53|| apa lagi?

26.8K 2.9K 181
                                    

Haloo besti!

Jangan lupa vote, spam komen👉👈
Happy reading

••••

"Sini mana kuncinya? Gue aja yang nyetir," ucap Vea menjulurkan tangannya.

Agav diam, ia melamun sambil menatap wajah Vea yang kesal. Vea menghela nafas, gadis itu tau Agav sedang tidak baik-baik saja, tapi bisakah cowok itu tidak menatapnya seperti itu.

"Mana?" tanya Vea.

Agav menggelengkan kepalanya, cowok itu membukakan pintu untuk Vea. "Gue aja yang nyetir."

Vea bergidik ngeri. "Gak, gak! Bisa-bisa yang sampe rumah mama sama papa bukan gue yang bernyawa lagi tapi tubuh gue doang tanpa nyawa."

"Ve! Gue gak suka lo ngomong gitu, masuk sekarang!" ucap Agav menggertak membuat Vea menciut.

Gadis itu menghela nafas dan masuk ke dalam dengan perasaan yang kacau. Agav benar-benar menyebalkan hari ini.

Mereka berdua yang tinggal jauh dari orang tua membuat keduanya merasa lelah dalam perjalanan.

"Gav," panggil Vea.

Tak ada jawaban, cowok itu terlalu sibuk menyetir. Rahang yang tegas serta tangan yang sedikit mengeluarkan otot itu membuat Vea jengah, kekasihnya itu ternyata mengerikan juga.

"Agav," panggil Vea sedikit keras.

"Hm." Agav bergumam.

"Haus," kaya Vea.

"Ada minum di belakang, ambil sendiri kan bisa," ujarnya.

Vea terhenyak, gadis itu akhirnya diam sambil berusaha mengambil minum di kursi belakang.

•••

"Gla," panggil Revira tak percaya.

Wanita yang duduk di kursi rodanya itu menatap keluar jendela, ia tersenyum lalu memutar kursinya.

Revira memundurkan tubuhnya, wanita itu menitikkan air matanya. Lantas Revira maju dan memeluk Gladis erat.

"Ya ampun Gla, 2 tahun Gla. Semuanya hampir gak percaya soal ini," ucap Revira.

"Aku tau Vir," balas Gladis.

"Kecelakaan itu begitu cepat terjadinya, aku sama mas Bryan sempat tidak sadarkan diri hari itu, tapi setelahnya aku merasa tubuh ku di angkat oleh seseorang, mas Bryan yang mengangkat aku Vir, aku di bawa ke hutan untuk bersembunyi, mas Bryan juga yang mendatangkan ambulans untuk mengevakuasi Agav, setelah Agav di evakuasi aku sama mas Bryan melihat keadaan, aku pikir keadaan nya sudah tenang dan tidak ada orang satu pun lagi, tapi anehnya mobil yang aku tumpangi dengan mas Bryan masih di kelilingi banyak orang, dan aku juga melihat tim evakuasi mengeluarkan korban dari dalam mobil ku,  totalnya ada tiga korban, supir yang ku bawa dan keduanya........," Gladis menangis, wanita itu sudah tak sanggup berkata-kata lagi.

Revira memeluk tubuh Gladis, mengelus punggung wanita itu meredakan kesedihan nya.

"Lalu aku tau jika kalian menguburkan ketiga jenasah itu atas nama aku dan mas Bryan. Aku bingung Vir, aku bingung harus muncul pada saat itu atau tidak."

"Keadaan mas Bryan yang semakin hari semakin memburuk, 2 tahun dan akhirnya aku kembali membongkar semuanya jika aku dan mas Bryan masih hidup."

"Bund." Kalimat itu, kalimat yang cowok itu inginkan, ketika ia bisa memanggil orang tua nya kembali.

Gladis menoleh, ia tetap duduk tenang di kursi rodanya. Revira menatap haru pada Agav dan Gladis.

"Bund," ucap Agav memeluk bundanya penuh ketenangan. "Agav kangen."

"Kamu percaya ini bunda kan Gav?" tanya Gladis dengan Isak tangisnya.

"Agav percaya, Agav tau bunda gak akan tinggalin Agav," jawab Agav yakin, ia mengelap air mata bundanya yang mengalir di pipi, menatap Gladis lembut membuat keduanya merasa terpukul. "Ayah mana? Ayah ada kan?"

Gladis mengusap kepala putranya sayang. "Ada, ayah ada Gav," jawab Gladis, refleks Agav memeluk bundanya erat.

Vea diam, gadis itu belum berkutik sedikit pun dari berdirinya. Ia tidak mengerti dengan semua yang ia lihat hari ini. Hingga tangan namanya menyadarkan dirinya.

"Ve," panggil Revira sambil tersenyum. Vea membalas senyum itu bingung, langkah kecil Vea membawanya hingga tepat berada di hadapan Gladis dan Agav.

"Sayang, kamu gak mau peluk bunda," ujar Gladis membuat Vea memundurkan tubuhnya.

"Enggak," jawab Vea lantang membuat semuanya menoleh pada gadis itu.

"Ve," ujar Agav menatap Vea.

"Dia bukan bunda lo Gav, bunda udah gak ada, bunda udah mati," ucap Vea membuat Agav mengepalkan tangannya.

Plakk!

Vea menyentuh pipinya yang terasa panas, tangannya bergetar tak percaya jika Agav menampar nya, tidak ini bukan salahnya, ia menatap Agav.

"Dia bukan bunda," ujar Vea bergetar.

"Cukup," teriak Agav. "Gue gak tau sekarang lo ada masalah apa, tapi jangan pernah lo sebut kalau bunda gue udah mati, bunda gue masih hidup, 2 tahun gue nunggu Ve dan mereka masih ada tapi lo sebut mereka udah mati!"

Gladis mengelus telapak tangan Agav dengan lembut, menenangkan putranya. "Agav, gak papa kalau Vea gak percaya."

Vea memeras rok nya takut, ia menatap wajah Gladis lekat, matanya mengatakan jika wanita di depannya bukanlah bunda Agav.

"Agav mau ketemu ayah," ujar Agav yang di angguki oleh Gladis membuat Vea menahan tangan Agav.

"Enggak, lo gak boleh ketemu mereka!" Larang Vea.

"Lo gak ada berhak sekalipun buat ngelarang gue," ujar Agav melepaskan tangan Vea dari tangannya secara paksa.

Agav berganti menatap bundanya lembut, mendorong kursi roda itu keluar dari rumah megah milih keluarga Vea.

Vea berlari keluar. "Gav, gue mohon jangan ikut mereka."

Revira datang dan menghentikan tingkah aneh putrinya.

Plakk!

"Mah," ujar Vea dengan meta berkaca-kaca karena di tampar oleh mamanya sendiri.

"Cukup Vea, cukup! Mama gak tau kenapa kamu melakukan itu semua, apa sebenarnya yang kamu mau, bukannya bagus jika kedua orang tua Agav masih hidup?" kata Revira memegang kedua bahu putrinya.

"Tapi mereka bukan bunda! Vea bisa liat dari matanya, Vea bisa rasain kalau mereka bukan orang tua Agav, Vea ikut makamin mereka, Vea liat mereka udah gak ada mah," ujar Vea.

"Tapi wajah mereka hancur Vea," teriak Revira.

"Revira," teriak Alex yang langsung memeluk putrinya.

Mengelus kepala putrinya lembut, mengusap punggung Vea yang bergetar. "Putri papa capek, ayo ke kamar, istirahatlah."

Vea mendongak menatap papanya. "Papa percaya sama Vea kan?"

Tanpa ragu Alex mengangguk dan tersenyum pada putrinya. "Papa percaya."

"Kalau gitu temenin Vea nyusul Agav," kata Vea serak.

"Tidak sekarang, Agav akan baik-baik saja."

Agav

Ada yang kangen Agav?

Atau....

Kangen aku?

Gimana rasanya di gantung satu bulan lebih? Pasti seneng kan😚

Spam apa aja deh👉

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang