42 ||Mimpi

45.8K 4.9K 2.1K
                                    

Jangan lupa vote nya besti
❤️

Plisss banget kalau baca jangan di lingkah-lingkahin part nya, sekian terima kasih!

Spam komen di setiap part nya ya zheyeng

••••

Sudah terhitung 3 hari Agav tak bertemu Vea, cowok itu sekarang sedang menatap handphone nya yang akhir-akhir ini sering ia pandangi.

My love

Sayang, lagi apa? Pesan gue yang kemarin-kemarin belum di balas loh, masih ceklis satu juga.

Ntar malam gue main kerumah ya, maaf 3 hari ini gak bisa ajak lo main.

"Agav," panggil Gladis.

Agav menoleh dengan wajah pucat nya. "Ya."

"Kita kerumah sakit sekarang ya," kata Gladis memohon pada putranya.

Agav menggeleng, menghela nafas pelan. "Gak bund, Agav malam ini mau kerumah Vea, udah 3 hari Agav gak ketemu Vea di sekolah."

"Kamu gak sayang diri kamu sendiri?" tanya Gladis tersenyum masam.

"Malam ini ya Gav, bunda mohon," lanjut Gladis.

Agav lagi-lagi menggeleng, keluar dari dalam kamarnya. Langkahnya terhenti saat sang ayah berdiri di ujung tangga dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Mau kemana?" tanya Bryan.

Agav memutuskan pandangannya, kembali berjalan dan melewati Bryan dengan santai.

Bugh!

"Aghhhh," erang Agav sebelum ia kehilangan kesadarannya.

"Mas!" ucap Gladis tak percaya dengan apa yang Bryan lakukan, pasalnya Bryan memukul leher Agav.

"Gak papa, Agav hanya pingsan. Agar memudahkan kita membawanya ke rumah sakit Gla," ujar Bryan tersenyum simpul.

"Iya," jawab Gladis menatap putranya nanar.

Sesampainya di rumah sakit, Agav sudah lengkap dengan infus di tangannya, bahkan cowok itu juga memakai alat bantu pernafasan.

"Tenang, Agav hanya kelelahan, tapi sebaiknya rutin untuk cek itu lebih bagus, karena Agav sepertinya sangat susah menjaga kesehatan tubuhnya sendiri," ujar dr. Zassa sebelum ia keluar.

Gladis menghela nafas bersyukur, jika putranya hanya kelelahan saja. Pasalnya selama tiga hari ini Agav sering muntah-muntah dan wajahnya pucat.

"Mas aku keluar dulu ya, mau cari makan sebentar buat kamu," kata Gladis yang di angguki oleh Bryan.

Gladis keluar dengan perasaan yang campur aduk, wanita itu berjalan di lorong rumah sakit yang lumayan sepi, hanya ada satu wanita yang duduk di ujung kursi dengan kepala yang di tundukkan.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang