REVANZA ARFANDY BRATADIKARA

4.7K 400 148
                                    

Dulu aku berpikir keluarga adalah tempat dimana kita bisa mendapatkan kasih sayang orang tua. Tapi sekarang aku tau bahwa keluarga hanyalah membawa luka yang paling sengsara”

Revanza Arfandy Bratadikara

Seorang pemuda sedang memperhatikan pantulan dirinya di cermin besar yang berada dihadapannya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Seorang pemuda sedang memperhatikan pantulan dirinya di cermin besar yang berada dihadapannya. Dia menghembuskan nafas panjang saat melihat wajahnya yang kembali dipenuhi memar-memar akibat pukulan dari Papahnya.

Ia mengamati tubuhnya yang dipenuhi luka, mulut yang sedikit sobek dan memar memar di pipinya, menurutnya itu merupakan hal biasa. Hampir setiap hari Revan selalu terkena pukulan dari Papahnya.

Dia Revanza Arfandy Bratadikara, pemuda dengan sejuta luka yang diciptakan oleh orang tuanya sendiri. Tindak kekerasan, penghinaan, dibandingkan dengan saudara tirinya, dan selalu diperlakukan tidak adil dalam segala hal, itu semua adalah hal yang biasa Revan dapatkan.

Orang tua toxic yang selalu menjadi ketakutan tersendiri bagi Revan setiap harinya. Ibaratnya, tidak ada hari tanpa penyiksaan.

Revan membuka tiga kancing baju teratasnya. Hal ini sudah biasa ia lakukan ketika akan berangkat ke sekolah. Jangan lupakan baju yang dibiarkan keluar dan dasi yang tidak terpasang di kerah bajunya, itu merupakan ciri khas Revan saat disekolah. Berpakaian urakan tapi soal otak bolehlah dilawan.

Revan menuruni anak tangga satu persatu, ia melihat ke meja makan sudah terdapat Fero yang tidak lain adalah papahnya dan bara yang merupakan saudara tirinya. Ia menatap malas mereka berdua, seperti biasa papah nya sedang bersenda gurau dengan saudara tirinya. Revan sangat ingin berada di posisi Bara, tapi sepertinya itu tidak mungkin.

“Good morning, Pah, Bar” sapa Revan dengan ramah, namun mereka hanya mengabaikan panggilan dari Revan itu.

Revan duduk diantara mereka, alangkah terkejutnya dia saat melihat meja makan yang hanya tersisa nasi dan tulang ayam nya saja. Namun Revan tak ambil pusing dia langsung berangkat ke sekolah menaiki motor nya.

Setelah 10 menit berkendara akhirnya Revan sampai di SMA Tariksa, sekolah terpandang di Jakarta.

Revan memarkirkan motornya, kemudian ia membuka helm fullface nya dan menyibakkan rambutnya. Semua siswi yang melihat itu langsung terpana akan ketampanan wajah Revan. Dia adalah salah satu most wanted SMA Tariksa, karena ketampanannya dia menjadi incaran siswi-siswi disana.

“Hai sayang, kenapa mukanya lebam semua hmm?” tanya Nabilla sambil memeluk Revan dari samping.

Nabilla adalah siswi yang selalu mengaku sebagai pacarnya Revan. Setiap hari dia selalu menggangu Revan dengan terus mengikutinya.

Revan hanya memutar bola matanya malas sambil berusaha melepaskan pelukan Nabilla. “Bukan urusan lo.” Revan melepaskan pelukan Nabilla dengan paksa.

REVANZA (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora