19- DIEM ATAU GUE CIUM?

597 70 11
                                    

Terlahir pada keluarga yang sama sekali tidak mengenal keharmonisan dan ketentraman adalah sakit yang luar biasa. Setiap hari harus merasakan pahitnya berjuang sendirian. Tanpa ada yang memperdulikan kondisi kita. Dituntut menjadi dewasa Sebelum waktunya memanglah menyakitkan”

_Revanza Arfandy Bratadikara

19- Diem atau gue cium?

Ziko dan anak buahnya memasuki pekarangan Keluarga BRATADIKARA menggunakan motor besar milik mereka masing-masing. Setelah selesai dengan urusan motor ziko membuka rumah besar itu dengan tangan gemetaran. Ia sudah bisa membayangkan akan ada kejadian apa setelah ini.

Saat pintu terbuka menampakkan Fero yang sedang duduk disofa setelah semua urusan dikantornya selesai. Ia menurunkan kacamata baca nya kemudian menatap tajam wajah Ziko. Fero berdiri menghampiri sosok laki-laki bertubuh atletis di ambang pintu. Ziko terus menunduk takut.

"Bagaimana kau bisa menghabisi nya?" Ucap Fero dengan tersenyum menyeringai. Akan tetapi ziko tidak membuka mulutnya sedikitpun.

"Ayolah... Katakan saja bahwa dia mati ditangan mu. Saya tidak akan memarahi mu ataupun menghajar mu" Fero menepuk pundak ziko terus menerus.

Ziko mendongak menatap manik mata boss nya itu sesaat kemudian ia membuka suaranya dengan lirih "Saya... Gagal bos"

Fero mengernyitkan keningnya karena ia tidak begitu mendengar perkataan anak buahnya itu.

"Apa yang kau katakan barusan?" Fero menatapnya dengan tatapan penuh selidik.

"S-saya gagal menghabisi Revan bos" ujar ziko dengan terbata bata. Fero yang mendengar jawaban dari ziko sontak mengepalkan tangannya kuat. Wajahnya memerah penuh amarah, rahangnya mengeras dan manik mata nya terus menatap wajah Ziko seakan elang yang siap menerkam mangsanya.

Bughh

Fero memukul perutnya dengan sangat amat keras. Seketika ziko tersungkur ke lantai. Ziko memegangi perutnya yang terasa sangat sakit, kemudian tangannya ditarik oleh Fero seakan menyuruhnya untuk berdiri.

Saat ziko berhasil berdiri Fero lagi lagi memukulnya tanpa ampun. Badan ziko terasa remuk seketika, wajahnya penuh memar, dan sudut bibir laki laki itu juga mengeluarkan darah.

Fero mulai menurunkan emosinya, menghembuskan nafas berat dan menatap laki laki yang sedang terbaring lemah di lantai dengan dingin.

"Oke sekarang katakan kau berhasil membuatnya terluka parah bukan?" Tanya Fero seraya menaikkan sebelah alisnya. Namun ziko hanya terdiam

"Jawab!!" Sentak Fero

"Saya sama sekali tidak bisa membuatnya terluka bos. Revan terlalu kuat bagi saya dan anak buah saya" sahut ziko dengan lirih. Ia terus memegangi wajahnya yang terasa nyeri akibat Bogeman keras dari Fero.

Fero semakin emosi dibuatnya tangannya kembali terkepal erat. Sorot matanya menajam, otaknya kembali mencerna apa yang ziko katakan.

Fero mendekat ke arah ziko kemudian ia mengangkat kerah baju milik nya "Bilang sama saya kalau kamu hanya bercanda!" Sentak Fero penuh penekanan.

"S-saya tidak bercanda bos. Revan terlalu kuat apalagi teman temannya ikut membantu" terang ziko penuh dengan ketakutan.

"2 anak ingusan itu ikut membantu Revan?" Tanya Fero

REVANZA (END)Where stories live. Discover now