⛲RiMbun-32⛲

41.6K 5.8K 71
                                    

Hola, tekan vote dan ramaikan komentar⛲

~~~~~

River berubah seakan menjadi dirinya yang lama, dingin, datar, kasar dan tak perduli siapapun selain temannya.

Tak ada kabar apapun tentang Embun, bahkan 2 minggu berlalu semenjak malam itu terjadi, River masih tak tau dimana berada.

Absensi di kelasnya menyatakan Embun sudah diluluskan, padahal mereka baru ujian kelulusan itu bulan depan.

Banyak hal yang tak River tau tentang Embun. "Heh! Nanti pulang mampir ke rumah Arez kuy!" seru Java berusaha menaikan mood River dan Minjun.

Minjun sedang dilanda masalah dengan Revina, masalah besar yang nampaknya Minjun harus menjauhi Revina agar gadis itu tak semakin membencinya.

"Iya nih, rumah gue aja lah kuy. Ibu gue buat kue jahe kesukaan lo pada." cetus Arez semangat.

River dan Minjun mengulas senyum tipis, disaat seperti ini tak ada waktu untuk bersedih, mereka harus tenang.

"Ayolah, udah lama gak ketemu sama Ibu Nanda." celetuk River tenang.

Walau tatapan matanya tak ada gairah hidup sama sekali, tapi River sudah bertekat tak mau berlarut dalam kesedihan.

River tetap menjalankan kebiasaannya, Salat tepat waktu, makan makanan sehat, minum obat tepat waktu.

River tak mau disaat Embun kembali, River malah sakit dan rupa wajahnya kisut dan lusuh.

Dia mau disaat bertemu Embun nantinya, dia tetap tampan dan sehat.

Jangan sampai pipi chubby River hilang karena stress yang dilandanya, Embun tak akan suka jika pipi chubby River hilang.

"Eh, beli jajanan. Gue baru beli ps 6 loh hahahaha."

"Wihh oke, nanti kita borong jajanan di Alfamart!"

"Hehehe, okey!"

Ke 4 sekawan itu nampak lebih baik daripada hari kemarin, dimana Arez sudah mulai membaik dikala ingatannya belum kembali.

Java yang nyatanya sudah kembali bersama Bebi, banyak rintangan yang harus Java lakukan demi mendapatkan kepercayaan Bebi lagi.

Tapi River dan Minjun, mereka belum kembali membaik karena kasus kekasih mereka.

....

Tawa mereka pecah begitu lelucon yang Java berikan berhasil membuat humor mereka anjlok.

Saat ini mereka berjalan bersama menuju motor mereka masing-masing. Sampai tatapan mata Arez tertuju pada seseorang yang ada di pagar sekolah.

Tanpa sadar, senyum diwajah Arez mengembang begitu saja.

Tatapan matanya cerah, jantungnya berdebar. Dia berlari semangat mendekati perempuan yang 2 minggu ini melekat di pikirannya.

"KAK KLARAAAAA." pekiknya girang.

Klara yang tadinya sedang menunggu adiknya pulang sekolah menoleh, dia kaget karena mantan yang melupakannya ada disini.

Dia baru tau kalau Arez satu sekolah dengan adiknya.

Sebisa mungkin Klara biasa saja, dia tersenyum sopan. "Selamat siang Arez." sapanya formal.

Arez sampai di depan Klara, dia amat bersemangat melihat adanya perempuan itu disini.

"Kakak nungguin siapa? Nungguin Arez ya?" tanya nya antusias.

Klara menahan senyum lebarnya, dia berdehem pelan. "Maaf, saya menunggu seseorang yang jelasnya bukan kamu Arez." jelas Klara tenang.

Senyum diwajah Arez luntur, denyut terasa di dadanya, tapi dia kembali mengulas senyum.

"Oooh gitu, oh ya Kak Klara, aku boleh minta nomor wa kakak gak?" harapnya.

Dia berharap Klara mau memberikan nomor wa nya, agar Arez bisa menghubungi Klara kapan saja.

Klara menggeleng pelan, dia menyentil dahi Arez pelan.

"Saya tak perlu memberikan nomor wa saya padamu, karena diponsel kamu sudah ada. Dan tolong jangan hubungi saya jika kamu belum mengingat siapa saya dihidup kamu."

Penjelasan Klara membuat hati Arez hancur, entahlah, sakit sekali rasanya.

"Kak-"

"KAK KLARAAAAAA."

Keduanya menoleh begitu Tirta berlari semangat kearah Klara, cowok mungil yang dinobatkan sebagai cowok terpendek di sekolah mereka.

Tinggi Tirta hanya 160 cm dengan berat badan 60 kg. Kulit putih dan pipi chubbynya membuat dia sangat menggemaskan.

Sayangnya dia punya pacar, namanya Micel. Orang biasa memanggil Micel dengan sebutan Misyel, tapi jika Tirta yang memanggilnya, sebutannya Micel, pakai C.

Klara langsung memeluk Tirta dan menggendongnya, dengan sigap Klara menahan punggung Tirta.

"Iih Tita udah kangen sama Kak Micel, ayo ke kantor Kak Micel!"

Klara mengangguk, dia menatap Arez tenang. "Sampai jumpa ya Arez, saya pulang dulu." tanpa menunggu jawaban Arez yang terdiam dengan air mata mengalir dipipinya, Klara pergi.

Tunggu, kenapa rasanya sesakit ini.

Benar kata Klara, dia masih tak mengingat siapa Klara dan untuk apa juga dia meminta nomor wa Klara.

"Ha..hahahaha..sialan..hiks.."

Ke 3 teman Arez datang dan langsung menenangkan Arez.

"Udah, ayo pulang. Lo harus ingat Kak Klara dulu baru boleh deketin dia lagi." celetuk Java.

Arez diam, dia mengusap air matanya. "Gue udah gak sanggup.." lirihnya pilu.

Hatinya meronta ingin selalu bersama Klara tapi otaknya tak tau alasan apa yang tepat untuk dia mendekati Klara.

®^^®

Bersambung😾

Udah ya, besok lagi. Aku udah 5 kali up kayaknya.

My Spoiled River [Selesai]Where stories live. Discover now