62. Pertanyaan Mommy

6K 618 63
                                    

Maaf gais jarang update, awal tahun memang sibukkkkkkkk

.
.
.

Sina dan Saki menjadi jembatan penghubung untuk kedua orang tuanya. Hubungan yang pernah merenggang antara Mikaya dan Jeffriyan, perlahan mulai membaik. Komunikasi yang sempat terputus enam tahun lamanya, kini terhubung kembali meski tidak sesering sebelum kebohongan Jeffriyan terbongkar. Sikap Mikaya pada Jeffriyan sekarang tak sekeras seperti pertama kali dia berjumpa mantan suaminya setelah enam tahun lamanya. Mikaya tidak pernah melarang Jeffriyan datang ke rumahnya untuk mengunjungi anak-anak mereka, Mikaya membiarkan Jeffriyan bermain bersama Sina dan Saki, bahkan Mikaya tidak pernah lagi berbicara secara kasar pada Jeffriyan. Dan ya, semua itu hanya karena satu alasan, Sina dan Saki. Mikaya merasa tidak pantas bersikap kasar pada Jeffriyan di saat si kembar sangat dekat dengan ayah kandung mereka.

Setiap hari Jeffriyan masih mengantar putra putrinya ke sekolah bersama Mikaya. Kesempatan ini Jeffriyan gunakan untuk merebut hati Sina dan Saki. Jeffriyan ingin memberikan perhatian, kasih sayang, cinta, yang sebelumnya tidak pernah dia berikan pada anak-anaknya. Usaha Jeffriyan tidak sia-sia, semakin sering dirinya melibatkan diri dengan anak-anaknya, tumbuh pula rasa nyaman dalam diri Sina dan Saki pada Jeffriyan. Seperti tiga hari yang lalu, ketika Saki perlu ke dokter gigi namun anak itu merasa takut, dia meminta Jeffriyan agar menemaninya ke dokter gigi alih-alih Mikaya. Lalu Sina yang tidak ingin ditinggal Jeffriyan saat akan tidur. Si kembar sudah jatuh dalam pelukan ayah kandung mereka, membuat Mikaya merasa tersisihkan.

“Apa? Mau sama Om Jeffriyan lagi?” tanya Mikaya seraya menghampiri Sina ke meja makan. Kepulangannya dari kantor disambut oleh aduan Dayu mengenai putrinya yang tak mau makan malam.

“Mau disuapin Om Jeffriyan,” sahut Sina.

Mikaya menghela napas berat. “Sama Mommy aja ya?”

Sina menggeleng. “Mau sama Om Jeffriyan.”

“Om Jeffriyan belum pulang sayang, tadi pagi 'kan Om Jeffriyan bilang bakal pulang telat. Sina lupa?”

“Gak lupa. Tapi Sina kangen Om Jeffriyan, Mommy.”

Mikaya memandangi wajah putrinya. Berpikir pelet apa yang Jeffriyan gunakan sampai-sampai Sina tak mau makan hanya karena merindukan laki-laki brengsek seperti Jeffriyan. “Andai kamu tau Sin kalau Daddy kamu dulu lebih milih pacarnya dibanding kita,” gumam Mikaya. Dirinya, Jeffriyan, dan Medina, ah masa lalu suram. Mikaya menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya. “Terus Sina gak mau makan? Saki aja udah tidur kata Mbak Siti.”

“Mau vidio call sama Om Jeffriyan boleh?” tanya Sina.

“Enggak kalau Sina gak mau makan.”

“Sina janji, kalau Mommy bolehin Sina vidio call Om Jeffriyan, Sina bakal makan yang banyak.”

Janji manis si putri kecil tak bisa Mikaya abaikan. Dia mengajak Sina duduk di pangkuannya, kemudian menghubungi Jeffriyan. “Om Jeffriyan!” Sina memekik girang kala wajah Jeffriyan terpampang di ponsel pintar sang ibu.

Jeffriyan tersenyum. Rasa lelah sebab perjalanan bisnis sirna mendapati keceriaan putrinya. Jeffriyan paham alasan Mikaya bisa bertahan sampai sejauh ini meski telah disakiti berulang kali. Ternyata keceriaan si kembar dapat menjadi obat dan tumpuan. “Hai sayang! Sina kenapa belum bobo? Ini udah malam.

“Sina tunggu Om Jeffriyan pulang. Sina juga belum makan malam Om.”

Belum makan? Nanti kalau perutnya sakit gimana? Makan ya nak, Om gak mau liat Sina sakit.

TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang