27 ||Let's play to the game

59.3K 5.3K 384
                                    

Besti!!!
Vote nya jangan di loncat-loncatin woy elah😭

Tembusin 400 vote lebih untuk part ini😑

••••

Agav menggenggam jemari Vea erat, ia menciumi tangan Vea lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agav menggenggam jemari Vea erat, ia menciumi tangan Vea lembut.

"Bangun dong, gak capek apa tidur mulu. Udah dua hari loh Ve," ucap Agav getir.

"Banyak yang nunggu loh di sini, mereka khawatir sama lo, sayang! Masih gak mau bangun hm?" Agav berdiri dari duduknya, ia mencium kening Vea yang di perban.

Dokter tidak bisa memprediksi kapan Vea sadar, dua hari gadis itu tak sadarkan diri. Agav yang tak mau jauh dari Vea membuatnya tak berkutik sedikit pun dari kursi di samping ranjang.

"Agav, kamu makan dulu ya," kata Gladis menatap putranya nanar.

"Gak bund, Agav gak laper," ucap Agav yang merebahkan kepalanya di kasur, tangan Vea ia taruh di pipinya.

"Usap dong Ve, bilang ke gue mana yang sakit! Nanti gue obatin," gumam Agav.

Alex, papa Vea masuk ke dalam. Ia menatap Agav yang sudah dua hari ini hanya duduk di kursi tepat di samping putrinya.

"Bersihkan tubuhmu, makan dan kembalilah kemari lagi. Jangan sampai ketika putri saya bangun, putri saya melihat kamu yang seperti ini! Jangan membuatnya semakin sakit, masih untung saya masih mengijinkan kamu menemui putri saya," kata Alex, ia menahan mati-matian agar tak kehilangan kendali untuk menghajar Agav.

Revira, mama Vea selalu menahan suaminya itu agar tak melakukan hal-hal yang membuat keadaan semakin rumit.

Agav berdiri, ia menatap wajah pucat gadisnya. "Gue pergi sebentar, ntar balik lagi ke sini."

Agav berbalik, matanya bertubrukan dengan mata Alex. Ia hanya mampu menundukkan pandangannya kembali. Cowok itu sadar dengan apa kesalahannya.

Langkah Agav memasuki kantin, cowok itu di temani Gladis, bundanya.

"Kamu duduk aja di sini, biar bunda yang pesenin," ucap Gladis.

Agav mengangguk, ia duduk di kursi panjang. Cowok itu menatap kedua sepatunya gelisah.

Gladis kembali membawa makanan, ia duduk di samping putranya. "Agav."

Cowok itu menoleh, ia tersenyum nanar. "Bund, Vea! Dia kayak gini gara-gara Agav lagi. Agav harus gimana? Apa Agav lepasin Vea, otomatis orang-orang itu gak akan ganggu Vea lagi," jelas Agav, matanya berkaca-kaca.

"Vea butuh kamu, kamu sudah berani mengklaim Vea menjadi milikmu, jadi jangan melepaskannya sembarangan, Vea bukan mainan," kata Gladis pelan menyadarkan Agav yang tak bisa berpikir jernih.

Alex melempar jas nya ke kursi gudang rumah sakit. "Cari keberadaan bocah itu Bryan."

"Markas Agav," jawab Bryan, ayah Agav.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang