25- BUKAN RUMAH TAPI NERAKA

529 48 8
                                    

Mereka menyebut rumah sebagai tempat ternyaman untuk pulang namun berbeda denganku. Fisik dan mental yang selalu menjadi korban atas dasar keserakahan. Dan kau tau? Itu sangatlah menyakitkan”

_Revanza Arfandy Bratadikara

25- Bukan rumah tapi NERAKA

Bel istirahat telah berbunyi dua menit yang lalu. Kini, semua murid masih menikmati waktu istirahat mereka dikantin entah untuk makan atau sekedar berkumpul bersama teman.

Revan, Arbi dan Gilang berjalan dengan gagahnya menuju kantin yang kemungkinan telah ramai pengunjung. Tatapan mata para gadis tertuju kepada 3 badboy SMA TARIKSA itu. Sesekali mereka berteriak memanggil Revan tetapi lelaki itu hanya mengacuhkannya karena dia pikir itu tidaklah penting.

"Kak Revan, Vika boleh minta nomer WhatsApp nya nggak?" Tanya salah satu siswi berbadan mungil disebelah Revan. Revan hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Lelaki itu sama sekali tak menanggapinya.

"Kak Revan mau nggak jadi pacar Citra?" Tanya Citra anak kelas X IPA 2.

"Heh para bocil! Nggak usah mikir pacar-pacaran Mulu! Di selingkuhin nangis dah lo" peringat Gilang dengan ketus.

"Apaansi kak Gilang! Nggak usah cerewet orang kita ngomong sama kak Revan bukan sama kak Gilang!" Vika menatapnya tidak suka.

"Belajar dulu yang bener nggak usah mikirin pacaran, fokus belajar dulu biar pinter" ujar Revan dengan bijaksana.

"Duhh idaman deh... Sabi kali nomer WhatsApp nya jangan pelit-pelit atuh" Hani mengedipkan sebelah matanya.

"Idihh tobat Lo, ganjen banget jadi cewek! Sopan dikit kek sama kakak kelas!" Gilang memukul kepala Hani dengan pelan membuat sang empu menatapnya dengan tatapan tajam.

"Dih syirik aja Lo kak! Bilang aja iri nggak ada yang godain situ, iyakan?" Hani menatapnya remeh.

"Sorry ya, nggak ada kamusnya Gilang syirik sama seseorang" ucap Gilang penuh percaya diri.

"Halah" Ucap Vika and the gang bersamaan.

"Dasar bocil! Pergi kalian bertiga!!" Usir Gilang dengan ekspresi kesal. Sementara mereka bertiga buru-buru pergi dari hadapan Gilang untuk menghindari amukan lelaki itu.

Gilang memutar bola matanya malas melihat kelakuan adik kelasnya itu. Bukan sekali dua kali akan tetapi kejadian ini sudah sering terjadi dan masalahnya pun sama, mereka menggoda bahkan memohon Revan menjadi kekasihnya.

Setelah kepergian kedua makhluk menjengkelkan itu, mereka bertiga melanjutkan langkahnya memasuki kantin sekolah. Kali ini adalah tugas Gilang untuk memesankan makanan untuk mereka bertiga. Gilang berjalan menuju stand Bi Darmi stand favorit mereka sekaligus anak Tariksa. Sementara Revan dan Arbi berjalan menuju meja khusus untuk mereka bertiga. Kemudian Mereka berdua mendudukkan tubuhnya di kursi masing-masing.

Setelah selesai dengan urusan memesan makanan, Gilang berjalan menghampiri kedua sahabatnya yang telah duduk santai di sana "Udah gue pesenin tuh" Ucapnya.

"Hm" Arbi hanya menjawabnya dengan deheman. Dia sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari benda pipih yang ada di tangannya.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now