⛲RiMbun-17⛲

65.2K 8.7K 487
                                    

Haii, cerita ini konfliknya sedang, kemungkinan happy ending lumayan besar tapi liat respon kalian yang mulai sepi di bagian komentar bisa merubah ending.

~~~~

"Mbun makan, laper." Embun menoleh, River bangun dari tidur siang malah minta makan.

Wajar, dia tidur siangnya sampai lewat magrib. "Salat dulu, baru makan." titah Embun.

River mengangguk, dia bangun dan berjalan lunglai menuju kamar mandi, Embun langsung berjalan menuju pantry guna mengambil makanan.

Tadinya mereka tertidur di ruang santai, bahkan Embun juga ikut ketiduran disana.

Embun sibuk memasukan nasi, dan lauk-lauk ke piring.

Baru setelahnya dia berjalan menuju ruang santai sembari menunggu River selesai salat.

Embun lagi haid jadi dia libur dulu.

Selagi menunggu River, Embun sibuk mengirim pesan pada Ibunya bahwa nanti Embun pulang agak malam, harus memastikan River baik-baik saja.

Ibu Mentari⛲
Online.

Ibuuuu.✔️✔️

Nanti Embun pulang agak malam, jagain River sebentar✔️✔️

Oke sayang.

Jagain calon menantu Ibu yaa.

Embun terkekeh pelan, dia senang kala ibunya selalu mendukung apa yang Embun lakukan asal dia masih tau kewajiban sebagai muslim dan menjaga marwa wanita nya.

Setelah menunggu 10 menit akhirnya River selesai salat dan kini berjalan mendekati Embun.

Lalu dengan santainya duduk disebelah Embun. "Cuapin." pintanya manja.

Embun terkekeh pelan, dia langsung meraih piring dan menyuap River nasi beserta siuran ayam dan potongan telur.

River menerima suapan itu dengan bahagia, pipinya mengembung dengan makanan. Lucu sekali dipandang mata.

"Enyak."

"Bagus deh."

River memilin ujung kaus Embun selagi makan, tatapan matanya terus tertuju pada Embun yang malam ini terlihat sangat cantik dimatanya.

Lagi dan lagi dadanya sesak, memikirkan penyakitnya yang akan membuat Embun...menjauhinya.

"Hey? Kenapa nangis?" River sampai tak sadar kalau dia menangis

River menggeleng pelan, dia mengulas senyum tipisnya. "Gak apa cayang, River bahagia punya Mbun dihidup River." bisiknya.

"Haha, aku juga begitu."

"Nanti peyuk-peyuk 1 jam ya."

"Iya sayang."

Untung saat ini, River tak mau memikirkan pasal penyakitnya, dia masih mau menikmati waktu lebih lama bersama Embun.

Tapi River akan berobat, dia akan sembuh demi Embun dan masa depannya.

...

Pagi hari, River berjalan dengan santai di koridor sekolah. Dia tak menjemput Embun karena ya River saja datangnya terlambat.

"Terlambat?"

River mendengus malas, siapa lagi hama di depannya ini.

"Hei River."

River mengabaikan panggilan Andin, dia berjalan cepat agar sampai ke kelasnya, males banget kalau harus mencari masalah lagi.

"River sombong ya."

River benar-benar diam dan menunjukan ekspresi dinginnya, dia tak mau Embun salah paham lagi.

"River~"

Ekspresi dingin tadi langsung berubah cerah, dia berlari pelan kearah Embun dan memeluknya.

Menggoyangkan tubuh mereka kekanan dan kekiri. "Kamu telat ya?"

"Heeum, maaf ya."

"Gak papa sayang."

"Usir dia dong Mbun, aku risih."

Embun menatap Andin yang hanya terdiam menatap Embun balik, tatapan mata Embun dingin sekali, dan sangat tajam.

Dia seakan ingin mencabik-cabik Andin saat ini juga. "Pergi lo, jangan ganggu cowok gue!" sentaknya.

Andin meringsut takut, dia mundur dan lari dari sana.

Tau kalau Embun sangat mengerikan kalau sedang marah. "Cayang mbun, muahh." River mengecup pipi Embun sebentar lalu berlari menjauh.

Embun hanya tertawa pelan, manis sekali pacarnya itu.

Embun merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Sudah dapat berita?"

"Sudah, Embun."

"Bagaimana?"

"Antara H1 atau H2."

Embun memejamkan matanya. Sial.

"Baik, makasih atas laporannya."

Embun mendesah pelan, dia memandang sendu ke depannya, tempat tadinya River berjalan.

"Sayang.." lirihnya.

Embun tak sanggup menerima kenyataan ini. Terlebih kenyataan kalau River menutupi hal ini darinya.

®^^®

Bersambung😾

My Spoiled River [Selesai]Where stories live. Discover now