46- DARK LIFE AFTER SHE LEFT

331 24 1
                                    

Aku lelah dengan semua ini, perasaan bersalah terus menghantuiku. Kehilanganmu tak pernah terbayang olehku. Harapan ku masih sama, semoga semua ini hanyalah mimpi buruk dari tidur panjang ku.

_Sagara Leano Arrega

46- Dark life after she left

Sinar matahari menelisik masuk kedalam kamar Saga yang berukuran cukup besar. Hari telah pagi, namun Saga masih setia berbaring dengan selimut yang menutupi kaki hingga sebatas dada laki-laki itu.

Pintu kamar Saga terbuka menampakkan sosok pria paruh baya berperawakan tinggi dan kekar. Tak lupa kumis tipis, hidung mancung, kulit putih, dan manik mata biru safir yang membuatnya terlihat sangat tampan walaupun telah berumur. Dia adalah Samudra Elzastama ayah dari Saga.

Sam memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah mendapat laporan dari anak buahnya kalau Saga sering menyakiti dirinya sendiri, hingga tak mau makan sampai beberapa hari.

Tentu saja Sam sangat khawatir dengan kondisi anak semata wayangnya itu. Akhirnya dia dan sang istri kembali ke tanah air dan menyerahkan pekerjaan mereka disana kepada orang kepercayaannya.

"Saga, bangun. Makan dulu" ucapnya seraya mengelus rambut anaknya dengan lembut.

Saga bergeming. Ia masih tetap berada diposisi yang sama.

"Saga, kamu harus makan kalau nggak kamu tambah sakit loh" bujuknya lagi.

"Aku nggak mau makan, pah" sahutnya dengan suara serak khas bangun tidur. Ia membalikkan badannya membelakangi Sam.

Sam menghembuskan nafasnya berat. Selalu saja seperti ini. Setiap hari Saga tidak mau makan atau bahkan keluar kamarnya. Itu membuat Sam merasa pusing akan hal ini. Ia sudah mencoba berbagai macam cara, namun tidak berhasil.

"Kalau kamu mau makan besok kita ketemu Salsa, gimana? Mau?" Sam tersenyum penuh arti saat melihat Saga yang tiba-tiba saja duduk diatas ranjangnya. Inilah satu-satunya cara agar Saga mau makan walaupun ini hanyalah tipu muslihat belaka.

"Janji? Jangan bohong kaya kemarin lagi ya, pah?" Sam mengangguk singkat sebagai jawabannya.

Ia sangat tidak tega melihat putranya yang terlihat sangat pucat seperti mayat hidup. Sedangkan tubuhnya penuh dengan luka sayatan. Saga yang dulu selalu memperhatikan penampilannya kini telah berubah menjadi Saga yang 'bodoamat' dengan semuanya.

Sam ataupun Agnes—ibu dari Saga selalu saja melihat Saga sedang menyakiti dirinya sendiri menggunakan cutter, mulutnya juga terus meracau menyebut nama Salsa.

Ceklek

Pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik namun elegan itu melangkah mendekati sang suami dan anak. Dia adalah Kamila Agnesia atau yang biasa dipanggil dengan Agnes.

"Good morning sayang, mamah udah bikinin kamu bubur buat sarapan. Makan dulu ya?" Tawar Agnes. Ia duduk di tepi ranjang—bergabung dengan suami dan anaknya disana.

Saga menatap kosong ke arah mamahnya. Perlahan ia mengangguk singkat membuat Agnes dan Sam tersenyum manis.

Agnes mulai menyuapi anaknya dengan penuh kasih sayang. Dia bukanlah ibu yang lupa dengan anaknya hanya karena suatu pekerjaan. Bagaimanapun Saga adalah anaknya. Tak perduli jika ia sudah berumur 17 tahun, Agnes selalu saja memperlakukannya seperti anak kecil.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now