56- PERIHAL PERJODOHAN

608 28 1
                                    

“Semua perempuan pasti menginginkan laki-laki yang baik sebagai pendamping hidupnya bukan laki-laki brengsek yang hanya bisa menyiksa fisik dan batinnya”

Arbiansyah Reffendi Etmananda

56- Perihal perjodohan

Arbi berjalan menuju meja yang kosong di cafe ini. Jika tadi dia tidak booking satu meja mungkin saat ini dia sudah kehabisan tempat. Di meja ini juga sudah terdapat makanan dan minuman yang sudah ia pesan tadi.

Sepulang sekolah dia memang berencana akan bertemu seseorang disini. Kini dirinya masih menggunakan seragam sekolah dengan kancing baju yang dibiarkan terbuka sehingga menampakkan kaos strip hitam putih nya.

 Kini dirinya masih menggunakan seragam sekolah dengan kancing baju yang dibiarkan terbuka sehingga menampakkan kaos strip hitam putih nya

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Ia duduk di bangku itu sembari menunggu seseorang yang sudah berjanji akan bertemu dengannya hari ini. Lebih tepatnya dia yang menyuruh bahkan memaksa orang itu untuk bertemu dengannya.

"Ngapain Lo nyuruh gue kesini?" Tanya seseorang dihadapannya dengan ketus.

Arbi mengangkat kepalanya dan mengalihkan pandangannya yang semula sedang fokus dengan ponselnya kini menatap orang yang sedang berdiri dengan wajah datarnya.

"Duduk," titah Arbi. Laki-laki itu hanya menurut dan duduk di kursi yang ada dihadapan Arbi.

"Gue tanya sekali lagi, kenapa Lo nyuruh gue kesini?" Ulang laki-laki itu.

"Oke to the point aja. Kenapa Lo terima perjodohan itu? Apa Lo nggak mikirin gimana perasaan Salsa? Lo nggak tau kan kalau dia merasa tertekan disini? Jadi gue mohon, stop perjodohan itu supaya dia juga bisa tentuin kebahagiannya sendiri tanpa paksaan siapapun," papar Arbi. Jujur saja, dia sangat malas berbicara dengan Marven—saudara sepupunya. Marven itu hanyalah orang yang menyebalkan dan brengsek di matanya.

"Kalau gue nggak mau batalin perjodohan itu, gimana? Oh iya, emang Lo siapa berani atur-atur gue? Sedangkan orang tua Salsa aja udah serahin semuanya ke gue hahaha." Marven tertawa lepas mengejek Arbi.

Arbi berdecak melihat sepupunya itu menertawakan dirinya. "Batalin perjodohan itu sendiri atau Lo bakalan liat apa yang akan gue lakuin supaya perjodohan itu batal?" Arbi menarik ujung bibirnya sehingga membentuk senyuman licik di wajahnya.

"Lo bisa apa, boy? Apa yang mau Lo lakuin? Sedangkan Lo sendiri nggak tau kehidupan gue yang sebenarnya. Kita emang saudara, tapi seinget gue kita baru kali ini kan ngobrol berdua kaya gini? Mana bisa Lo mau buat rencana perjodohan ini batal."

"Menurut Lo, apa yang bisa gue lakuin?" Arbi mengangkat sebelah alisnya. Senyuman licik itu juga belum juga pudar dari wajah tampannya.

"Tapi asal Lo tau aja, semua rahasia yang Lo sembunyiin selama ini gue udah tau. Menurut gue nggak susah cari informasi tentang seseorang. Anak buah gue banyak, cari informasi tentang Lo itu nggak ada apa-apanya buat gue," ucap Arbi dengan jujur. Memang untuk mencari informasi pribadi seseorang sangatlah mudah baginya.

REVANZA (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें