mengetuk pintu rumah Mikaya, Jeffriyan masuk ke dalam. Sedikit terkejut mendapati kedua orang tuanya dan Jendra ada di ruang tamu rumah Mikaya sedang mengobrol. Spontan tatapan mereka mengarah pada Jeffriyan, pun dengan Mikaya yang duduk di samping Nia. “Dari mana kamu Jeff?” tanya Nia.

“Anu Ma–”

“Bali,” sela Jordan. Dia menatap si bungsu sambil menggelengkan kepala. “Papa tau semuanya. Keterlaluan kamu Jeff, Papa udah percayakan Mikaya sama kamu, tapi malah kamu tinggal dan lebih milih pergi sama Medina Medina itu.”

“Papa masih mata-matain aku?” tanya Jeffriyan.

“Mata-matain atau enggak, itu urusan Papa. Urusan kamu itu cuma Mikaya dan anak kalian. Dari kecil Papa didik kamu supaya jadi laki-laki bertanggung jawab, tapi apa hasilnya? Kamu malah nyuruh Jendra jagain Mikaya.”

“Pa udah gak apa-apa, aku yang ngajuin diri buat jaga Mikaya, Jeffriyan gak nyuruh aku,” ujar Jendra menengahi.

“Papa tau kamu cuma bela Jeffriyan,” balas Jordan yang sudah hapal betul dengan sikap putra keduanya. Jendra selalu membela adiknya sejak kecil dulu. Bahkan dia tak jarang mengakui kesalahan adiknya sebagai kesalahannya saat kecil agar sang papa tak memarahi Jeffriyan dan melimpahkan kekesalannya pada Jendra.

“Pa, biarin Jeffriyan ngelakuin apa yang dia mau. Aku gak perlu dijagain, aku bukan anak kecil lagi.” Mikaya bersuara. Dia mendadak malas berurusan dengan Jeffriyan saat tahu jika lelaki itu pergi ke Bali bersama Medina. Padahal sebelumnya Mikaya sangat senang bisa melihat Jeffriyan lagi setelah satu minggu tak berjumpa. “Pa, Ma, Mas Jendra, aku ke kamar dulu, mau istirahat. Papa sama Mama kalau masih mau di sini gak apa-apa, nanti biar aku minta Alya buatin makan malam.” Bukan bermaksud tak sopan meninggalkan Nia dan Jordan di ruang tamu, tapi Mikaya benar-benar tak tahan melihat Jeffriyan.

“Duduk kamu Jeff,” titah Jordan setelah kepergian Mikaya.

Jeffriyan duduk di samping Jendra.

“Asal kamu tau, sebelum orang tua Mikaya meninggal, mereka minta Papa sama Mama buat anggap Mikaya seperti anak kami sendiri. Dan betapa senengnya Papa waktu tau kalau kamu punya hubungan sama Mikaya dan kalian memutuskan untuk menikah. Tapi ternyata kamu cuma nipu Mikaya dan juga kami.” Jordan berhenti sejenak, memandang si bungsu penuh kekecewaan. “Mata Mikaya gak bisa bohong, dia mencintai laki-laki brengsek kayak kamu. Sekarang, sekalipun kamu gak mencintai Mikaya, tolong hargai dia. Mikaya sedang mengandung anak kalian, gak cuma satu, tapi kembar. Mama waktu hamil kamu aja susahnya bukan main, setiap hari muntah, gimana sama Mikaya? Ayolah Jeff, bersikap lebih dewasa lagi, kesampingkan dulu semua urusan kamu, utamakan Mikaya.”

“Kalau aku ngutamain Mikaya, gimana sama Medina? Dia juga udah minta buat aku nikahin Pa,” kata Jeffriyan.

“Astaga Jeff, kepala Mama pusing mikirin kelakuan kamu,” keluh Nia. “Medina Medina terus, udah berapa kali Mama bilang kamu gak bakal hidup bahagia selagi Mikaya belum memaafkan kamu.”

“Jeff.” Jendra merangkul Jeffriyan. “Gue gak menyalahkan lo yang cinta sama Medina, tapi dibanding Medina, ada yang jauh lebih butuh lo. Mikaya sama si kembar, seenggaknya, lo perhatiin anak kalian. Walau mereka belum lahir, tapi mereka juga perlu kasih sayang dan perhatian dari Papanya. Lo udah pernah gagal jadi suami, jangan sampe gagal jadi orang tua.”

TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang