35- KEMBALI KEHILANGAN

492 45 37
                                    

Jangan terlalu menggenggamnya erat, agar tidak ada rasa sakit setelah melepasnya. Sebab, kepergian seseorang yang teramat dikasihi dapat menorehkan luka yang teramat membekas di hati”

_Revanza's story

35- Kembali kehilangan

Matahari telah menampakkan sinarnya, kini hari baru dimulai. Revan sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Sejujurnya dia tidak ingin berangkat akan tetapi Fero terus memaksanya.

Hari ini adalah hari Senin, hari yang dibenci kebanyakan para siswa tak terkecuali Revan. Dia sangat malas jika harus mengikuti upacara pagi. Apalagi dia sangat tidak bersemangat hari ini membuatnya semakin malas untuk bersekolah.

Setelah siap dengan seragam sekolahnya, Revan mengambil tasnya yang ada di atas meja belajar kemudian keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan.

Saat sampai di meja makan dia melihat piring nasi dan lauk pauk telah habis. Revan hanya acuh saat melihat Bara dan Fero yang menatapnya dengan tatapan mengejek dia memilih pergi meninggalkan mereka berdua. Revan mengambil motornya kemudian mengendarainya menuju ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Revan memilih berdiam diri di rooftop untuk menghindari upacara pagi selain itu perasaannya juga sedang tidak enak entah karena apa.

Revan memandangi langit yang tampak cerah dia terdiam menikmati udara segar yang menerpa wajahnya. Tiba-tiba perasaan gelisah kembali muncul membuat Revan bertanya-tanya mengapa dirinya seperti ini? Seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi tapi entah apa.

Revan berusaha untuk menghilangkan perasaan gelisah itu, tapi tetap saja perasaan itu masih ada bahkan kini dirinya menjadi was-was sendiri.

"Ucapan Lo waktu itu bener, gue nyaman sama Lo, gue bahkan udah berharap lebih sama Lo, tapi ternyata.... Lo cuma pura-pura sama semuanya. Gue pergi Van, kalau kita emang ditakdirkan buat bersama kita pasti bisa ketemu dan bersatu dalam sebuah ikatan yang lebih baik lagi. Kalau kita emang nggak berjodoh ataupun karena maut yang datang terlebih dahulu, ya... Ikhlasin aja kan takdirnya emang kaya gitu. Yaudah, gitu aja ya? See you orang baik! Gue seneng bisa ketemu sama Lo!"

Sekelebat perkataan Salsa kembali berputar di kepalanya. Apa ini? Mengapa perasaannya semakin tidak enak?

"Apaansi Lo Van! Orang kemarin kata om Tama juga kondisi Salsa udah lebih baik. Buang pikiran buruk Lo itu! Tetap berpikir positif" gumam Revan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Lo kenapa Sa? Kenapa perasaan gue nggak enak banget. Gue kepikiran sama Lo terus.... Lo baik-baik aja kan disana? Gue harap begitu."

Revan menghembuskan nafasnya panjang agar dirinya menjadi lebih tenang dan tidak memikirkan hal negatif tentang Salsa.

"Woi Van!!!!" Revan menoleh saat mendengar suara cempreng dari Gilang.

"Woi bro! Lama nggak ketemu, apa kabar?" Gilang merangkul pundak Revan dengan wajah sok asiknya.

"Gimana kabar Lo Van? Oh iya, kabar Salsa gimana?" Tanya Arbi.

Revan mengernyitkan keningnya saat melihat teman-temannya yang seperti tak ada masalah dengan dirinya. "Bukannya kalian berdua marah sama gue?" Tanya Revan dengan polos membuat Arbi dan Gilang sontak tertawa terbahak-bahak.

REVANZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang