53- KENYATAAN YANG MENYAKITKAN (02)

458 29 0
                                    

“Sejuta harapan yang kembali dipatahkan oleh kenyataan. Terlalu berekspektasi tinggi hingga akhirnya terjatuh hingga ke dasar bumi”

—Revanza Arfandy Bratadikara

53- Kenyataan yang menyakitkan (02)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

53- Kenyataan yang menyakitkan (02)

"Salsa? Jadi ....., gimana? Lo mau?" Revan mengulangi pertanyaannya.

"Maaf Van, tapi ....," Salsa mengangkat telapak tangan kanannya.

Revan membulatkan matanya seketika. Jantungnya berdegup lebih kencang, tenggorokannya terasa tercekat dan lidahnya kelu tak bisa berkata-kata. Sekali lagi, hatinya kembali dihancurkan oleh kenyataan.

Revan terdiam sejenak mencoba untuk tetap berpositif thinking. "Maksudnya?" Tanya Revan dengan senyuman yang terlihat sangat terpaksa.

"Gue udah mau tunangan sama cowok lain. Cincin ini cuma jadi simbol, sedangkan pertunangan yang asli bakalan diadain seminggu lagi. Gue minta maaf banget sama Lo, Van." Salsa benar-benar tak bisa menyembunyikan raut kesedihannya. Sejujurnya dia sangat menyayangi Revan akan tetapi, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Hati Revan bagai dihujani ribuan belati yang sangat tajam. Sakit, sungguh sakit melihat orang yang kita sayangi akan melakukan pertunangan dengan orang lain.
Orang yang selama ini ia jaga dan ia lindungi sepenuh hati harus berakhir dengan orang lain.

Revan menundukkan kepalanya dalam. Ia mencoba untuk menguatkan hatinya untuk kembali berbicara dengan Salsa. Ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Salsa. "Jadi Lo udah mau tunangan sama cowok lain? Kalau boleh tau siapa namanya?" Revan tersenyum tipis. Senyuman yang membuat Salsa merasa sakit, senyuman yang begitu terlihat menyedihkan.

"Marvenzo Erlangga Dirgantawijaya," sahut Salsa.

Ada rasa sesak dihati kecil Revan mendengar nama yang Salsa sebutkan itu. Perasaan yang ia simpan selama ini kepadanya kini hanya berujung lara. Cemburu? Jelas Revan cemburu. Marah? Ia sangat marah, tapi bukan kepada Salsa melainkan kepada dirinya sendiri.

"Van, are you okay?" Tanya Salsa khawatir. Gadis itu memiringkan kepalanya mencoba untuk melihat wajah Revan yang masih menunduk.

Revan membuang arah pandangannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Rasanya ia tidak bisa menatap wajah cantik Salsa lagi. Dia takut rasa sakitnya akan bertambah jika melihat wajah itu.

Semua ini salahnya. Mengapa dia harus mempunyai rasa kepada seseorang yang bahkan hanya menganggapnya sebagai sahabat? Ini benar-benar diluar kendalinya. Rasa itu tiba-tiba saja hadir. Rasa yang salah. Salah mencintai seseorang, salah menaruh rasa kepada seseorang. Seharusnya dia tau, pertemuan dan kedekatannya dengan Salsa mungkin hanya karena gadis itu kasian dengan Revan. Seharusnya dia tau itu dan lebih sadar diri. Namun tidak, perasaan tak bisa di paksakan atau bahkan dibohongi.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now