⛲RiMbun-20⛲

62.1K 8.2K 270
                                    

Tekan vote dan yah, ramaikan kolom komentar walaupun sekarang kalian malas komen, itu sama aja kayak buat aku males up.

Untung aja vote nya luar biasa banget, makannya masihbada alasan aku buat rajin up.

~~~~~

River berdiri di depan kamar Embun, dia mengejar Embun sampai ke rumah sang gadis tapi keburu Embun masuk kamar.

"Mbun..River minta maaf udah rahasiain ini dari Mbun.." lirihnya dengan tangan yang mengetuk pintu kamar Embun, lemah.

Embun yang ada di dalam diam, dia masih sibuk membaca berkas pemeriksaan kesehatan milik River.

Hepatitis, yang menjalar dan mengakibatkan Kanker hati.

Masih stadium awal, kesempatan River untuk sembuh sangat besar jika dia mulai melakukan pengobatan.

"Tapi River berobat demi Embun, River gamau pergi gara-gara sakit ini, River berusaha sehat demi Embun." lirihnya lagi.

Embun masih diam, gadis itu mengusap pelan wajah cantiknya disertai helaan napas berat.

"Rumah sakit yang terbaik, aku harus membawanya kesana." gumam si gadis berkacamata itu.

River berjongkok di depan kamar Embun, dia memukul lantai dengan pelan, tak menangis karena jika River menangis terlalu lama.

Bagian ulu hatinya sangat sakit, padahal menangis adalah hal yang River sukai semenjak bertemu Embun.

Menangis membuatnya lega, pundaknya ringan setelah dia menangis menumpahkan kesedihan di dadanya.

"Mbun..kita udah janji bakalan kuliah bareng, bakal kerja bareng dan juga bakal tinggal bareng. Kita bakalan nikah, Mbun jangan pergi dari River.."

Embun tak pernah berpikir untuk pergi, Embun selalu berada ditempatnya, disebelah River.

Itu perumpamaannya.

"Saat tau River sakit, River kacau Mbun..yang River pikirin itu Mbun..gimana kalau Mbun jauhin River karena sakit River ini..gimana kalau Mbun tinggalin River..kepala River sakit mikirin itu semua.."

Embun sama sakitnya, mencari tau hal yang disembunyikan orang paling dia sayang.

Dan saat dia tau, penyakitnya bukan penyakit sembarangan.

"Kalau Mbun gamau ketemu River, River bakalan per-"

Cklek.

River mendongak, mata sayunya sembabnya terlihat menyedihkan, Embun hanya diam menatap River yang berjongkok dibawahnya.

"Mbun.." lirihnya seraya berdiri.

Tubuhnya terhuyung saat merasa pusing di kepalanya, Embun menahan tubuh River agar tak jatuh.

"Kamu harus berobat lebih rutin, jangan lewatin jam minum obat. Aku bakalan temenin kamu check up sesuai jadwal, aku bakal atur makanan kamu, aku gak bakal biarin kamu kalah dari sakit kamu ini."

Rasanya, jantung River bergetar mendengar penuturan penuh tekad dari Embun, dia...terharu mendengar Embun seperti ini.

Embun-nya, akan selalu bersamanya dan membantunya sehat.

"Mbun..hiks..peyuk-peyuk 1 jam.." cicitnya.

Akhirnya Embun mengulas senyum tipis, dia merentangkan tangannya siap mendekap tubuh River.

Perlahan River masuk ke pelukan Embun, mendusel di leher sang kekasih.

Menyamankan diri disana, hanya pelukan Embun yang hangat baginya, tak ada lagi selain Embun.

Bagaimana jika suatu hari Embun tak ada lagi? Tak ada pelukan hangat yang akan River dapatkan.

Dunia River pasti hancur, dan sepertinya River akan menyusul Embun jika itu terjadi padanya.

"Cayang banget sama Mbun.."

"Aku juga sayang sama River."

"Lantas..denganku kau tidak sayang, Embun?"

Embun terkekeh pelan, Winter gamau kalah ternyata. "Iya, Embun sayang Winter banget-banget." Winter tersenyum tipis.

Walau dia hanya alter buatan, tapi setidaknya Embun juga menyayanginya sebagaimana dia menyayangi River.

Berdoa saja, semoga Winter tidak egois, tidak egois untuk memiliki tubuh River seutuhnya.

Karena jika itu terjadi, maka River akan menghilang digantikan Winter.

Tapi nampaknya tidak, sepertinya Winter tak akan egois. Dia ada untuk melindungi River dan Embun, Winter tak akan seegois itu.

Dia tak akan egois, karena tugasnya hanya menjaga dan melindungi si pemilik tubuh serta si pemilik hati.

"Nah, saatnya makan malam. Baru setelahnya kamu pulang ke Apart dan minum obat." pungkas Embun seraya melepaskan pelukannya.

River mengerucut sebal, dia merengkuh bahu Embun dan mencium pelipisnya.

"Iya Mbun iyaaaa."

Nah begini kan enak dipandang, adem, ayem tanpa ada masalah yang berarti.

Kunci dalam suatu hubungan adalah komunikasi dan rasa saling percaya.

Percaya jika pasangan tak akan meninggalkan kita jika kita tak merahasiakan apapun darinya.

®^^®

Bersambung😾

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang