39 ||Di gendong

51.1K 4.6K 449
                                    

Jangan lupa vote, spam komen di setiap part nya

••••

Buku cetak tebal masih berserakan di meja belajar, Vea tertidur pulas dengan satu tangan yang di jadikan bantal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buku cetak tebal masih berserakan di meja belajar, Vea tertidur pulas dengan satu tangan yang di jadikan bantal.

"Muka Vea pucat banget gila," ujar Jessi menatap wajah Vea lekat.

Belva mendekat ke arah Jessi, jiwa penasaran dengan wajah Vea yang pucat, lantas ia menoel pipi Vea pelan.

"Kenyal!" celetuk Belva.

Nara mendengus kesal. "Orang lagi tidur malah di gangguin."

Jessi menoleh menatap Nara. "Ya habisnya penasaran, akhir-akhir ini kulit Vea pasti pucat mana kadang dingin banget kayak mayat."

Tara berjalan mendekati tempat duduk Jessi. "Bener, gue jadi mikir kalau ada yang Vea sembunyiin dari kita."

"Tapi apa?" tanya Katya.

"Nah itu yang harus kita cari tau," jawab Tara.

Vea menggelinjang tak nyaman, matanya membuka menatap sekelilingnya bingung. "Kenapa?"

Kelimanya menggeleng cepat, kembali melakukan aktivitasnya masing-masing. Vea menatap kepergian teman-temannya dengan sorot mata sendu.

"Sayang," teriakan itu berada dari luar, suara yang cukup familiar di telinga Belva, siapa lagi kalau bukan suara Angga.

"Alay!" sahut Belva membuat Angga mengunyel-unyel pipi Belva.

Vea menghela nafas berat, menjatuhkan kepalanya ke meja dengan kasarnya. Satu tangan dengan cepat menahan kepala Vea agar tak terbentur meja.

Kepala yang tadinya ingin tertidur di meja kembali tegak dan menatap tangan itu.

"Jangan kuat-kuat, kepala lo itu bukan terbuat dari batu," ujar Agav lembut. "Ayo pulang."

Katya menoleh. "Lah emang udah pada pulang ya?"

"Udah dodol! Udah dari tadi," sahut Iko ngegas.

Plakk!

"Pacar gue jangan dianiaya!" Raka menatap tajam pada Iko.

"Siapa yang pacar lo?" sinis Katya.

"Lo!" jawab Raka.

"Ihiyyyyyy cimiwiw, gak lama ada yang jadian nih," ejek Jessi.

"Heleh bacot," ujar Iko di depan wajah Jessi.

Jessi menggeram kesal, memejamkan matanya lalu menjambak rambut Iko yang depannya sedikit panjang.

"Apa lo setan!" ucap Jessi marah.

"Sialan! Oy cewek jadi-jadian lepasin rambut gue orgil." Iko memberontak dan menepis tangan Jessi kasar hingga gadis tangan gadis itu tergores dengan ujung kaca di dinding.

AGAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang